Sejumlah pendeta dan hamba Tuhan berkumpul
bersama-sama untuk membahas dan berdiskusi tentang beberapa soal yang sukar,
antara lain arti dari doa yang tidak putus-putus.
Mereka setuju untuk bertemu lagi keesokan harinya
untuk menarik kesimpulan.
Sementara para pendeta ini sedang berdiskusi , seorang
pelayan wanita tua mendengar diskusi mereka lalu ia berkata bahwa ia tahu
tentang arti : berdoa dengan tidak putus-putusnya.
Pelayan ini dibawa ke dalam kelompok itu dan seorang
pendeta tua bertanya kepadanya, “Mary, apakah yang ingin anda katakan tentang
hal berdoa dengan tidak putus-putusnya itu? Apakah anda dapat berdoa sepanjang
waktu?”
“Oh, tentu sekali , tuan,” jawab pelayan itu.
“Apakah benar demikian, Mary? Bukankah engkau
mempunyai banyak sekali pekerjaan sepanjang hari? Bagaimana anda dapat berdoa
tidak putus-putusnya?”
“Tuan, semakin banyak yang harus saya kerjakan,
semakin banyak doa pula yang saya panjatkan.”
“Coba jelaskan hal itu, Mary. Sebab banyak orang
justru berpikir sebaliknya.”
“Tuan, inilah yang saya perbuat. Pada waktu saya
membuka mata saya sesudah tidur sepanjang malam, pada pagi hari saya berdoa,”Tuhan,
bukakanlah mata saya dan pengertian saya.” Dan ketika saya berpakaian saya
berdoa lagi,”Tuhan, biarlah saya mengenakan baju kebenaran.” Ketika saya
mencuci pakaian, saya berdoa lagi,”Tuhan, basuhlah saya agar saya menjadi
seorang yang suci di hadapanMu.” Dan sementara saya bekerja, saya berdoa lagi,”Tuhan,
kuatkanlah iman saya agar saya dapat melawan rupa-rupa cobaan hari ini.”
Pada waktu saya mulai menyalakan api di dapur, saya
berdoa,”Tuhan, kiranya iman saya menjadi panas, supaya saya dapat melayani
TUhan dengan tidak jemu-jemu” Ketika saya menyiapkan makan pagi, saya berdoa, “Tuhan,
biarlah jiwa saya lapar akan firmanMu dan air susu yang sejati itu.” Dan
sementara saya mengurus anak-anak kecil, saya berdoa,”Tuhan, biarlah saya tetap
menjadi anak Allah oleh kemurahan dan anugerahMu.” Maka untuk setiap pekerjaan
yang harus saya kerjakan, saya memanjatkan doa yang sesuai dengan apa yang saya
hadapi.”
Pendeta tua itu langsung berkata,”Mary, cukup sudah.
Memang Allah berkenan menyatakan hal ini kepada anak kecil, dan menyembunyikan
dari orang-orang yang merasa dirinya pandai. Mary, teruskan berdoa dengan tidak
putus-putusnya.”
Dan akhirnya mereka mendapat jawaban dari kehidupan
doa yang riil.
Tetaplah
berdoa. (1 Tesalonika 5:17).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar