Yesus Gembala yang Baik.

Selasa, 23 April 2013

Memperbaiki Mesin yang Rusak

diambil dari buku : Kuingin Mendengar SuaraMu, Tuhanku. Irwan Halim, penerbit : Andi)



Seorang direktur perusahaan, Harold Hill, mengisahkan pengalamannya. Sesudah Yesus membaptis saya dalam Roh Kudus, saya mempunyai kesempatan melihat bagaimana hal-hal luar biasa yang bekerja dalam dunia ilmu pengetahuan.
Saya dipanggil dalam urusan perlengkapan pembangkit listrik tegangan tinggi. Sebagian kontrak mengatur supaya memeriksanya sebelum menyalurkannya ke kota. Suatu pagi, saya menerima telepon penting,”Kami dalam kesulitan karena pukul 1 siang ini, akan ada serah terima pembangkit tenaga listrik ini kepada walikota dan dewan kota. Tetapi mesin ini tidak bisa jalan!”
“Wah,” kata saya,”bagus sekali meneleponku jam segini. Saya hanya punya waktu empat jam dari yang ditentukan supaya mesin itu harus berjalan baik.” Mereka minta maaf. “Kami kira bisa menemukan letak masalahnya. Kami sudah bekerja selama dua minggu. Tetapi kami kebingungan dan gagal. Apa yang bisa Anda kerjakan untuk hal ini?”
Nah, puji Tuhan. Saya punya Penasehat yang paling baik dalam perusahaan ini, yaitu Tuhan Yesus. Dia telah memimpin saya sehingga saya percaya Dia bisa memberi nasihat melalui karunia Roh KudusNya, yaitu perkataan marifat, hikmat, dan membedakan roh. Hikmat untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan selanjutnya. Marifat adalah cara menggunakannya. Dan membedakan roh atau situasi adalah gambaran yang jelas atau penjelasannya.
Saya ingin memercayakan diri pada Roh Kudus yang memberi saya karunia yang saya butuhkan. Karena itu, saya berkata kepada orang yang menelepon saya. “Saya akan bersiap-siap ke sana dan menemukan kesalahannya.”
“Tidak,” katanya,”jangan pergi. Anda tunggu saja di sana. Saya akan menjemput Anda.” Dia takut saya akan meninggalkan kantor. Ia tidak ingin kehilangan saya karena ratusan ribu dolar tergantung dari usaha selama empat jam ini.
Saya mulai berdoa. Ketika sedang berdoa, saya langsung mengetahui dengan pasti apa yang salah. Saya melihat itu sejelas di layar televise. Ini adalah pengalaman pertama saya mencari masalah elektronik yang rumit dan serius langsung dipimpin oleh Roh Kudus. Setan berkata,”Kamu tolol, itu angan-anganmu saja. Itu terlalu menggelikan. “Tetapi, saya terlalu bodoh untuk meragukan firman Allah. Saya berjalan masuk dalam pembangkit listrik itu dengan pimpinan Roh Kudus.
Saya telah menggunakan karunia yang tersedia : bahasa lidah, menterjemahkan bahasa roh dan nubuat, supaya bisa menerima pesan dari Tuhan untuk mengetahui apa yang harus saya lakukan. Karena itu, saya langsung menuju ke tempat yang telah saya lihat dalam Roh tadi. Di situlah sumber kesalahannya. Lalu , memberi perintah kepada para teknisi tentang apa yang harus merela lakukan untuk memperbaikinya.
Mereka berkata,”Pak Hill, kami sudah memeriksa tempat ini semuanya.” Saya berkata lagi, “Kalian memanggil saya ke mari sebagai konsultan. Apakah kalian mau menuruti perintah saya atau tidak? Kalau tidak, saya akan kembali ke kantor saya lagi.”
Salah seoran gdari mereka berkata, “Baik , Pak.” Meskipun apa yang saya usulkan seolah-olah gila, tidak ada kemungkin lain untuk dicoba. Karena itu, mereka melakukan perintah saya : menekan tombol dan membuang sakelar-sakelar. Dan alat itu berjalan seperti yang diharapkan!
Saya terheran-heran seperti mereka. Saya menarik napas lega. Lutut saya sedikit gemetar karena memikirkan seandainya tidak terjadi seperti ini. Saya tidak menyadari itu sampai beberapa waktu. Bagi saya, hal itu menggelikan bisa terjadi. Di antara kira-kira 20 insinyur dan teknisi yang terlatih dan telah gagal berminggu-minggu, saya dengan cepat bisa menunjukkan kesalahannya.
Hal itu akan menimbulkan pertanyaan. Dan memang terjadi. Waktu saya sedang berjalan ke luar, salah seorang teknisi General Electric berkata, “Maafkan saya, Pak, bolehkah saya bertanya sekali saja?” “Tentu saja,” kata saya. “Saya senang menjawabnya.” “Bagaimana Anda bisa berjalan ke sana, sedangkan belum pernah ke mari sebelumnya? Kami telah mengerjakannya siang dan malam tetapi gagal. Bagaimana Anda bisa menemukan kesalahan itu?”
Setan berkata,”Kalau kaukatakan bahwa kau telah berdoa untuk itu, mereka akan mengira engkau sudah gila.” Karena itu , saya hanya memperlihatkan wajah pintar saya dan berjalan keluar, menganggap semua kehormatan yang Allah berikan itu milik saya.
Saya telah membuang kesempatan baik yang luar biasa untuk bersaksi tentang kuasa Yesus di masa kini. Dan untuk limat hari, saya benar-benar merasa tersiksa karenannya. Setan tetap menuduh dan mempersalahkan saya. “Kalaulihat itu? Kau tidak akan pernah menjadi seorang saksi Kristus lagi. Menyerah saja. Mau apa lagi?”
Kemudian, saya berdoa,”Tuhan , beri aku kesempatan lagi dengan sistem komunikasi angkatan darat, instalasi gelombang pendek (ultrashort) , alat-alatnya, dan itu semua barang yang canggih.” Lalu, suatu hari datang telepon untuk pemeriksaan darurat dan perbaikan di salah satu tempat sejenis di Virginia. Perusahaan tempat saya bekerja telah menjanjikan kepala elektronik kamilah yang akan pergi ke sana. Karena itu, saya harus menelepon ke Virginia di bagian persatuan para insinyur untuk membatalkan perjanjian itu dan mempersiapkan yang baru.
Ketika saya sedang menunggu sambungan dari sana, Tuhan berkata, “Kenapa bukan engkau saja yang ke sana, Hill?” Saya berkata, “Tuhan, saya… bla blab la.” Saya mencoba mengelak dari tugas itu. Dia berkata lagi, “Engkau telah melihat bagaimana Aku bisa menemukan dan memperbaiki tiap kesulitan, bukan begitu?” Kata saya,”Benar.” “Nah, kalau begitu, kenapa engkau tidak ke sana dan melihat apakah Aku benar-benar bisa?”
Sekarang saya sudah terpojok. Saya mulai gembira untuk kejadian yang akan berlangsung ini. Karena itu, ketika telepon tersambung, saya berkata,”Saya bermaksud menggantikan orang yang sudah direncanakan pergi ke sana besok. Gantikanlah nama orang itu dengan nama saya karena teknisi kami tidak bisa ke sana.”
Dia bertanya, “Anda siapa?” “Saya direkturnya.” Jawaban seperti ini akan membuat Andi diterima di mana-mana. Tetapi, apakah Anda mengerti letak persoalannya? Ia menjawab,”Oh, baiklah.” Kedengarannya ia tidak begitu bersemangat, karena pada umumnya para direktur tidak mengerti banyak tentang hal-hal teknis yang kecil-kecil. Saya pun demikian. Saya hanya tahu sedikit tentang  gangguan pada alat gelombang ultrapendek. Tetapi, saya akan mengajukan persoalan itu kepada Ahli teknik sejati yang memiliki segala hikmat dan pengetahuan. Akan sangat menggembirakan melihat bagaimana Yesus melepaskan saya dari situasi ini.
Saya tiba di Alexandria Virginia di tempat para insinyur itu. Lalu , mereka memberi saya tiga teknisi. Mereka berkata,”Mungkin ini akan memakan waktu lama, belum termasuk prosesnya. Kami akan menunggumu kembali ke sini pk 8 malam ini.” Mereka telah memperhitungkannya sebagai perjalanan lengkap, perjalanan pulang pergi. Tambah waktu bekerja guna menentukan letak kesalahan supaya bisa memperbaikinya.
Hal itu beralasan untuk ukuran manusia. Tetapi, mereka tidak tahu bahwa saya berhubungan dengan Pengauasa alam semesta ini. Dalam perjalanan ke stasiun itu dan berdoa dalam bahasa roh, saya melihat dalam roh apa yang salah pada alat-alat itu. Cara semacam itu mengalahkan semua cara yang biasa  dalam mencari kesalahan apa pun. Teknisi-teknisi itu berkata,”karena kita akan tinggal di sini beberapa jam, mengapa kita tidak makan siang lebih dulu sebelum masuk dan memeriksanya?”
“Wah,” kata saya, “kalau bagi kalian begitu, marilah kita pergi sekarang dan nanti kembali ke Alexandria. Tapi, tidak maukah kalian cepat pulang?”
Jawab mereka,”Ya, mau. Tapi bagaimana engkau akan melakukannya? Engkau harus menemukan kesalahannya terlebih dulu.”
“Oh,” saya berkata,”saya sudah tahu letak kesalahannya. Kira-kira lima menit untuk memperbaikinya.”
“Lima menit? Apakah engkau tahu kami sudah mendatangkan ahli-ahli dari Pentagon Kami mempunyai orang-orang yang membuat alat-alat ini! Kami telah memeriksa barang ini semuanya. Tiap kali kami menekan tombol untuk menyalakannya, tabung-tabung pemancar gelombang ultrapendek berteganggan tinggi yang harganya 1.400 dolar itu meledak! Syaraf mereka telah rusak karena harus memeriksa tabung-tabung yang baru dengan biaya sendiri. Harga stasiun itu lebih tinggi daripada yang lain-lain di dunia karena sejumlah tabung akan meledak tiap kali mereka menyalakannya. Tak heran mengapa mereka menjadi sangat gugup.” Tak ada cara yang bisa meyakinkan mereka. Saya berkata lagi,”Saya hanya perlu lima menit.”
Mereka memandang saya seolah-olah tidak yakin akan kewarasan saya. “Apakah Anda yakin dengan apa yang akan Anda lakukan?”
Kata saya,”Apakah saya datang ke sini untuk main-main?”
“Tidak , Pak.”
“Kalau begitu, jika kalian melakukan perintah saya, kita akan keluar lagi dalam waktu kurang dari 15 menit, dan semuanya selesai dicoba.” Ya, kedengarannya terlalu muluk. Mereka memutuskan akan melihat orang macam apa saya ini. Karena itu, mereka mengikuti dengan mulut tertutup. Begitulah sikap mereka. Saling berpandangan. Salah seorang berkata,”Baiklah, apa yang akan kita lakukan?”
“Bukalah pelat penutup alternator utama itu.”
“Pak Hill, kami sudah memeriksa seluruh bagian itu, semuanya sudah.”
Kata saya,”Buka saja pelat itu. Apakah Anda mau main-main atau menginginkan hasilnya?”
Lalu, mereka membuka pelat penutup itu. Kata saya lagi,”Sekarang buka sekrup penyetelnya. Putarlah tali sikat itu 2,5 cm ke kiri.”
“Tetapi, Pak Hill, letak tali sikat itu sudah menurut aturan pabriknya. Kami akan dihukum kalau berani menyentuhnya karena pabrik telah-“
Saya berkata,”Putarlah 2,5 cm atau saya yang melakukannya!” Jakun mereka naik turun karena menelan rasa cemas.
“Tidak, Pak. Tidak.” Mereka menjadi paduan suara. “Kami teknisinya.”
“Kalau begitu, putarlah ke kiri.”
“Ya, Pak.”
“Kencangkan lagi sekrupnya.”
“Ya, Pak.”
“Pasang lagi pelat penutupnya.”
“Ya, Pak.”
“Sekarang tekan tombolnya.”
“Tidak, Pak. Kami tidak akan menekan tombolnya. Tabung-tabung itu akan meledak kena muka kita.”
Kata saya lagi,”Kalau begitu, berdirilah di luar pintu.”
Mereka keluar. Mereka senang begitu. Saya menekan tombolnya. Semua mesin menyala dan stasiun itu berjalan lagi! Lalu, saya berkata,”Mari kita ke Alexandria.”  Mereka hanya berdiri di situ sambil menyapukan bola mata ke atas.
Kami masuk ke mobil dan mereka menelan ludah. Lalu, salah seorang menyentuh kawannya. Saya tahu mereka memberanikan diri untuk bertanya bagaimana saya bisa melakukan hal itu. Saya sedang menunggu pertanyaan itu. Akhirnya, salah seorang bertanya,”Apakah Anda keberatan jika kami mengajukan sebuah pertanyaan?”
“Tidak, tentu tidak. Semoga saya bisa menjawabnya.” Saya sudah tahu apa yang akan ditanyakan.
“Maukah Anda menceritakan kepada kami bagaimana bisa datang ke mari, menunjukkan tempat yang salah, dan memperbaikinya? Padahal kami telah bersusah paya selama berminggu-minggu. Kami telah mendapat perintah dari panglima tertinggi untuk membuat dan memelihara alat-alat ini supaya selalu berjalan baik dan melakukan siaran tetap. Tapi, kami tidak bisa. Itu di luar kemampuan kami. Bagaimana Anda bisa melakukannya?”
Saya duduk baik-baik di kursi. “Saya senang Anda menanyakan hal itu. Karena dalam perjalanan menuju ke mari, saya telah berdoa untuk itu. Dan Tuhan telah memperlihatkan pada saya apa yang harus saya lakukan.”

Seseorang yang Tenar?

(dari buku : Kuingin Mendengar SuaraMu Tuhanku, Irwan Halim, Penerbit Andi)



Pdt. Kim Clement bercerita tentang suatu hari berada di Perth, Australia, atas undangan seorang gembala. Hanya serombongan kecil pengunjung yang menghadiri kebaktian pertama. Tetapi, mereka lapar akan firman Tuhan. Kemudian, Tuhan bekerja luar biasa sehingga pengunjung berdatangan dari mana-mana. Ada pencurahan Roh Allah yang ajaib sehingga dalam waktu beberapa malam saja bangunan itu penuh sesak.

Beberapa pendeta di wilayah itu menyaksikan Tuhan bekerja. Lalu, mereka datang mengunjungi saya. Mereka berkata, “Kami yakin harus mengubah kebaktian ini menjadi kampanye yang meliputi seluruh kota. Maukah Anda tinggal di Perth jika kami dapat mengaturnya?”
“Ya,” saya berkata kepada mereka. “Allah akan segera melakukan sesuatu yang adikodrati.” Pusat hiburan di Perth berkapasitas 6.000 kursi. Dan mereka mengatur untuk memindahkan kebaktian ke sana.
“Kami dapat mengurangi tempat duduk sampai 4.000,” ujar salah seorang pendeta. “Penginjilan akbar yang dulu kami adakan dapat menarik 2.200 pengunjung.”
“Saya mempunyai berita kejutaan bagi Anda,” saya berkata kepada mereka.
“Jika Allah mengirimkan firmanNya, khalayak akan berdatangan. Buka saja sepenuhnya. Kita akan memenuhi tempat ini.”
Selama dua minggu sejak tiba di Perth, saya telah merasakan beban yang berat untuk Australia Barat, sehingga saya telah melakukan puasa penuh disertai doa. Saya tidak menyentuh makanan apa pun dan hanya minum air. “Tuhan” saya berdoa,”kirimkanlah firmanMu. Kirimkanlah firmanMu.”

