Yesus Gembala yang Baik.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Bermegah atas Kelemahan



Manna Surgawi 300812


Pada suatu hari , Malcolm mengajak tunangannya berjalan-jalan melewati hutan. Entah bagaimana mereka terjebak di antara seekor induk beruang dan anak-anaknya. Induk beruang itu, karena ingin melindungi anak-anaknya, mencengkeram tunangan Malcolm.Namun, Malcolm mempunyai keberanian dan berhasil membebaskan tunangannya. Kemudian, induk beruang menangkap Malcom dan meremukkan tulang di tubuhnya. Induk beruang mengakhiri serangan dengan menancapkan cakarnya pada wajah Malcolm dan mencakar lurus hingga ke kepala bagian belakang.

Ternyata Malcolm tetap hidup, selama delapan tahun ia berulang-ulang menjalani operasi pemulihan. Namun, semua itu tidak cukup menolongnya. Ia memandang dirinya sebagai si buruk rupa, dan tidak ingin lagi tampil di hadapan umum. Hingga suatu kali Malcolm naik dengan kursi rodanya ke atasp lantai sepuluh gedung pusat rehabilitasi. Ketika sedang bersiap-siap untuk mendorong tubuhnya, ayahnya muncul dan berkata, “Malcolm, tunggu sebentar.” Mendengar suara itu, Malcolm membalikkan badannya. Ayahnya berkata, “ Malcolm, setiap manusia memiliki bekas luka di suatu tempat yang tersembunyi  dalam dirinya. Rata-rata mereka menyembunyikannya dengan senyuman, kosmetik, dan pakaian indah. Kebetulan kau harus memakai bekas luka itu di bagian luar. Namun, kita semua sama anakku. Kita sama-sama punya luka.”

Malcolm tidak mampu melompat. Tidak lama kemudian, seorang teman membawakan beberapa rekaman kaset mengenai motivasi. Pada salah sat kaset, dia menyimak kisah Paul Jeffers, yang kehilangan pendengaran pada usia empat puluh dua tahun dan berhasil menjadi salah satu wiraniaga terkenal di dunia. Pada saat Paul berkata, “Halangan diberikan kepada orang-orang biasa agar mereka menjadi luar biasa,” Malcom berkata pada dirinya, “Itu kan saya. Saya luar biasa!” Sejak saat itu, Malcolm memutuskan bekerja sebagai wiraniaga asuransi, suatu pekerjaan yang menghadapkan dia pada penolakan berkali-kali. Dia memutuskan untuk menjadikan kekurangannya yang utama sebagai modal. Setahun kemudian, ia menjadi agen asuransi nomor satu di Vancouver.

Setiap orang memang memiliki keterbatasan, kelemahan, dan pengalaman pahit yang bisa menghalanginya untuk maju. Rasul Paulus  pun pernah mengalami hal tersebut, di mana ia menyatakan ada duri dalam dagingnya. Namun ia tidak menjadikan kelemahan itu sebagai penghalang baginya utnuk menjadi alat Tuhan. Saat ini, hal apa yang menjadi penghalang dalam hidup kita untuk maju? Jangan menyerah, menyalahkan Tuhan, atau menyalahkan orang lain. Sebab kasih karunia Tuhan cukup memberi kemampuan bagi kita untuk menghadapi tantangan hidup ini. Tuhan dapat memakai setiap penghalang untuk menjadikan kita pribadi yang tangguh, sebab di dalam kelemahanlah kuasaNya akan nyata. Ucapkanlah syukur untuk segala hal yang terjadi di dalam hidup kita!

Tidak Harus Menunggu Kaya



Manna Surgawi 220811


Pada umumnya orang baru mau memberi ketika punya kelebihan uang atau harta. Rasanya sulit untuk memberi ketika masih di dalam keadaan pas-pasan. “Jangankan untuk memberi, untuk hidup sendiri saja susah,” demikian katanya. Kalau tidak seperti itu, ya seperti berikut ini perkataannya, “Saya kan perlu menabung, nanti saja kalau banyak sisanya.” Ketika memberi karena kelebihan, itu hal biasa, tetapi memberi sekalipun hidupnya pas-pasan, itu baru luar biasa. Dan itulah yang dilakukan oleh seorang kaek bernama Bai Fang Li. Dia berasal dari daerah Changxia, Hebei. Pekerjaannya adalah tukang becak. Dilihat dari fisiknya sangat tidak meyakinkan karena badannya kurus dan kecil, tetapi semangat hidup dan pengabiannya sangat tinggi. Setelah bersekutu dengan Tuhan, dia mulai keluar jam 6 pagi dan sepanjang hari dia melakukan aktivitasnya ini, lalu pulang ketika jam sudah menunjuk angka 8 malam. Menariknya, uang hasil kerja kerasnya ini bukan untuk dinikmati sendiri. Setelah diambil untuk sewa gubuknya dan membeli dua potong kue kisimis untuk makan siang serta sepotong daging kecil dan sebutir telur untuk makan malam, sisa uang itu dia sumbangkan ke yayasan yatim piatu. Hati kakek ini mulai tergerak untuk memberi ketika suatu saat dia melihat seorang anak yang seharusnya sekolah tetapi harus bekerja. Berkali-kali dia memperhatiakan anak itu menolong ibu-ibu yang berbelanja dan menerima upah uang recehan. Kemudian dia melihat anak itu beranjak ke tempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu menemukan sepotong roti kecil yang kotor dia pun memakannya. Ketika ditanya alasannya mengapa anak itu melakukan hal tersebut, dia menjawab, “Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik saya.” Setelah bertemu dengan kedua adik dari anak lelaki itu, Bai kemudian membawa ketiga anakk itu ke yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu. Kepada pengurus yayasan dia berjanji untuk setiap hari mengantar uang hasil menarik becaknya ke situ. Sejak saat itu, Bai pun semakin bersemangat mengayuh becaknya. “Tidak apa-apa saya menderita, yang penting anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini,” katanya. Suatu hari dia datang ke yayasan tersebut untuk memberikan uang sebesar 500 yuan atau setara dengan 675.000 rupiah. Dia berkata bahwa itu adalah uang terakhir yang bisa dia berikan. Tahun 2005, dia meninggal ketika umurnya 95 tahun. Dia memang sudah tiada, tetapi namanya tetap abadi di hati masyarakat Tiongkok, bahkan di hati masyarakat dunia.

Kalau kita bersedia memberi hanya  jika kita sudah kaya, maka kita tidak akan pernah memberi, sebab kita tidak akan pernah merasa kaya. Seberapa pun harta yang kita miliki, kita akan merasa kurang. Untuk itu, mari belajar memberi dengan apa yang ada pada kita. Jika kita rela, maka pemberian kita akan berdampak positif bagi diri kita sendiri dan sesama.

Tunawisma di Depan Gereja



Manna Surgawi 140811


Di Minggu pagi yang dingin, jemaat sebuah gereja tetap setia beribadah. Pagi itu butir-butir salju turun, mereka bergegas masuk ke dalam gedung untuk mendapat kehangatan. Ketika akan masuk ke gereja, di gerbang pagar semua orang akan melihat seorang pria tunawisma yang tergeletak di atas selembar kardus yang dibentangkan. Tubuhnya membungkuk ditutupi dengan jas hujan berwarna hitam tua yang berlubang-lubang, sepatunya bolong-bolong dan kaus kaki kumalnya, mungkin sudah tidak dicuci beberapa bulan lamanya. Dari tubuh tunawisma  itu menyebar bau tak sedap, barangkali ia sering mengais-ngais tempat sampah untuk  mencari sesuatu yang bisa mengenyangkan perutnya. Ketika berjalan melewati tunawisma yang kedinginan itu, jemaat ada yang berjalan dengan tenang masuk ke dalam gereja, dan sebagian yang lain berjalan dengan menutup hidung mereka, sambil melemparkan pandangan jijik. Di tempat duduk ada beberapa orang yang memperbincangkan mengapa ada seorang tunawisma yang dibiarkan terbaring di halaman gereja. Kebanyakan orang membahas bagaimana tunawisma yang kotor dan bau ini memiliki keberanian untuk tidur di gerbang gereja mereka!

Tidak berapa lama kemudian, jari-jari sang pianis mulai menari-nari di atas tuts-tuts piano, tanda ibadah akan segera dimulai. Lagu sudah dinyanyikan tetapi masih banyak yang berkomentar, di antaranya ada majelis yang berkata,”Pastor Joe mungkin akan mengatakan bahwa pria tunawisma itu harus pergi dari gereja kita. Kalau tidak, bagaimana pandangan jemaat tentang kenyamanan di komunitas kita ini?” Namun, tiba-tiba semua orang terdiam, sang pianis pun menghentikan permainannya karena tunawisma itu berjalan menuju altar. Sesampainya di altar, si tunawisma mengambil mikorfon dan berkata, “Selamat pagi. Apa kabar semuanya? Apakah tadi kalian melihat “Yesus” di luar? Dia kedinginan , berbaju kumal, bau, tetapi tak seorang pun yang memintaNya untuk masuk dan merasakan kehangatan di rumahNya,”  kata Pastor Joe, gembala jemaat yang ternyata menyamar sebagai seorang tunawisma yang kedinginan di depan gereja tempat ia menggembalakan.

Gereja adalah wadah di mana kita dituntut untuk mengekspresikan kasih lebih nyata, tanpa memandang jabatan, harga, gender, warna kulit, tingkat pendidikan, dll. Namun, pada prakteknya kebanyakan para aktivis dan pelayan TUhan masih saja tidak menyadari bahwa Tuhan sama sekali tidak suka pada sikap yang membeda-bedakan seperti ini! “Sebab  , jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dnegan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya : Silakan tuan duduk di tempat  yang baik ini! Sedang kepada yang miskin itu kamu berkata : Berdirilah di sana! Atau : Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!” (Yak 2:2-3).

Bertindak di Luar Kotak



Manna Surgawi 261211


Alkisah ada seorang anak yang namanya Chin Mi, belajar kung fu di kuil Dairin. Setelah tekun belajar, dia jadi jagoan di kuil itu dan sekitarnya. Tiba-tiba datang seorang anak lain, Sie Fan, yang juga belajar kung fu ala kuil Dairin. Umur sama, jurus sama, lama berlatih sama. Tapi kung fu Sie Fan jauh di atas Chin Mi. Kekuatannya, kecepatannya semua lebih unggul. Sang guru bingung mengapa  kedua anak ini berbeda. Setelah ditanya oleh sang guru, ternyata Sie Fan berlatih di luar kuil, bertemu dengan berbagai tantangan yang tidak dapat ditemukan di dalam kuil. Pengalaman di luar “kotak” kuil Dairin memungkinkan dia berkembang maju dengan cara yang berbeda.

Setiap kita juga bisa memiliki perkembangan  dalam hidup, jika memilki cara pandang yang berbeda dari biasanya, dan bertindak di luar kotak. Edward de Bono berkata, “Anada tidak bisa mendapatkan lubang yang berbeda dengan menggali lebih, dalam lubang yang sama.:Ini berarti bahwa kita tidak akan menemukan hal baru, yaitu hal-hal yang tidak pernah kita temui dan alami sebelumnya, jika kita masih berada pada cara pemikiran yang sama. Jika kita berani mengambil keputusan untuk keluar dari kotak dan zona nyaman kita, barulah hal-hal barua, inovasi, pengalaman dan keberhasilan baru yang tidak pernah kita bayangkan bisa menghampiri kita. Berpikir di luar kotak berarti menghilangkan penilaian yang telah kita batasi dengan pemikiran kita sendiri, dan juga melawan kecenderungan kita yang ingin selalu nyaman. Abraham adalah salah satu contoh orang yang bertindak di luar kotak. Karena imannya, ia berani bertindak mengambil langkah untuk keluar dari zona nyaman. Ketika TUhan menyuruhnya untuk meninggalkan kota beserta sanak keluarganya, ia menuruti perintah tersebut, walaupun itu bukan suatu hal yang mudah. Zona nyaman terkadang akan membuat kita enggan untuk mengambil tindakan. Namun Abraham berani  melangkah sesuai dengan firmanNya. TIndakan inilah yang menjadikannya “bapa orang percaya”.

