Majalah Komunikasi Kristiani – Standard Vol. XI No. 10 (Februari 2016)
Juliana Snow, gadis kecil berusia 5 tahun ini tidak pernah memiliki
kesehatan yang memadai untuk bisa pergi ke Sekolah Minggu di Gereja City Bible
Church di Portland , Oregon, di mana keluarganya berjemaat. Karena itu sebagian
besar pengetahuannya tentang surga adalah ajaran dari kedua orang tuanya.
Mereka mengatakan padanya bahwa surga itu adalah tempat di mana ia akan bisa
berlari dan bermain, dan semua itu tidak bisa ia lakukan sekarang ini. Surga
adalah tempat di mana ia akan bertemu nenek buyutnya. Ia juga diberitahu bahwa
di surga ada Allah yang akan mengasihinya lebih dari yang bisa mereka lakukan.
Julianna, di usianya yang
masih sangat belia telah menderita penyakit parah yang disebut
Charcot-Marie-Tooth Disease. Penyakit yang awalnya menyerang lengan dan kakinya
itu kini mulai menggerogoti saraf pernapasan serta otot-ototnya.
Charcot-Marie-Tooth Disease, yang juga dikenal sebagai neuropati motorik dan
sensorik herediter, adalah sekumpulan kondisi medis yang ditandai dengan
rusaknya atau hancurnya selaput pelindung (selubung mielin) yang mengelilingi
serabut saraf atau sel saraf itu sendiri. Penyakit itu tidak dapat disembuhkan dan sifatnya progresif,
menyebabkan mati rasa dan kelemahan yang menyebar luas, yang nantinya berakhir
dengan kecacatan.
Otot-otot batuk dan
pernapasan Julianna sangat lemah sehingga jika ia terkena penyakit flu, maka
infeksi itu bisa menetap di paru-parunya yang bisa menyebabkan pneumonia yang
mematikan. Dokternya percaya bahwa jika mereka dapat menyelamatkan dirinya dari
situasi ini – dan itu adalah sebuah pengandaian yang besar – ia mungkin akan
dibius dengan sebuah alat respirator namun dengan kualitas kehidupan yang
sangat rendah.
Michelle Moon – sang ibu –
mencari bimbingan secara online bagaimana menghadapi anak yang akan menghadapi
kematian di usia 4 tahun. Tetapi ia tidak menemukan apa yang ia butuhkan.
Kemudian ia membuat sebuah blog dengan harapan dapat membantu keluarga lain
dalam situasi yang sama.
Dan ketika Julianna
berusia 4 tahun, Michelle bertanya pada putrinya, apakah ia mau dirawat di
rumah sakit atau memilih meninggal di rumah jika jatuh sakit lagi. Dan ternyata
jawaban Julianna sungguh mengharukan. Kepada harian dailymail.co.uk, Mihelle
mengatakan bahwa putrinya lebih memilih untuk pergi ke surga daripada pergi ke
rumah sakit untuk menerima perawatan.
“Julianna, jika kamu sakit
lagi, kamu mau dirawat di rumah sakit atau tetap di rumah saja?”tanya Michelle.
“Tidak ke rumah sakit,
saya benci NT. Saya benci rumah sakit.” Jawab Juianna.
“Itu bisa berarti kamu
akan segera pergi ke surga jika tetap tinggal di rumah?” sang ibu memperjelas
resiko yang bisa menimpa putrinya itu.
Julianna mengangguk.
Julianna tidak mau pergi
ke rumah sakit karena membenci prosedur naso-tracheal suction (NT) yang pernah
ia jalani. Selama prosedur yang berlangsung 4 jam itu, perawat akan memasukkan
selang ke hidung dan tenggorokan Julianna, kemudian mendorong sebuah selang
melewati saluran refleks muntah (gag reflex) hingga ke paru-paru. Proses
berikutnya adalah menghisap lendir keluar dari lubang-lubang kecil jalur pernapasannya.
Dan semua prosedur itu dilakukan tanpa pembiusan!
“Dan kamu tahu bukan Mommy
dan Daddy tak bisa langsung menemani kamu di surga? Kamu akan pergi duluan
seorang diri.”lanjut Michelle.
“Tapi saya tidak akan
sendirian, Tuhan akan menjaga saya,”Kata Julianna sungguh menggetarkan hati.
“Itu benar. Kamu tidak
akan sendirian.”
“Apakah orang-orang akan
segera pergi ke surga?”
“Ya. Hanya saja kami tidak
tahu kapan kami akan ke surga. Kadang-kadang bayi pergi ke surga. Kadang-kadang
ada orang yang benar-benar tua baru pergi ke surga.”
“Apakah Alex (kakaknya
yang kini berumur 7 tahun) akan pergi ke surga bersama dengan saya?”
“Mungkin tidak.
Kadang-kadang orang pergi ke surga bersama-sama pada saat yang bersama, tetapi
sebagian besar akan pergi sendirian. Apakah itu menakutkan kamu?”
“Tidak, surga adalah
tempat yang indah. Tetapi saya tidak menyukai kondisi sekarat.”
“Mommy tahu. Itu adalah
bagian yang sulit. Kita tidak perlu takut mati karena kita percaya bahwa kita
akan pergi ke surga. Tetapi hal it ujuga menyedihkan sebab Mommy akan sangat kehilangan
kamu.”
“Jangan khawatir, saya
tidak takut sendirian.”
“Mommy tahu... Mommy
sayang kamu.”
“Sangat.” Julianna
menambahkan.
“Ya, Mommy sangat sayang
kamu.... Mommy sangat beruntung.”
“Dan saya juga sangat
beruntung.”
“Mengapa?” tanya sang ibu.
“Karena Mommy sangat
sayang pada saya.”
Sebagai seorang ibu,
Michelle menyimpan kesedihannya sendiri, “Tapi kalau kamu pergi ke rumah sakit,
kamu bisa lebih sembuh dan pulang lagi ke rumah menghabiskan waktu lebih banyak
bersama. Mommy ingin kamu tahu hal itu. Rumah sakit bisa memberimu waktu lebih
banyak untuk tinggal bersama Mommy dan Daddy.”
“Saya tahu,” kata Julianna
lagi.
Michelle pun menangis,”Maaf,
Julian. Mommy tahu kamu tidak suka melihat Mommy menangis. Tapi Mommy akan sangat
kehilangan kmau.”
Dan jawaban Julianna
selanjutnya sungguh membuat hati siapa saja tersentuh,”Tidak apa-apa. Tuhan
akan menjaga saya. Dia ada di dalam hati saya.”
Sebelum percakapan itu,
Michelle mengatakan bahwa ia dan suaminya – Steve Snow – telah berencana untuk
membawa Julianna ke rumah sakit jika ia sakit lagi. Tetapi setelah mendengar
keinginan Julianna, mereka berubah pikiran.
“Dia sudah mengatakan
dengan jelas bahwa ia tidak ingin pergi ke rumah sakit lagi,”demikian Michelle
menulis kepada CNN dalam sebuah email. “Jadi kamu harus melepaskan rencana itu
karena itu egois.”
“Sangat jelas, putri saya
yang 4 tahun itu mengatakan pada saya bahwa mendapatkan lebih banyak waktu di
rumah dengan keluarganya tidak setara dengan rasa sakit yang dialami jika pergi
ke rumah sakit lagi. Saya memastikan bahwa ia mengerti pergi ke surga berarti
kematian dan meninggalkan dunia ini. Dan
saya juga mengatakan kepadanya bahwa hal itu juga berarti meninggalkan
keluarganya untuk sementara waktu, tapi kami akan bergabung dengannya kelak.
Apakah ia tetap tidak ingin pergi ke rumah sakit dan masuk surga? Dia tetap
putuskan demikian.” Kata Michelle di dalam blognya.
Sementara sebagian besar
pembaca meninggalkan komentar yang mendukung posting Michelle, tetapi beberapa
orang malah berpikir bahwa Michelle dan Steve telah membuat pilihan yang
keliru.
Menjawab kritik dari orang
lain, Michelle berdiskusi lagi dengan putrinya. “Ketika kamu mati, kamu tidak
akan melakukan apa-apa. Kamu tidak bisa berpikir.” Tetapi menurut Michelle,
Julianna tidak berubah pikiran dan ia tahu bahwa ini berarti ia akan pergi ke
surga sendirian.
Walaupun demikian, kata
Michelle, jika ia sakit, mereka akan menanyai hal itu lagi, dan bahwa mereka
akan menghormati keinginannya.
Pada suatu kesempatan
Michelle mengobrol lagi dengan Julianna tentang bagaimana nanti ketika mereka
bertemu kembali di surga.
“Kamu ingin Mommy berdiri
di depan rumah, di hadapan semua orang sehingga kamu bisa melihat Mommy
terlebih dahulu?” tanya Michelle pada putrinya.
“Iya. Saya pasti akan
sangat bahagia melihat Mommy,” jawab Julianna.
“Apakah kamu mau berlari
memeluk Mommy?” tanya Michelle lagi.
“Iya. Dan saya yakin Mommy
akan berlari memeluk saya juga,” kata Julianna.
“Saya akan berlari dengan
secepat mungkin,” imbuhnya lagi.
“Iya, Mommy yakin kamu
akan lari cepat sekali,” ujar Michelle.
Kondisi Julianna saat ini
sudah agak stabil, tapi dokter mengatakan bahwa sebuah penyakit seperti flu
bisa saja merenggut nyawanya.
Mungkin kita tidak setuju
dengan keputusan keluarga ini, namun hal yang biasa dari Julianna adalah
imannya kepada Tuhan. Semoga Tuhan memberikan anugerah yang besar bagi anak
kecil ini.