Pada hari kami pindah ke pusat hiburan, halaman depan surat kabar memberitakannya. Bunyinya : saya telah datang untuk menjangkau mereka yang tak terjangkau dan menjamah mereka yang tak terjamah. Ribuan orang tercurah ke gelanggang itu sampai setiap kursi terisi.
Saat melangkah menuju panggung, saya dapat merasa aliran khusus dari kuasa Allah. Itu bagaikan sengatan listrik. Walaupun tubuh saya lemah karena puasa, saya merasa perkasa. Selagi paduan suara  yang besar jumlahnya sedang menyanyi, saya berdoa,”Tuhan, lakukanlah sesuatu yang luar biasa mala mini. Kami perlu menjangkau kota ini untukMu.” Saya berharap Allah akan memberi saya perkataan nubuat untuk seseorang yang terkenal di antara hadirin. “Bawalah seseorang yang tenar masuk  ke kerajaanMu,” saya berdoa,”itu akan menjadi teladan.”
Saya berpikir mungkin seorang senator, bintang film, tokoh olahraga, atau wartawan televise akan merupakan sosok idaman. Saya ingin melihat sesuatu yang sangat berkesan sehingga hadirin akan pulang sambil berkata, “Dapatkah engkau percaya akan kejadian mala mini?” Saya seharusnya tahu bahwa Allah tidak berbicara karena hasrat saya, melainkan kehendakNya yang mutlak berdaulat.
Sementara kebaktian berlangsung, paduan suara menyanyikan “Sungai Besar AnugrahNya” dan saya berkhotbah selama setengah jam di bawah urapan yang kuat. Kuasa Tuhan sedemikian memenuhi gedung pertemuan itu sehingga orang-orang diselamatkan, disembuhkan dan dibaptis dalam Roh Kudus. Tetapi saya terus berdoa, “Tuhan, aku tahu Engkau mempunyai perkataan nubuatan untuk seseorang istimewa yang ada di sini mala mini. Tunjukkanlah kepadaku pria atau wanita yang akan menerima perkataanMu.”
Selagi mencari petunjuk Tuhan, saya memperhatikan sekelompok orang yang berpakaian rapi duduk bersama-sama. Lalu saya pikir,pastilah ini salah satu dari mereka. “Tuhan, apakah Engkau mempunyai sepatah kata khusus yang dapat kuberikan?” Tetapi, tidak ada apa-apa yang muncul.
Kemudian, saya merasakan desakan dalam roh saya yang berkata,”Lihatlah di belakang gedung pertemuan. Apakah engkau melihat tempat duduk di ujung baris belakang? Ke sanalah Aku mau engkau pergi.” Saya berpikir, apakah saya tidak salah mendengar suara Tuhan? Siapakah tokoh sedemikian penting yang mau duduk di baris belakang?
Sementara berjalan melalui aula besar itu, saya menoleh ke kanan kiri. Saya mencari seseorang yang akan menjadi sasaran penerimaan perkataan Tuhan yang akan saya ucapkan. Tetapi, yang diucapkanNya hanyalah,”Aku tidak akan mengatakan apa pun kepadamu sebelum engkau pergi ke tempat duduk terakhir pada baris belakang.” Hadirin memalingkan kepala dan memperhatikan saya dengan penuh perhatian ketika saya terus berjalan. Mereka ingin tahu orang yang akan saya temui dan mengucapkan nubuat. Ketika tiba di dinding belakang dari gedung itu, saya melihat kursi yang telah ditunjuk Tuhan kepada saya. Kemudian, ketika saya melihat orang yang duduk di situ, saya berpikir, ini mustahil! Mengapa Allah mau saya berbicara kepada orang ini?

