Majalah Komunikasi Kristiani – Standard Vol. XI No. 10 (Februari 2016)
Seorang wanita bertanya kepada kekasihnya ,”Orang yang paling kamu cintai di
dunia ini siapa?”
“Kamu dong!” balas sang kekasih dengan cepat.
“Menurut kamu, aku ini siapa?” Setelah berpikir sejenak kekasihnya menjawa,
“Kamu tulang rusukku. Ketika Tuhan melihat Adam kesepian , dengan diam-diam
ketika Adam tertidur, Ia mengambil tulang rusuknya dan diciptakan Hawa. Saat
ini semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang, ketika ia menemukan seorang
wanita untuknya, ia tidak lagi merasakan sakit hati.”
Setelah Menikah, pasangan
itu mengalami masa yang indah untuk sesaat. Setelah itu, mereka mulai tenggelam
dalam kesibukan dan kepenatan hidup. Hidup mereka menjadi membosankan.
Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta
satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi
semakin panas. Sampai pada suatu hari, di akhir dari sebuah pertengkaran, sang
wanita lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, ia berteriak, “Kamu
tidak mencintai aku lagi!”
Pria itu sangat membenci
ketidakdewasaan yang ditunjukkan istrinya dan dengan spontan membalasnya. “Aku
menyesal kita menikah! Ternyata, kau bukan tulang rusukku!”
Terdiam dan berdiri
terpaku, wanita itu mendengar kekasihnya mengucapkan kata-kata seperti itu.
Kekasihnya sadar dan menyesal dengan apa yang sudah diucapkannya, tetapi
seperti air tertumpah dan tidak mungkin diambil kembali.
Dengan berlinang, wanita
itu kembali ke rumah , mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah.
“Kalau aku bukan tulang
rusukmu biarkan aku pergi!”
Lima tahun berlaru, pria
itu tidak menikah lagi, tetapi berusaha tahu akan kehidupan wanitanya.
Wanita itu pernah ke luar
negeri tetapi sudah embali lagi. Ia pernah menikah dengan seorang asing dan
kemudian bercerai.
Dan di tengah malam yang
sunyi pria itu menimum kopi dan merasakan sakit di hatinya. Tetapi ia tidak
sanggup mengakui bahwa ia merindukan wanitanya.
Suatu hari, mereka
akhirnya bertemu di airport, tempat di mana banyak terjadi pertemuan dan
perpisahan.
“Apa kabar kamu?”
“Baik, apakah kamu sudah
menemukan tulang rusukmu yang hilang?”
“Belum....”
“Aku terbang ke New York
dengan penerbangan berikutnya.”
“Aku akan kembali 2 minggu
lagi. Telepon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, tidak ada
yang berubah.”
Wanita itu tersenyum
manis, lalu berlalu. “Bye...”
Seminggu kemudian ia
mendengar bahwa wanitanya adalah salah satu korban Menara WTC. Malam itu sekali
lagi pria itu mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di hatinya. Akhirnya ia
sadar bahwa sakit itu adalah karena
wanitanya tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya ia
patahkan.
Kita melampiaskan 99%
kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali
adalah fatal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar