Yesus Gembala yang Baik.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Tunawisma di Depan Gereja



Manna Surgawi 140811


Di Minggu pagi yang dingin, jemaat sebuah gereja tetap setia beribadah. Pagi itu butir-butir salju turun, mereka bergegas masuk ke dalam gedung untuk mendapat kehangatan. Ketika akan masuk ke gereja, di gerbang pagar semua orang akan melihat seorang pria tunawisma yang tergeletak di atas selembar kardus yang dibentangkan. Tubuhnya membungkuk ditutupi dengan jas hujan berwarna hitam tua yang berlubang-lubang, sepatunya bolong-bolong dan kaus kaki kumalnya, mungkin sudah tidak dicuci beberapa bulan lamanya. Dari tubuh tunawisma  itu menyebar bau tak sedap, barangkali ia sering mengais-ngais tempat sampah untuk  mencari sesuatu yang bisa mengenyangkan perutnya. Ketika berjalan melewati tunawisma yang kedinginan itu, jemaat ada yang berjalan dengan tenang masuk ke dalam gereja, dan sebagian yang lain berjalan dengan menutup hidung mereka, sambil melemparkan pandangan jijik. Di tempat duduk ada beberapa orang yang memperbincangkan mengapa ada seorang tunawisma yang dibiarkan terbaring di halaman gereja. Kebanyakan orang membahas bagaimana tunawisma yang kotor dan bau ini memiliki keberanian untuk tidur di gerbang gereja mereka!

Tidak berapa lama kemudian, jari-jari sang pianis mulai menari-nari di atas tuts-tuts piano, tanda ibadah akan segera dimulai. Lagu sudah dinyanyikan tetapi masih banyak yang berkomentar, di antaranya ada majelis yang berkata,”Pastor Joe mungkin akan mengatakan bahwa pria tunawisma itu harus pergi dari gereja kita. Kalau tidak, bagaimana pandangan jemaat tentang kenyamanan di komunitas kita ini?” Namun, tiba-tiba semua orang terdiam, sang pianis pun menghentikan permainannya karena tunawisma itu berjalan menuju altar. Sesampainya di altar, si tunawisma mengambil mikorfon dan berkata, “Selamat pagi. Apa kabar semuanya? Apakah tadi kalian melihat “Yesus” di luar? Dia kedinginan , berbaju kumal, bau, tetapi tak seorang pun yang memintaNya untuk masuk dan merasakan kehangatan di rumahNya,”  kata Pastor Joe, gembala jemaat yang ternyata menyamar sebagai seorang tunawisma yang kedinginan di depan gereja tempat ia menggembalakan.

Gereja adalah wadah di mana kita dituntut untuk mengekspresikan kasih lebih nyata, tanpa memandang jabatan, harga, gender, warna kulit, tingkat pendidikan, dll. Namun, pada prakteknya kebanyakan para aktivis dan pelayan TUhan masih saja tidak menyadari bahwa Tuhan sama sekali tidak suka pada sikap yang membeda-bedakan seperti ini! “Sebab  , jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dnegan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya : Silakan tuan duduk di tempat  yang baik ini! Sedang kepada yang miskin itu kamu berkata : Berdirilah di sana! Atau : Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!” (Yak 2:2-3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar