Dengan tidak percaya bintang atletik berkulit hitam,
Jesse Owens, menatap bendera yang menyatakan bahwa ia telah melakukan kesalahan
pada lompatan jauhnya. Itu adalah kegagalannya yang kedua. Pemegang rekor dunia
itu hanya memiliki satu kesempatan lagi untuk bisa berlaga di final Olimpiade
1936.
Lompatannya
hanya sejauh 7 meter. Rekor dunia yang dicapai Owens sebelumnya pada tahun yang
sama masih lebih jauh – 8 meter. Namun pada babak penyisihan Olimpiade, ia
telah gagal dua kali pada jarak yang lebih pendek. Kalau gagal lagi, Owens akan
tersingkir.
Kemudian
, tepat pada saat segalanya tampak suram, datang pertolongan dari seseorang
yang tak disangka-sangka – pesaing utamanya! Ia adalah Lutz Long dari Jerman,
satu-satunya pelompat jauh yang lompatannya bisa mengalahkan Owens.
Pertemuan
dramatis antara pahlawan olahraga Afro-Amerika dengan pahlawan Jerman tersebut
merupakan salah satu cerita besar dalam Olimpiade 1936 di Berlin, Jerman, yang
tak pernah diceritakan. Pada saat itu, dictator Jerman Adolf Hitler dan para
pengikutnya membenci orang-orang kulit hitam dan menganggap orang-orang kulit
putih lebih unggul. Hitler berharap pertandingan tersebut akan membuktikan
bahwa atlet-atlet kulit putih lebih baik daripada atlet-atlet kulit hitam.
Namun
Owens, seorang pelajar dari Negara bagian Ohio, membuktikan bahwa orang gila
itu salah. Ia mengejutkan Hitler dan para pengikut Nazinya dengan memenangkan
empat medali emas dalam Olimpiade 1936. Namun, tanpa sportivitas yang tidak
mementingkan diri sendiri dari Lutz Long, Owens tak akan pernah memenangkan
medali emas untuk nomor lompat jauh.
Selain
lompat jauh, Owens juga mengikuti lomba lari 200 meter meski keduanya
diselenggarakan pada waktu yang hampir bersamaan. Ia mengawali hari itu dengan
melakukan dua nomor lari pertama pada babak penyisihan. Masih dengan pakaian
yang sama, Owens berlari memasuki lapangan tempat kompetisi lompat jauh
dilangsungkan.
Karena
terlambat, Owens tak menyadari kalau pertandingan lompat jauh sudah dimulai. Ia
bermaksud melakukan pemanasan dengan berlatih di landasan, kemudian dengan setengah hati
melompat ke pasir. Namun ia sangat terkejut kala panitia menyatakan bahwa ia
gagal pada lompatan pertamanya. Ternyata lompatan pemanasannya itu dianggap
sebagai lompatan pertama dari tiga kesempatan yang akan diperhitungkan.
Karena
bingung dengan keputusan panitia dan kehabisan napas karena baru mengikuti
nomor lari jarak pendek 200 meter, Owens berusaha keras melompat dengan baik
pada kesempatan kedua. Namun ia salah memperhitungkan titik tolaknya – dan gagal
lagi! Kini Owens hanya memiliki satu kesempatan lagi.
Saat
itulah, seorang Jerman bertubuh tinggi dan berambut pirang menepuk bahu Owens
dan memperkenalkan dirinya sebagai Lutz Long, pelompat jauh Jerman yang
terpilih untuk berlaga di babak final. Anak petani kulit hitam dan atlet Jerman
itu bercakap-cakap selama beberapa menit. Kemudian, Long yang tidak percaya
pada teori Hitler yang aneh tentang keunggulan orang-orang kulit putih,
menawarkan diri untuk membantu Jesse.
“Pasati
ada sesuatu yang mengganggumu,” tanya Long. “Seharusnya kamu dapat lolos dengan
mata tertutup.”
Owens
menjelaskan bahwa ia tidak tahu kalau lompatan pemanasannya diperhitungkan
sebagai lompatan pertama, dan karena keinginannya yang berlebihan untuk
memperbaiki kesalahan, pada kesempatan kedua titik tolakannya justru gagal.
“Jarak
yang perlu kamu perhitungkan sebenarnya tidak sulit. Buatlah tanda kira-kira 30
cm sebelum kamu mencapai garis,” Long memberitahu Owens. “Gunakan itu sebagai
titik tolakan lompatanmu. Dengan demikian kamu tidak akan gagal.”
Owens
berterima kasih pada lawannya, kemudia membuat sebuah tanda dengan kakinya di
rumput di sebelah landasan kira-kira 30 cm dari garis batas. Beberapa menit
kemudian, ia berlari dan melakukan lompatan ketiga sekaligus lompat terakhir,
dan berakhir melompat 60 cm lebih jauh. Namun drama belum selesai.
Sore
itu, atlet Amerika dan Jerman itu bertemu lagi di babak final untuk
memperebutkan medal emas lompat jauh.
Lompatan
pertama Owens mengukir rekor Olimpiade sejauh 7,76 m yang kemudian diralat
menjadi 7,87 m. Namun Long menyambut tantangan tersebut. Pada kesempatan kedua,
ia menggetarkan hati ribuan pendukung Jerman dengan menyamai lompatan Owens
yang memecahkan rekor.
Kini
giliran Owens. Ia menjawabnya dengan lompatan lain yang memecahkan rekor lagi,
kali ini sejauh 8 m. Untuk bisa menang, Long membutuhkan kekuatan manusia super
pada kesempatan terakhirnya. Namun karena mencoba mengerahkan seluruh
kemampuan, Long hari melampaui papan pembatas dan gagal. Dan, Jesse Owens
memenangkan medali emas!
Owens
masih memiliki satu kesempatan lagi. Ia begitu bersemangat sehingga berhasil
melompat sejauh 8,05 m, dan kembali memecahkan rekor Olimpiade untuk ketiga
kalinya dalam tiga kali lompatan.
Dengan
geram dan bersungut-sungut Adolf Hitler menyaksikan melalui televise bahwa
orang pertama yang memeluk dan memberi selamat kepada Owens adalah Lutz Long.
Bertahun-tahun
kemudian, Owens mengenang peristiwa tersebut ketika dua pahlawan Olimpiade itu
berdiri berangkulan. “Anda dapat melebur semua medali dan piala yang saya
miliki, karena semua itu tak dapat dibandingkan dengan persahabatan 24 karat
yang saya rasakan saat itu terhadap Lutz Long.”
Long
dan Owens menjadi teman baik dan saling berkirim surat, bahkan selama Perang
Dunia II saat Lutz menjadi letnan dalamketentaraan Jerman. Dalam sepucuk surat
yang ditulisnya dalam suatu peperangan pada tahun 1943, Long menulis, “Kuharap
kita bisa tetap berteman baik walau banyak perbedaan di antara Negara kita.”
Itu adalah surat terakhir yang diterima Owens, karena beberapa hari setelah
menulis surat itu, teman baik dan lawan tanding Owens tersebut tewas dalam
pertempuran.
Jesse
Owens tetap berhubungan dengan keluarga Long dan beberapa tahun setelah perang
ia menerima surat yang sangat menyentuh dari putra Lutz, Peter, yang saat itu
telah berusia 22 tahun. Dalam suratnya Peter berkata bahwa ia akan menikah. “Meski
Ayah tak bisa hadir di sini untuk menjadi saksi dalam pernikahan saya, saya
tahu siapa pengganti yang beliau inginkan, yakni seseorang yang dikagumi dan
dihormati olehnya serta seluruh keluarganya. Saya yakin Ayah ingin Anda
menggantikannya. Demikian pula saya.”
Itu
sebabnya, Jesse Owens pergi menghadiri pernikahan Peter di Jerman, dan dengan
bangga berdiri di samping putra Lutz Long itu – seorang sahabat dan atlet
Olimpiade yang menempatkan sportivitas di atas kemenangan pribadi.
Bruce Nash & Allan Zullo
Mengejar Pelangi