Yesus Gembala yang Baik.

Selasa, 23 April 2013

Seseorang yang Tenar?

(dari buku : Kuingin Mendengar SuaraMu Tuhanku, Irwan Halim, Penerbit Andi)



Pdt. Kim Clement bercerita tentang suatu hari berada di Perth, Australia, atas undangan seorang gembala. Hanya serombongan kecil pengunjung yang menghadiri kebaktian pertama. Tetapi, mereka lapar akan firman Tuhan. Kemudian, Tuhan bekerja luar biasa sehingga pengunjung berdatangan dari mana-mana. Ada pencurahan Roh Allah yang ajaib sehingga dalam waktu beberapa malam saja bangunan itu penuh sesak.

Beberapa pendeta di wilayah itu menyaksikan Tuhan bekerja. Lalu, mereka datang mengunjungi saya. Mereka berkata, “Kami yakin harus mengubah kebaktian ini menjadi kampanye yang meliputi seluruh kota. Maukah Anda tinggal di Perth jika kami dapat mengaturnya?”
“Ya,” saya berkata kepada mereka. “Allah akan segera melakukan sesuatu yang adikodrati.” Pusat hiburan di Perth berkapasitas 6.000 kursi. Dan mereka mengatur untuk memindahkan kebaktian ke sana.
“Kami dapat mengurangi tempat duduk sampai 4.000,” ujar salah seorang pendeta. “Penginjilan akbar yang dulu kami adakan dapat menarik 2.200 pengunjung.”
“Saya mempunyai berita kejutaan bagi Anda,” saya berkata kepada mereka.
“Jika Allah mengirimkan firmanNya, khalayak akan berdatangan. Buka saja sepenuhnya. Kita akan memenuhi tempat ini.”
Selama dua minggu sejak tiba di Perth, saya telah merasakan beban yang berat untuk Australia Barat, sehingga saya telah melakukan puasa penuh disertai doa. Saya tidak menyentuh makanan apa pun dan hanya minum air. “Tuhan” saya berdoa,”kirimkanlah firmanMu. Kirimkanlah firmanMu.”

Pada hari kami pindah ke pusat hiburan, halaman depan surat kabar memberitakannya. Bunyinya : saya telah datang untuk menjangkau mereka yang tak terjangkau dan menjamah mereka yang tak terjamah. Ribuan orang tercurah ke gelanggang itu sampai setiap kursi terisi.
Saat melangkah menuju panggung, saya dapat merasa aliran khusus dari kuasa Allah. Itu bagaikan sengatan listrik. Walaupun tubuh saya lemah karena puasa, saya merasa perkasa. Selagi paduan suara  yang besar jumlahnya sedang menyanyi, saya berdoa,”Tuhan, lakukanlah sesuatu yang luar biasa mala mini. Kami perlu menjangkau kota ini untukMu.” Saya berharap Allah akan memberi saya perkataan nubuat untuk seseorang yang terkenal di antara hadirin. “Bawalah seseorang yang tenar masuk  ke kerajaanMu,” saya berdoa,”itu akan menjadi teladan.”
Saya berpikir mungkin seorang senator, bintang film, tokoh olahraga, atau wartawan televise akan merupakan sosok idaman. Saya ingin melihat sesuatu yang sangat berkesan sehingga hadirin akan pulang sambil berkata, “Dapatkah engkau percaya akan kejadian mala mini?” Saya seharusnya tahu bahwa Allah tidak berbicara karena hasrat saya, melainkan kehendakNya yang mutlak berdaulat.
Sementara kebaktian berlangsung, paduan suara menyanyikan “Sungai Besar AnugrahNya” dan saya berkhotbah selama setengah jam di bawah urapan yang kuat. Kuasa Tuhan sedemikian memenuhi gedung pertemuan itu sehingga orang-orang diselamatkan, disembuhkan dan dibaptis dalam Roh Kudus. Tetapi saya terus berdoa, “Tuhan, aku tahu Engkau mempunyai perkataan nubuatan untuk seseorang istimewa yang ada di sini mala mini. Tunjukkanlah kepadaku pria atau wanita yang akan menerima perkataanMu.”
Selagi mencari petunjuk Tuhan, saya memperhatikan sekelompok orang yang berpakaian rapi duduk bersama-sama. Lalu saya pikir,pastilah ini salah satu dari mereka. “Tuhan, apakah Engkau mempunyai sepatah kata khusus yang dapat kuberikan?” Tetapi, tidak ada apa-apa yang muncul.
Kemudian, saya merasakan desakan dalam roh saya yang berkata,”Lihatlah di belakang gedung pertemuan. Apakah engkau melihat tempat duduk di ujung baris belakang? Ke sanalah Aku mau engkau pergi.” Saya berpikir, apakah saya tidak salah mendengar suara Tuhan? Siapakah tokoh sedemikian penting yang mau duduk di baris belakang?
Sementara berjalan melalui aula besar itu, saya menoleh ke kanan kiri. Saya mencari seseorang yang akan menjadi sasaran penerimaan perkataan Tuhan yang akan saya ucapkan. Tetapi, yang diucapkanNya hanyalah,”Aku tidak akan mengatakan apa pun kepadamu sebelum engkau pergi ke tempat duduk terakhir pada baris belakang.” Hadirin memalingkan kepala dan memperhatikan saya dengan penuh perhatian ketika saya terus berjalan. Mereka ingin tahu orang yang akan saya temui dan mengucapkan nubuat. Ketika tiba di dinding belakang dari gedung itu, saya melihat kursi yang telah ditunjuk Tuhan kepada saya. Kemudian, ketika saya melihat orang yang duduk di situ, saya berpikir, ini mustahil! Mengapa Allah mau saya berbicara kepada orang ini?

