Saya sering keluar masuk TV
sehingga saya sering melihat berbagai kehidupan orang mulai dari strata paling
bawah, menengah sampai artis yang sangat glamor. Saya melihat berbagai macam
kemewahan seperti mobil, pakaian, teman dan lingkungan yang mewah yang harus
dipelajari. Agar dapat tampil ke permukaan anda harus gemerlap seperti bintang.
Saya pernah masuk ke dalam lingkungan seperti itu. Saya mau kejar kemewahan
dunia untuk menempel di badan saya.
Apa yang saya lakukan saat itu
adalah mencoba mengambil beberapa uang dari tabungan saya . Setelah itu saya
pinjam dengan pihak luar yang menyediakan dengan sangat mudah. Untuk punya
mobil mewah seharga Rp 800 juta, Rp 1 miliar atau Rp 2 miliar anda tidak harus
punya uang sebanyak itu, anda hanya perlu membayar 5%, 10% atau 20%nya. Tanpa
terasa saya mulai masuk jeratan utang. Karena kelihatannya saja mobil mewah itu
nongkrong setiap hari di rumah tapi tanpa disadari argonya jalan. Argo membayar
pokok dan bunganya sementara pekerjaan belum tentu ada terus, tetapi uang dan
pertumbuhan asst digrogoti untuk membayar pokok dan bunganya.
Saya akhirnya mulai merasa
terganggu. Karena mulai begitu telat bayar sedikit, harus melayani telepon. Dan
teleponnya bukan hanya ke saya , yang pertama digangguin adalah keluarga. Dan
itu membuat saya marah. Karena saya yang berhutang tetapi kenapa anda telepon
ke keluarga saya. Tetapi saya juga lupa bahwa saya punya kewajiban untuk bayar.
Agak gengsi pergi ke bank untuk minta di rescheduling hutang atau minta
diperpanjang tenor pembayaran. Saya kan punya nama yang harus dijaga. Saya selalu
berkata-kata seperti itu kepada semua uang, masa sekarang itu kena ke diri saya.
malu dong. Rasanya ingin teriak saja ke Tuhan. Bagaimana nih, mengapa saya dikasih
masalah seperti ini?
Nah itu adalah kesalahan pertama
yang saya lakukan dalam hidup saya. Saya terlalu berpikir pendek mengejar kemewahan dunia bukan mendengarkan
prinsip Tuhan. Tuhan pernah mengatakan kepada kita, kalau engkau mau membangun
rumah, engkau jangan membangun di atas pasir. Engkau harus membangun rumahmu di
atas batu karang yang teguh. Batu karang itu adalah penghasilan, batu karang
itu adalah kemampuan dan kebijakan anda untuk mengatur apa yang Tuhan berikan
hari ini, tidak anda habiskan. Saya ingat itu sampai kapan pun karena itu yang
menguatkan dan membuat saya menjadi lebih paham akan maksud Tuhan membuat kita
hidup di dunia.
Terus saya pikir-pikir bahwa saya
masih punya teman satu lagi setelah Tuhan yaitu istri saya. Saya panggil dan saya
bilang, “Kita berdoa yuk”. Masalah tidak pergi setelah berdoa. Tetapi yang
pertama jiwa anda tenang. Di dalam jiwa yang tenang hampir sebagian besar
masalah bisa diselesaikan. Hutang itu adalah sebuah komitmen dan keberanian
yang saya lakukan juga, itu akibat yang harus saya tanggung. Maka saya harus
berani melunasi hutang itu.
Langkah pertama yang harus saya
lakukan adalah membayar semua hutang saya. Dan hal yang menyakitkan saat itu
kami harus menjual salah satu aset kami yaitu rumah kami dijual. Setelah itu
kami bayar hutang-hutang kami. Kami kencangkan ikat pinggang dan saya mulai
lihat beberapa kegiatan saya di dunia ini yang tidak terlalu perlu saya
hilangkan. Bila ada teman-teman saya yang bertanya,”Kok tidak pernah kumpul
lagi dan lain sebagainya” saya sampaikan, bahwa saya punya cara dan kehidupan
yang baru untuk bisa menghidupi keluarga saya. Dan so far, sampai hari ini, saya bersyukur Tuhan terus memperkuat saya
. Saya mau jauh hidup dari hutang dan saya tidak mau bikin hutang lagi dalam hidup
saya. Saya Charles Bonar Sirait . Ini aku dan sebuah cerita.