Laki-laki yang berprofesi sebagai tukang cukur kerajaan suatu hari melewati hutan. Dari balik sebuah pohon ia mendengar suara, “Maukah kamu memiliki tujuh guci berisi emas?” Tanpa berpikir panjang, tukang cukur itu berteriak kegirangan, ”Ya, saya mau.” ”Pulanglah ke rumahmu dan engkau akan menemukan tujuh guci berisi emas di rumahmu,” kata suara itu. Begitu senangnya, tukang cukur itu segera berlari ke rumah dan benar ia menemukan tujuh guci berisi emas. Tapi, ketika ia memperhatikan , ternyata ada satu guci yang hanya berisi setengah, sedangkah yang lainnya berisi penuh dengan emas. Dalam hatinya segera timbul keinginan untuk mengisi penuh guci yang berisi setengah itu dengan emas. Ia pun mengumpulkan semua perhiasan milik keluarganya dan memasukkannya ke dalam guci itu, namun guci tersebut tetap berisi setengah. Ia berusaha menghemat agar bisa menambah emas di dalam guci tersebut, tetapi guci itu tetap berisi setengah. Karena pengiritan yang luar biasa, ia dan keluarganya seringkali kelaparan. Badan mereka semakin hari semakin kurus, namun guci itu tetap berisi setengah.
Suatu hari ia datang menghadap raja dan meminta agar gajinya dinaikkan. ”Baiklah, aku akan menaikkan gajimu,” kata raja. Laki-laki itu pun menambahkan emas ke dalam guci, tetapi guci itu menelan emas yang dimasukkan dan tetap guci itu berisi setengah.
Raja memperhatikan bahwa tukang cukurnya semakin hari semakin menderita. ”Masalah apa yang sedang engkau hadapi? Dulu ketika gajimu kecil, engkau nampak bahagia dan senang. Tapi setelah gajimu dinaikkan, engkau malah nampak semakin susah dan lelah. Apakah engkau menyimpan tujuh guci di rumahmu?” tanya raja. Tukang cukur itu sangat terkejut, ”Siapa yanag memberitahu raja tentang tujuh guci itu?”
Sang raja pun tertawa. Aku tahu gejala dari orang yang ditawari tujuh guci oleh setan itu. Dulu ia menawarkan guci itu kepadaku, tetapi aku tidak mau karena emas-emas yang ada di dalam guci itu tidak bisa digunakan, ia hanya menimbulkan dorongan untuk menyimpannya. Sekarang kembalikan guci-guci itu pada setan dan engkau akan bahagia.
Kisah di atas merupakan gambaran bagaimana dosa ketamakan bekerja. Orang yang dikuasai ketamakan akan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk menumpuk dan menumpuk kekayaan. Dalam suratnya yang singkat dan praktis, Yakobus memperingatkan kita untuk tidak terobsesi menimbun kekayaan (Yak 1:11; 5:1-6). Baik orang kaya ataupun orang miskin, hasarat untuk menimbun kekayaan dapat secara halus mengambil alih seluruh kehidupan kita. Tanpa sadar, beberapa orang percaya telah jatuh ke dalam cengkeraman ketamakan dan mereka akan lenyap di tengah-tengah usaha mereka. Mereka kehilangan ketenangan dan kebahagiaan hidup, karena sibuk memburu dan menimbun kekayaan.
Dipungut OPH dari Manna Sorgawi Mei 2007
Suatu hari ia datang menghadap raja dan meminta agar gajinya dinaikkan. ”Baiklah, aku akan menaikkan gajimu,” kata raja. Laki-laki itu pun menambahkan emas ke dalam guci, tetapi guci itu menelan emas yang dimasukkan dan tetap guci itu berisi setengah.
Raja memperhatikan bahwa tukang cukurnya semakin hari semakin menderita. ”Masalah apa yang sedang engkau hadapi? Dulu ketika gajimu kecil, engkau nampak bahagia dan senang. Tapi setelah gajimu dinaikkan, engkau malah nampak semakin susah dan lelah. Apakah engkau menyimpan tujuh guci di rumahmu?” tanya raja. Tukang cukur itu sangat terkejut, ”Siapa yanag memberitahu raja tentang tujuh guci itu?”
Sang raja pun tertawa. Aku tahu gejala dari orang yang ditawari tujuh guci oleh setan itu. Dulu ia menawarkan guci itu kepadaku, tetapi aku tidak mau karena emas-emas yang ada di dalam guci itu tidak bisa digunakan, ia hanya menimbulkan dorongan untuk menyimpannya. Sekarang kembalikan guci-guci itu pada setan dan engkau akan bahagia.
Kisah di atas merupakan gambaran bagaimana dosa ketamakan bekerja. Orang yang dikuasai ketamakan akan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk menumpuk dan menumpuk kekayaan. Dalam suratnya yang singkat dan praktis, Yakobus memperingatkan kita untuk tidak terobsesi menimbun kekayaan (Yak 1:11; 5:1-6). Baik orang kaya ataupun orang miskin, hasarat untuk menimbun kekayaan dapat secara halus mengambil alih seluruh kehidupan kita. Tanpa sadar, beberapa orang percaya telah jatuh ke dalam cengkeraman ketamakan dan mereka akan lenyap di tengah-tengah usaha mereka. Mereka kehilangan ketenangan dan kebahagiaan hidup, karena sibuk memburu dan menimbun kekayaan.
Dipungut OPH dari Manna Sorgawi Mei 2007