Di hadapan saya ada seorang remaja belasan tahun berambut terurai yang kemejanya koyak. Saya berusaha mengabaikan bau badannya saat menatap matanya. Pandangan matanya hampa dan terluka oleh rasa sakit. Untuk sesaat saya terpaku. Kemudian, Allah berkata kepada saya,”Ingatlah dirimu. Itulah engkau.” Saya mendadak melihat diri saya sebagai pemuda yang sia-sia, kecanduan heroin, ditikam dan berdarah, meregang nyawa di suatu jalan di Porth Elisabeth. Saya teringat seseorang datang menolong dan menuntun saya kepada Juruselamat. Tahun-tahun obat bius, music rock dan pembangkangan telah lenyap ketika Tuhan menusuk hati saya. Kini tiba giliran saya untuk menyelamatkan orang lain.
Saya memanggil nama pemuda itu. Ia kecut hati bagaikan seorang anak yang ketakutan. “Marilah ikut saya,” saya berkata seraya mengantar dia menuju panggung. Ketika berdiri di depan hadirin, saya merangkul dia dan berkata,”Allah menyuruh saya berkata kepadamu,hari ini Allah telah menjadi Bapamu.” Pemuda itu mulai menangis. Dia meminta Kristus untuk masuk dalam hatinya. Saya mengetahui kemudian bahwa tiga hari sebelum kebaktian itu berlangsung, kisah dramatis telah terbentang dalam kehidupan pemuda berusia 16 tahun ini.
Dia tinggal di kota kelahirannya, Sydney, kota terbesar di Australia. Sydney berjarak 3.000 km dari Perth! Ayahnya adalah pemabuk dan pecandu narkotika yang parah. Ibunya telah meninggal akibat pemukulan yang mengerikan. Ayahnya telah didakwa sebagai pelakunya. Putranya yang juga ketagihan narkotika, telah pulang pada suatu hari dan dipukul habis-habisan oleh ayahnya. Dia benar-benar ditendang ke luar dari pintu rumahnya. Tulangnya patah. Tubuhnya berlumuran darah. Ayahnya berteriak,”Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Sama sekali tidak! Hari ini aku tidak mengakui engkau sebagai anak! Aku bukan ayahmu lagi!”
Pemuda ini mengambil sebagian obat bius terakhir yang dimilikinya, melangkah ke rumah seorang temannya, dan meminjam sepucuk senjata. Ia memasukkan beberapa butir peluru ke dalam larasnya dan berkata kepada dirinya,”Sudah berakhir.” Ia siap untuk mencabut nyawanya sendiri. Tetapi sebagai gantinya, tanpa alasan sama sekali, ia menyusuri jalan raya dan mulai berjalan kaki melintasi Australia.
Tiga hari kemudian, masih seorang diri, ia mendapati dirinya duduk di tepi jalan di pusat kota Perth. Ia masih mempertimbangkan untuk bunuh diri.
Perth adalah kota yang berangin. Tiba-tiba selembar Koran tertiup angin ke dekatnya. Ia merenggutnya. Ia berniat menggulungnya untuk merokok. Saat merobek koran itu, ia melihat kata “yang tak terjangkau” tertera di halaman itu. Di sebelahnya terdapat gambar saya. Kata itu tampak menonjol di koran itu. Tak terjangkau, pikrinya, itulah aku. Remaja jorok dan kumal itu berkata kepada dirinya, “Aku mau menemui orang ini, sekalipun ini adalah hal terakhir yang akan kulakukan. Barangkali dia mempunyai pesan untukku.”
Dia melihat kembali koran itu. Artikel menyebutkan bahwa saya akan berada di Pusat Hiburan. Dia menggerling dan dengan segera melihat nama gedung itu di seberang jalan. Pusat Hiburan. Pintu-pintunya baru saja dibuka untuk kebaktian pertama.
Ia berjalan masuk dan mengambil tempat duduk pada baris belakang. Saat menantikan kebaktian pertama dimulai, ia berpikir, entah apakah Allah mengenal atau peduli akan diriku. Entah apakah Yesus itu ada, tetapi aku berharap Allah mau berbuat sesuatu untukku.
Kini, sambil berdiri di panggung, ia disambut dalam keluarga Allah. Orang-orang Kristen di kota itu menerimanya sebagai warga mereka. Ia dipenuhi RohKudus, dikuatkan dalam firman, dan memulai pelayanan kepada kaum muda di jalan-jalan kota Perth. Tuhan tahu siap orang terpenting di dalam kebaktian itu.


