Yesus Gembala yang Baik.

Minggu, 04 November 2012

ROSE : Impian Seorang Mahasiswi


Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum  kami kenal. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya.
 
Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua,  kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan  senyum yang cerah. Ia  menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia  delapan puluh tujuh.
Maukah kamu memelukku? "Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!". Dia pun memberi saya pelukan  yang sangat erat.
"Mengapa kamu ada di kampus pada usia yang masih begitu muda dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok. 
Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian."
 
"Ah yang serius?" pinta saya. Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya.
"Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!" katanya. Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor senat mahasiswa dan berbagi segelas chocolate milkshake. Kami segera  akrab.
Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan  bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona  mendengarkannya berbagi  pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun  berlalu, Rose menjadi  bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan  siapapun. Dia suka  berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para  mahasiswa lain. Dia  pandai sekali menghidupkannya suasana.
 
Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk  berbicara di acara makan  malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah  lupa apa yang  diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik  ke podium. Begitu dia  mulai menyampaikan pidato yang telah  dipersiapkannya, tiga dari lima kartu  pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan  sedikit malu dia bercanda  pada mikrofon. Dengan ringan berkata, "Maafkan saya  sangat gugup. Saya  sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini membunuh  saya. Saya tidak bisa  menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya  menyampaikan apa yang saya  tahu."
 
"Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua. 
Kita menjadi tua  karena berhenti bermain. Hanya ada rahasia untuk  tetap awet muda,  tetap menemukan humor setiap hari.
Kamu harus  mempunyai mimpi. Bila kamu  kehilangan mimpi-mimpimu, kamu mati. Ada banyak  sekali orang yang berjalan  di sekitar kita yang mati namun mereka tak  menyadarinya."
"Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi  dewasa. Bila kamu  berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat  tidur selama satu  tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap  akan berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan  puluh tujuh tahun dan  tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak  melakukan apapun, saya  tetap akan menjadi delapan puluh delapan. Setiap  orang pasti menjadi tua.
Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat.  Tumbuhlah dewasa dengan  selalu mencari kesempatan dalam perubahan." "Jangan  pernah menyesal.
Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak  menyesali apa yang telah  diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak  kami perbuat.
Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup  dengan penyesalan."
 
Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The  Rose". Dia menantang setiap
orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya  dalam kehidupan  sehari-hari. Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang  telah diupayakannya  sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda,  Rose meninggal dunia  dengan damai. Lebih dari dua ribu mahasiswa  menghadiri upacara pemakamannya  sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang  mengajari kami dengan  memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat  untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian,  tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
 
* * * * *
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber  kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa  anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah  hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu  singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar