Seprisantoh
Sitanggang
Komunitas Anak muda
dan Remaja Kristen di seluruh Indonesia
Seseorang berkisah
tentang pengorbanan ibunya.
Aku lahir di dalam
keluarga miskin yang seringkali kekurangan makanan. Ibu mengetahui bahwa aku
belum kenyang, sehinga ia memindahkan nasinya kepiringku sembari berkata, “Ini
untukmu Nak, Ibu tidak lapar.” Padahal aku tahu persis bahwa ibu belum makan,
ibu pasti lapar.
Agar aku
mendapatkan makanan bergizi, ibu sering pergi memancing. Sepulangnya dari
memancing, ia memasak sup ikan yang lezat dan memberikannya kepadaku. Aku
memakannya dengan lahap, tetapi aku memperhatikan bahwa ibu mengambil tulang
ikan bekas aku makan dan mulai memakan daging ikan yang masih tersisa ditulang
tersebut. Aku sedih melihat Ibu. Kemudian dengan sumpitku aku memberikan daging
ikan kepadanya, tetapi ia berkata, “Buat kamu saja Nak, Ibu tidak suka ikan.”
Ibu berkata begitu meskipun aku tahu bahwa ibu suka ikan.
Ketika aku masuk
SMP, biaya yang kuperlukan semakin banyak. Untuk mendapatkan uang tambahan, ibu
bekerja menempel kotak korek api. Walau sudah larut malam, aku masih melihat
ibu menempel kotak korek api dengan penerangan lilin yang kecil, “Ibu tidak
mengantuk?” tanyaku. “Tidurlah Nak, Ibu belum mengantuk,” jawabnya. Padahal aku
melihat matanya sudah hampir terpejam karena mengantuk.
Ketika aku
menjalani ujian, Ibu cuti dari pekerjaan untuk menemaniku pergi ujian. Walau
terik matahari terasa menyengat, Ibu tetap menungguku di luar. Selesai ujian,
Ibu memberiku teh manis. Karena aku melihat Ibu kepanasan dan pasti haus, maka
aku memberikan gelas berisi teh kepada Ibu, tetapi ia berkata, “Minumlah Nak,
Ibu tidak haus."
Singkat cerita,
setelah lulus S1, aku melanjutkan ke S2 dan bekerja di sebuah perusahaan di
Amerika. Gajiku cukup besar, sehingga aku bermaksud mengajak Ibu tinggal
bersamaku dan menikmati hidup di Amerika. Tetapi Ibu berkata, “Aku tidak
terbiasa hidup disana.” Aku tahu Ibu mengatakan itu karena tidak mau
merepotkan. Diusianya yang sudah tua, ibu terkena kanker lambung dan penyakit
itu membuatnya tersiksa. Aku pulang dan melihat Ibu terbaring lemah menahan
sakit. Ia memandangku dengan tatapan rindu. Aku menangis melihat penderitaan
Ibu, tapi ia berkata, “Jangan menangis Nak, Ibu tidak merasa sakit.” Itu adalah
ucapan terakhir Ibu sebelum ia menutup matanya dan kembali ke pangkuan Tuhan.
Kisah diatas adalah
gambaran kasih dan pengorbanan seorang ibu. Sebagai anak, kasihi, hormati dan
balaslah budi baik Ibu kita, karena ia adalah kehendak Tuhan. Renungkanlah
sejenak apa yang sudah Anda lakukan bagi Ibu yagn sudah melahirkan dan
membesarkan Anda. Jika saat ini Anda sedang mengalami keretakan hubungan dengan
Ibu Anda, adakan pemberesan sehingga berkat-berkat Tuhan tidak terhambat.
1 Timotius 5:4 -
Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu
pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi
orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah.
Amsal 23:22 -
Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu
kalau ia sudah tua.
menarik sekali, nih, boleh dong berbagi kisah hebat ibunya disini http://goo.gl/SrNbNP
BalasHapus