Muncullah Seorang Pemuda


(dari Buku : Kuingin Mendengar SuaraMu Tuhanku, Irwan Halim, Penerbit Andi)

Suatu hari, Smith Wigglesworth dan James Slater bertandang ke rumah pendeta George Miles di kota Leeds, Inggris. Tiba-tiba kepada kedua orang itu penginjil Wigglesworth berkata, “Allah sedang memberi tahu saya supaya pergi ke Ilkley Moor.” Ilkley Moor adalah sebuah kota indah yang sering dikunjungi oleh para turis. Letaknya kurang lebih 26 km. Karena waktu itu adalah zaman perang, bahan bakar untuk mobil terbatas. Tetapi, pendeta Miles menyatakan kesediaan untuk mengantarkan mereka.

Sewaktu tiba di kota itu, mereka berhenti di sebuah tempat indah yang dikenal dengan istilah “batu sapi dan anaknya”. Sejauh mata memandang, tidak seorang pun terlihat. Jadi, mereka duduk di sebuah tebing yang pemandangan di bawahnya sangat indah.  Untuk sesaat, tak sesuatu pun terjadi. Itu membuat pendeta Miles dan Slater berpikir bahwa pastilah kali ini penginjil Wigglesworth meleset, bukan mendengar suara Allah, tetapi sekedar dengar-dengaran. Namun Wigglesworth tidak ragu. Ternyata beliau benar. Muncullah seorang pemuda yang membawa ransel di punggungnya dan duduk untuk beristirahat di sebelah Wigglesworth.

Keduanya segera terlibat dalam percakapan. Pemuda itu mundur dari Tuhan, seperti anak yang hilang dalam cerita Injil. Ia dikalutkan dan dikecewakan oleh dosa. Beberapa saat, pemuda itu bertelut di atas tebing itu bersama Wigglesworth dan berbalik kepada Allah.

“Luar biasa kebaktian doa yang kami nikmati hari itu di Ilkley Moors,” tutur pendeta Miles belakangan. Kemudian, secara tiba-tiba seperti sebelumnya penginjil Wigglesworth berkata kepada pendeta Miles, “George , kini engkau boleh membawaku pulang. Aku telah melakukan apa yang diperintahkan Allah.”

Abdi Allah yang luar biasa. Beliau begitu menyatu dengan surge, menantikan perintah dari takhta mulia untuk setiap hal yang dikehendaki Allah supaya dilakukan. Sudah pasti Tuhan tahu siapa yang bakal diutusNya mengemban misi sepenting itu, sahabatNya yang setia dan terpercaya, Smith Wigglesworth. Bagi penginjil Wigglesworth, satu-satunya yang penting adalah mempertahankan kontak yang tetap dengan takhta mulia itu dan mendengarkan suara Roh Allah yang kudus. Itulah letak rahasia kesuksesannya.