Di hadapan saya ada seorang remaja belasan tahun berambut terurai yang kemejanya koyak. Saya berusaha mengabaikan bau badannya saat menatap matanya. Pandangan matanya hampa dan terluka oleh rasa sakit. Untuk sesaat saya terpaku. Kemudian, Allah berkata kepada saya,”Ingatlah dirimu. Itulah engkau.” Saya mendadak melihat diri saya sebagai pemuda yang sia-sia, kecanduan heroin, ditikam dan berdarah, meregang nyawa di suatu jalan di Porth Elisabeth. Saya teringat seseorang datang menolong dan menuntun saya kepada Juruselamat. Tahun-tahun obat bius, music rock dan pembangkangan telah lenyap ketika Tuhan menusuk hati saya. Kini tiba giliran saya untuk menyelamatkan orang lain.
Saya memanggil nama pemuda itu. Ia kecut hati bagaikan seorang anak yang ketakutan. “Marilah ikut saya,” saya berkata seraya mengantar dia menuju panggung. Ketika berdiri di depan hadirin, saya merangkul dia dan berkata,”Allah menyuruh saya berkata kepadamu,hari ini Allah telah menjadi Bapamu.” Pemuda itu mulai menangis. Dia meminta Kristus untuk masuk dalam hatinya. Saya mengetahui kemudian bahwa tiga hari sebelum kebaktian itu berlangsung, kisah dramatis telah terbentang dalam kehidupan pemuda berusia 16 tahun ini.
Dia tinggal di kota kelahirannya, Sydney, kota terbesar di Australia. Sydney berjarak 3.000 km dari Perth! Ayahnya adalah pemabuk dan pecandu narkotika yang parah. Ibunya telah meninggal akibat pemukulan yang mengerikan. Ayahnya telah didakwa sebagai pelakunya. Putranya yang juga ketagihan narkotika, telah pulang pada suatu hari dan dipukul habis-habisan oleh ayahnya. Dia benar-benar ditendang ke luar dari pintu rumahnya. Tulangnya patah. Tubuhnya berlumuran darah. Ayahnya berteriak,”Aku tidak mau melihat mukamu lagi! Sama sekali tidak! Hari ini aku tidak mengakui engkau sebagai anak! Aku bukan ayahmu lagi!”
Pemuda ini mengambil sebagian obat bius terakhir yang dimilikinya, melangkah ke rumah seorang temannya, dan meminjam sepucuk senjata. Ia memasukkan beberapa butir peluru ke dalam larasnya dan berkata kepada dirinya,”Sudah berakhir.” Ia siap untuk mencabut nyawanya sendiri. Tetapi sebagai gantinya, tanpa alasan sama sekali, ia menyusuri jalan raya dan mulai berjalan kaki melintasi Australia.
Tiga hari kemudian, masih seorang diri, ia mendapati dirinya duduk di tepi jalan di pusat kota Perth. Ia masih mempertimbangkan untuk bunuh diri.
Perth adalah kota yang berangin. Tiba-tiba selembar Koran tertiup angin ke dekatnya. Ia merenggutnya. Ia berniat menggulungnya untuk merokok. Saat merobek koran itu, ia melihat kata “yang tak terjangkau” tertera di halaman itu. Di sebelahnya terdapat gambar saya. Kata itu tampak menonjol di koran itu. Tak terjangkau, pikrinya, itulah aku. Remaja jorok dan kumal itu berkata kepada dirinya, “Aku mau menemui orang ini, sekalipun ini adalah hal terakhir yang akan kulakukan. Barangkali dia mempunyai pesan untukku.”
Dia melihat kembali koran itu. Artikel menyebutkan bahwa saya akan berada di Pusat Hiburan. Dia menggerling dan dengan segera melihat nama gedung itu di seberang jalan. Pusat Hiburan. Pintu-pintunya baru saja dibuka untuk kebaktian pertama.
Ia berjalan masuk dan mengambil tempat duduk pada baris belakang. Saat menantikan kebaktian pertama dimulai, ia berpikir, entah apakah Allah mengenal atau peduli akan diriku. Entah apakah Yesus itu ada, tetapi aku berharap Allah mau berbuat sesuatu untukku.
Kini, sambil berdiri di panggung, ia disambut dalam keluarga Allah. Orang-orang Kristen di kota itu menerimanya sebagai warga mereka. Ia dipenuhi RohKudus, dikuatkan dalam firman, dan memulai pelayanan kepada kaum muda di jalan-jalan kota Perth. Tuhan tahu siap orang terpenting di dalam kebaktian itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar