Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 13 April 2009

TUKANG CUKUR YANG SERAKAH


Laki-laki yang berprofesi sebagai tukang cukur kerajaan suatu hari melewati hutan. Dari balik sebuah pohon ia mendengar suara, “Maukah kamu memiliki tujuh guci berisi emas?” Tanpa berpikir panjang, tukang cukur itu berteriak kegirangan, ”Ya, saya mau.” ”Pulanglah ke rumahmu dan engkau akan menemukan tujuh guci berisi emas di rumahmu,” kata suara itu. Begitu senangnya, tukang cukur itu segera berlari ke rumah dan benar ia menemukan tujuh guci berisi emas. Tapi, ketika ia memperhatikan , ternyata ada satu guci yang hanya berisi setengah, sedangkah yang lainnya berisi penuh dengan emas. Dalam hatinya segera timbul keinginan untuk mengisi penuh guci yang berisi setengah itu dengan emas. Ia pun mengumpulkan semua perhiasan milik keluarganya dan memasukkannya ke dalam guci itu, namun guci tersebut tetap berisi setengah. Ia berusaha menghemat agar bisa menambah emas di dalam guci tersebut, tetapi guci itu tetap berisi setengah. Karena pengiritan yang luar biasa, ia dan keluarganya seringkali kelaparan. Badan mereka semakin hari semakin kurus, namun guci itu tetap berisi setengah.
Suatu hari ia datang menghadap raja dan meminta agar gajinya dinaikkan. ”Baiklah, aku akan menaikkan gajimu,” kata raja. Laki-laki itu pun menambahkan emas ke dalam guci, tetapi guci itu menelan emas yang dimasukkan dan tetap guci itu berisi setengah.
Raja memperhatikan bahwa tukang cukurnya semakin hari semakin menderita. ”Masalah apa yang sedang engkau hadapi? Dulu ketika gajimu kecil, engkau nampak bahagia dan senang. Tapi setelah gajimu dinaikkan, engkau malah nampak semakin susah dan lelah. Apakah engkau menyimpan tujuh guci di rumahmu?” tanya raja. Tukang cukur itu sangat terkejut, ”Siapa yanag memberitahu raja tentang tujuh guci itu?”
Sang raja pun tertawa. Aku tahu gejala dari orang yang ditawari tujuh guci oleh setan itu. Dulu ia menawarkan guci itu kepadaku, tetapi aku tidak mau karena emas-emas yang ada di dalam guci itu tidak bisa digunakan, ia hanya menimbulkan dorongan untuk menyimpannya. Sekarang kembalikan guci-guci itu pada setan dan engkau akan bahagia.
Kisah di atas merupakan gambaran bagaimana dosa ketamakan bekerja. Orang yang dikuasai ketamakan akan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk menumpuk dan menumpuk kekayaan. Dalam suratnya yang singkat dan praktis, Yakobus memperingatkan kita untuk tidak terobsesi menimbun kekayaan (Yak 1:11; 5:1-6). Baik orang kaya ataupun orang miskin, hasarat untuk menimbun kekayaan dapat secara halus mengambil alih seluruh kehidupan kita. Tanpa sadar, beberapa orang percaya telah jatuh ke dalam cengkeraman ketamakan dan mereka akan lenyap di tengah-tengah usaha mereka. Mereka kehilangan ketenangan dan kebahagiaan hidup, karena sibuk memburu dan menimbun kekayaan.

Dipungut OPH dari Manna Sorgawi Mei 2007

Minggu, 12 April 2009

KEAJAIBAN MELALUI UANG PALSU

Ada sebuah kisah yang pernah terjadi di kota Nan-chang, provinsi Ciang-sia. Tahun 1938 adalah masa peperangan di masa Presiden Ciang Kai Sek masih menjabat sebagai komandan laskar yang bertempat di Nan-chang. Saat itu di sepanjang jalan terlihat para wanita yang sudah tua dan lemah duduk berjualan. Mereka menjual bermacam-macam kebutuhan tentanra, seperti handuk dan kaus kaki. Biasanya para tentara pergi berbelanja pada jam-jam istirahat.
Suatu hari ketika para tentara sedang berbelanja, tampaklah seorang nenek tua menangis terisak-isak di pinggir jalan. Ketika orang-orang bertanya mengapa ia menangis ia menceritakan bahwa ada orang yang telah membeli banyak sekali barang dagangannya dengan uang yen palsu. Sang nenek baru menyadari bahwa itu adalah uang yen palsu, ketika pembelinya sudah pergi entah ke mana. Seorang tentara yang sedang berbelanja, iba melihat nenek tersebut. Kebetulan ia baru saja menerima gaji, sehingga ia mulai menghibur sang nenek sambil berkata, “Tenang saja Nek, saya baru gajian dan Nenek boleh menukarkan uang yen palsu itu kepada saya sebagai kenang-kenangan.” “Itu tidak mungkin, kau tidak bersalah dalam hal ini, tetapi mengapa engkau mau mengorbankan uangmu untuk saya?” kata sang nenek. “Tidak apa-apa Nek, ambillah uang ini dan Nenek bisa jadikan modal,” bujuk tentara tersebut. Berkali-kali si nenek menolak pemberian tentara itu, namun akhirnya ia tidak kuasa menolak pemberian yang tulus tersebut. Ia menerima uang pemberian si tentara dan menyerahkan uang yen palsu kepadanya.
Beberapa waktu kemudian, tentara itu kembali berdinas di kota Nan-chang. Ia berusaha mencari si nenek untuk menceritakan sebuah keajaiban yang dialaminya. Ternyata di sebuah pertempuran sengit ketika berada di barisan depan dalam medan pertempuran, sebuah peluru menghujam dadanya. Ia begitu takut hingga pingsan, karena mengira bahwa ia sudah menemui ajalnya. Tetapi ketika sadar, ia tidak merasakan sakit apa-apa. Tangannya meraba dadanya untuk mengetahui apakah ada peluru yang bersarang di tubuhnya. Tapi ia tidak melihat darah sedikit pun. Ia melihat kepingan uang logam yang tak lain adalah yen palsu di kantong kirinya. Yen palsu tersebut sudah cekung akibat hantaman peluru. Ternyata yen palsu itu telah menyelamatkan nyawanya, sehingga cerita itu menyebar ke seluruh kota.
Cerita ini membawa satu pesan bagi kita bahwa setiap kebaikan terlebih pengorbanan, akan selalu diperhitungkan oleh Tuhan. Kita tidak tahu dengan cara apa semua itu akan dibalaskan kepada kita, tetapi yang pasti bahwa kita tidak akan kehilangan keuntungan ketika kita memutuskan untuk memberi. Douglas M. Lawson mengatakan, “Kita ada untuk sementara melalui apa yang kita ambil, tetapi kita hidup selamanya melalui apa yang kita berikan.” Jangan takut untuk memberi atau berkorban bagi sesama.

Dipungut OPH dari Manna Sorgawi September 2008