Dikisahkan oleh Pdt. Russell H. Conwell (1 Desember 1912)
Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, seorang gadis kecil bernama Hattie
Mei Wiatt tinggal di sebuah rumah dekat gereja tempat kami melayani, sebuah
gereja kecil dan penuh sesak. Karena terlalu penuhnya sampai digunakan sistem tiket
yang biasanya sudah habis beberapa minggu sebelumnya. Suatu hari ketika datang ke
gereja, saya melihat sejumlah anak berada di luar gereja. Mereka benar-benar
mengganggu karena jemaat tidak bisa masuk akibat kerumunan anak-anak yang ingin
masuk ke ruang Sekolah Minggu, dan si kecil Hattie Mei Wiatt telah membawa
buku-buku dan persembahannya serta sedang berdiri di pintu. Tampaknya ia ragu-ragu
untuk balik ke rumah saja atau menunggu dan mencoba masuk. Saya memeluknya dan
kemudian mengangkatnya ke atas bahu saya, dan kemudian saat ia mendekap kepala
saya (pelukan yang tidak bisa saya
lupakan), saya membawanya melewati kerumunan jemaat di aula ke ruang Sekolah
Minggu, dan mendudukannya di kursi yang berada jauh di sudut gelap. Keesokan
paginya saat ke gereja dari rumah, saya singgah di rumah mereka, dan saat itu ia
sedang berjalan ke sekolah. Saat bertemu, saya berkata: "Hattie, kita akan
segera memiliki ruang Sekolah Minggu yang lebih besar," dan dia berkata:
". Saya harap begitu karena ruang yang ada begitu ramai sehingga saya
takut pergi ke sana sendirian." "Yah," jawab saya, "kalau kita
mendapatkan dana, kita akan segera membangun ruangan yang bisa menampung
seluruh anak-anak, dan kita akan mulai segera mencari dananya." Itu lebih
merupakan angan-angan semata. Saya berharap dapat terus bercakap-cakap dengannya.
Dalam beberapa tahun ke depan, Hattie menderita sakit keras, dan mereka
meminta saya untuk membesuknya. Saya datang dan berdoa bersamanya. Saya berdoa
untuk kesembuhannya, namun hal itu tidak terjadi. Hattie Mei Wiatt meninggal.
Dia telah mengumpulkan dana sebanyak 57 sen untuk menbangun ruang anak-anak sekolah Minggu. Saat pemakaman
selesai dan kamar tidur si gadis kecil dirapikan, sebuah dompet usang, kumal
dan sobek-sobek ditemukan. Nampak sekali bahwa dompet itu kemungkinan ditemukan
oleh si gadis kecil dari tempat sampah. Di dalamnya ditemukan uang receh
sejumlah 57 sen dan secarik kertas bertuliskan tangan, yang jelas kelihatan
ditulis oleh seorang anak kecil, yang isinya: "Uang ini untuk membantu
pembangunan gereja agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak
anak bisa menghadiri Sekolah Minggu." Rupanya selama 2 tahun, sejak ia
tidak bisa masuk ke gereja, si gadis kecil ini mengumpulkan dan menyimpan uangnya
sampai terkumpul sejumlah 57 sen untuk maksud yang sangat mulia. Ibunya kemudian
menyerahkan tas kecil dengan uang sebanyak 57 sen yang telah dikumpulkannya. Saya
membawanya ke gereja dan menyatakan bahwa kami memperoleh berkat untuk
pembangunan gedung sekolah minggu baru . Sumbangan itu diberikan oleh si kecil Hattie
Mei Wiatt, yang telah pergi surga namun telah meninggalkan sumbangannya. Ketika
sang pendeta membaca catatan kecil ini, matanya sembab dan ia sadar apa yang
harus diperbuatnya. Dengan berbekal dompet tua dan secarik kertas ini, sang
pendeta segera memotivasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan
maksud mulia si gadis kecil ini agar memperbesar bangunan gereja.
Saya kemudian menukarnya menjadi uang logam dan menawarkannya untuk dijual.
Hasilnya didapat sekitar 250 dolar AS sebagai ganti 57 sen, dan 54 dari uang
logam tersebut dikembalikan kepada saya oleh pembelinya. Saya kemudian membingkainya
agar orang-orang dapat melihat dan menontonnya, dan kemudian menukar $ 250 menjadi
uang logam, kami menerima cukup dana untuk membeli rumah berikutnya di sebelah utara
gereja. Rumah itu dibeli oleh Komunitas Wiatt Mite, yang dibentuk dengan tujuan
mengambil 57 sen itu dan memperbesarnya untuk membeli tanah bagi untuk menjadi
ruang Sekolah Minggu.
Kemudian ketika jumlah anak sekolah minggu menjadi begitu besar, ruangannya
sudah tidak memadai, akhirnya terlontar gagasan ke sidang jemaat kami, "Kita
harus memiliki gedung gereja yang lebih besar dan ruang Sekolah Minggu yang
lebih besar." Iman kepada Allah adalah ciri-ciri dari orang-orang ini, dan
mereka mengatakan, "Kami dapat melakukannya," meskipun faktanya kami
tidak punya uang sebelumnya. Namun keyakinan itu begitu kuat bahwa kami harus
membangun gedung gereja yang lebih besar walaupun tampaknya tidak masuk akal
untuk melakukannya.
Suatu kali saya mengunjungi Pak Baird dan bertanya apa yang ia rencanakan untuk
lahan tempat gedung gereja sekarang berdiri. Dia rupanya ingin menjual tanah
itu seharga 30.000 dolar AS. Sedangkan kami hanya punya 54 sen dan kami mungkin
terlalu berlebihan karena mengira akan memiliki lahan itu. Terdorong oleh perkataan
Pak Baird dan tanpa ada yang keberatan dari Dewan Diaken (Majelis), saya
melakukan negosiasi dan bertanya apakah ia bisa tidak menjualnya selama lima
tahun. Pak Baird menjawab: "Saya
telah memikirkan berulang-ulang tentang hal ini dan saya memutuskan untuk
menjual lahan ini seharga 25.000 dolar AS alias lebih rendah 5.000 dolar dan
saya rasa hal ini sangat berarti bukan? Saya akan mengambil 54 sen itu sebagai
pembayaran pertama, dan engkau dapat mengambil pinjaman dengan jaminan lahan
itu pada tingkat bunga 5%. Saat kembali
ke gereja dan melaporkan hal tersebut mereka berkata : "Yah, kita bisa
mengumpulkan uang lebih dari 54 sen" Dan saya pun pergi dan memberikan uang
54 sen itu kepada Pak Baird dan mengambil tanda terimanya untuk pembayaran lahan
tersebut. Pak Baird kemudian
mengembalikan 54 sen itu sebagai hadiah. Jadi kami membeli lahan itu , dan terdorong
untuk bersama Tuhan kami melanjutkan pembangunan gedungnya setahap demi setahap.
Kami hampir tidak pernah bermimpi bahwa bertahun-tahun kemudian, setiap jemaat
miskin ini mempersembahkan sekuat tenaga mereka, sehingga akhirnya kami bisa
melunasi utang yang begitu besar. Saya harus menyatakan juga bahwa di rumah yang
dibeli dengan menjual uang logam sebanyak 57 sen diselenggarakan oleh The
Temple University.
Hattie Mei Wiatt adalah seorang siswi sekolah yang berasal dari keluarga
yang rajin, menjaga kehormatan, jujur dan suka menabung. Ia bukan berasal dari
keluarga yang kaya dan hebat, namun pikirkanlah bagaimana hidupnya berarti; pikirkanlah
apa yang Tuhan lakukan dengannya dan uang 57 sen miliknya dahulu. Bila
dibandingkan dengannya, banyak orang akan merasa malu. Pikirkanlah tentang gereja yang besar ini; jumlah pertambahan anggota
sebanyak lebih dari 5.600 - sejak saat itu. Pikirkanlah pengaruhnya keluar dan
menyebar ke seluruh dunia. Pikirkan pengaruh sekolah Sabat terhadap bangunan hebat
ini selama lebih dari dua puluh tahun. Kemudian pikirkan tentang lembaga tempat
gereja bernaung. Pikirkan Rumah Sakit Samaria dan ribuan orang sakit yang telah
sembuh dan ribuan orang miskin yang telah dilayani setiap tahun. Saya menerima
laporan bulan Oktober dari Rumah Sakit Samaria Sabtu lalu bahwa selama satu
bulan, 2.540 telah mengunjungi apotek. Dengan mengalikannya dengan angka dua
belas untuk memperoleh rata-rata orang yang datang selama setahun. Ada lebih
dari 30.000 orang setiap tahun pergi ke apotik dari satu rumah sakit, dan hal
itu tidak termasuk bangsal untuk kaum miskin atau kamar pribadi. Lalu ada rumah
sakit lainnya, Garrestson, yang juga diambil alih oleh jemaat gereja ini. Tanpa
gereja ini, hal itu mungkin tidak bisa dimulai. Di sana jumlah orang yang dilayani
dalam satu tahun sebanyak lebih dari 14.000 pasien yang terluka, rusak, dan
sekarat. Pikirkan tentang pelayanan dari rumah sakit ini yang dimulai sebagai
dampak pelayanan gereja ini dan didukung sejak awal oleh anggota jemaat gereja.
Hal itu menjadi kisah perjalanan panjang dari kebaikan mereka.
Pikirkan bagaimana di rumah Wiatt dimulai kelas pertama dari Temple
College. Masyarakat Wiatt Mite menyediakan kursi, buku-buku dan guru. Oleh
karena itu dimulailah sekolah malam yang telah bertumbuh dan berkembang selama
bertahun-tahun. Rumah itu yang dibeli seharga 54 sen kemudian dijual dan
hasilnya diberikan ke Temple College karena kemungkinan terkena proyek
pembuatan taman. Kami pindah dari gereja asal dan memberikannya ke Temple College,
dan kampus menjualnya ke gereja lain dan menggunakan uang itu untuk mendirikan
sebuah bangunan di sebelah kami di Broad Street. Pikirkan pengaruh uang 57 sen
untuk sesaat. Hampir 80.000 orang muda telah mengikuti pendidikan di Temple
College, dan pikirkan di mana mereka berada.
Setahun yang lalu, kami memperkirakan ada 500 pria dan wanita muda di
departemen bisnis yang tidak mendapatkan apa-apa sebelum mereka menempuh
pendidikan di sana , memperoleh pengajaran selama enam bulan dan akhirnya mendapatkan upah yang memadai.
Pikirkan pendapatan dan kenikmatan
tambahan, yang bahkan diberikan oleh bagian
terkecil, dan kemudian pikirkan Fakultas Hukum, Kedokteran, Kedokteran Gigi,
Teologi, Seni Berumah Tangga, Sekolah umum dan Sekolah keguruan - ada hampir 4.000 orang yang sekarang bekerja di berbagai bagian
kota. Bayangkan bagaimana mereka pergi dan mengajar ribuan orang dan kemudian
mereka pada gilirannya akan mengajar ribuan orang lainnya dalam hidup mereka. Pikirkan bagaimana membersihkan dunia selama
seabad yang dimulai dengan seorang guru, yang kemudian menggandakan dirinya mungkin
seratus kali hampir setiap tahunnya. Dua tahun lalu, tahun terendah dalam pekerjaan
itu, kami mengambil statistik mahasiswa Temple University. Kami memastikan ada 504
pemuda yang sedang belajar Injil dalam satu tahun. Sekarang, jika lulus (yang
pasti terjadi) setidaknya seratus orang dalam setahun masuk ke dalam pelayanan.
Pikirkan apa yang telah terjadi selama dua puluh tahun sejak persembahan Hattie
May. Anggap saja - dua ribu orang memberitakan Injil karena Hattie Mei Wiatt menginvestasikan
57 sen dan meletakkan dasarnya.
Manusia mungkin ada yang sangat fasih berbicara; mereka mungkin menyanyi dengan
suara malaikat, namun mereka mungkin tidak berbicara seperti Hattie Mei Wiatt,
karena dia ingin berbicara melalui hidupmu saat engkau pergi keluar dan melakukan
secara berbeda sebelum engkau mendengar kisah ini . Hattie Mei Wiatt berbicara
dengan nada kefasihan, manis, ilahi , kokoh dan berlangsung berabad-abad.
Banyak orang yang hebat ; banyak orang diberi penghargaan atas apa yang tidak mereka
lakukan, tapi di sini ada kehidupan yang dipenuhi dengan kekuatan untuk bergerak
di setiap waktu.
Saat ini, jika berada di Philadelphia, lihatlah Temple Baptist Church,
dengan kapasitas duduk untuk 3300 orang dan Temple University, tempat ribuan
mahasiswa menempuh pendidikan. Lihat juga Rumah Sakit Good Samaritan dan sebuah
bangunan istimewa untuk Sekolah Minggu yang lengkap dengan beratus-ratus
pengajarnya, semuanya ini untuk memastikan jangan sampai ada satu anakpun yang
tidak mendapat tempat di Sekolah Minggu. Di dalam salah satu ruangan bangunan
ini, nampak terlihat foto si gadis kecil, yang dengan tabungannya sebesar 57
sen, namun dikumpulkan berdasarkan rasa cinta kasih terhadap sesama, yang telah
membuat sejarah. Tampak pula berjajar rapi, foto sang pendeta baik hati yang
telah mengulurkan tangan kepada si gadis kecil miskin ini, yaitu pendeta DR.
Russel H.Conwell, penulis buku Acres of Diamonds -- suatu kisah nyata.
Kenyataan sejarah yang kolosal ini bisa memberikan petunjuk kepada kita
semua, apa yang dapat DIA lakukan terhadap uang 57 sen.