Merencanakan tujuan-tujuan hidup yang sesuai dengan kehendak TUhan dan yang dirancang untuk kemuliaan Tuhan adalah hal yang menyenangkan bagi TUhan. Untuk itu diperlukan cara berpikir yang kreatif dan tindakan yang proaktif agar mampu bertindak di luar kotak. Jikalau pada umumnya orang menunggu kesempatan datang kepada mereka, tetapi orang yang proaktif akan memiliki inisiatif dan daya juang yang tinggi, semangat , kuat, pintar, dan sergap untuk mencari dan mengejar kesempatan. Berani mencoba segala sesuatu tanpa harus melanggar prinsip kebenaran. Jadilah orang yang senantiasa memaksimalkan kemampuan yang TUhan anugerahkan. Banyak belajar dalam kehidupan, banyak menambah wawasan. Dengan demikian hidup kita akan menjadi lebih maju dari biasanya. Janganlah kesulitan hidup membatasi pikiran kita dan menghambat kuasa TUhan dinyatakan di dalam hidup kita. Percaya dan bertindaklah sesuai janjiNya!

Sehari Tanpa Celaan



Manna Surgawi 241211


Hampir tiap hari yang dijalani Amy Hagadorn tanpa menerima cela dari teman-teman sekolahnya. Kalau tidak kata-kata celaan, teman-temannya akan meniru Amy yang berjalan pincang karena ia mengidap celebral palsy. Setiap hari Amy bergumul dengan intimidasi dari teman-temannya. Walaupun di dalam kelas penuh dengan anak-anak, tapi ejekan-ejekan itu selalu membuat  Amy merasa sendirian.

Waktu makan malam, ayahnya yang melihat Amy tertekan mencoba menghangatkan suasana hati putrinya yang dingin dengan sebuah berita, “Di sebuah  stasiun radio ada perlombaan  membuat permohonan di hari Natal. Amy, cobalah menulis surat ke sana, siapa tahu kau memenangkannya.” Amy terlihat bersukacita ketika mendengar  hal itu. Usai makan malam ia segera menulis keinginannya. Semua anggota keluarga mencoba menebak permohonan Amy, beberapa mengira bahwa yang paling diinginkan Amy adalah boneka Barbie setinggi satu meter. Namun, Amy merahasiakan permohonan Natalnya.

Ribuan surat masuk ke radio WJLT, stasiun yang mengadakan lomba permohonan Natal. Para karyawan stasiun radio itu bekerja keras memaca permohonan-permohonan yang diinginkan  oleh anak laki-laki dan perempuan dari seluruh kota. Manajer Lee Tobin terharu saat membaca surat Amy yang berbunyi, “Nama saya Amy. Saya berusia Sembilan tahun Saya mempunyai masalah di sekolah, dapatkah Anda menolong saya? Anak-anak menertawakan saya karena cara saya berjalan, berlari dan bicara. Saya menderita cerebral palsy. Saya hanya meminta satu hari untuk dilewati tanpa ada orang yang menertawakan  atau mengejek saya. Sayang selalu, Amy.” Hati Manajer Lee Tobin tersentuh oleh keinginan Amy, ia tahu cerebral palsy adalah kelainan otot yang tampak aneh bagi teman-teman sekolah Amy

Manajer Lee Tobin kemudian menelpon redaksi Koran local yang keesokan harinya memuat foto Amy dan permohonannya. Suatu siang, tukang pos singgah membawa  amplop berbagai ukuran yang dialamatkan kepada Amy. Surat itu datang dari anak-anak dan orang dewasa dari seluruh negeri. Lebih dari 2.000 orang mengirimkan surat persahabatan dan dukungan kepada Amy, tiap penulis mempunyai sebuah pesan khusus baginya. Di sekolahnya, para guru dan murid berdiskusi tentang bagaimana perasaan orang yang diejek. Bahkan, Walikota Fort Wayne menyatakan 21 Desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn. Permohonan Amy “sehari tanpa celaan” kini terpenuhi! Penerimaan adalah hadiah terindah bagi Amy.

Natal selalu berbicara tentang hadiah Bapa yang memberikan Yesus sebagai hadiah terindah bagi manusia yang berdosa. Yesus yang mulia lahir dalam kesederhanaan di kandang domba dan mati dipermalukan di atas kayu salib, supaya kelak setiap umat tebusanNya tidak akan dipermalukan tetapi dipermuliakan. Maknailah Natal sebagai momendi mata kita kembali mensyukuri betapa lebar dan dalamnya kasih Bapa sorgawi bagi kita!