Ketika hendak memasuki perguruan tinggi, anak saya
harus mengisi formulir pendaftaran, yang di dalamnya ditanyakan bermacam-macam
soal, baik mengenai pribadinya maupun hal-hal mengenai keluarga.
Kemudian ia ikut di dalam rombongan yang harus
melewati testing masuk di Senayan. Pada waktu pulang dari testing dan saya
tanya apakah testing itu sulit, dengan sedih ia mengaku bahwa banyak soal tidak
dapat diisinya dan ia menjadi pesimis untuk dapat lulus dalam testing itu.
Sekalipun demikian waktu diumumkan siapa-siapa yang lulus dalam testing masuk
UI nomor pesertanya keluar. Heran sekali. Kami merasa gembira dan bersyukur
kepada Tuhan.
Kemudian baru kami ketahui persoalannya mengapa ia
dapat lulus dalam testing masuk. Waktu mengisi formulir pendaftaran ia tiba
pada pertanyaan : Pekerjaan orang tua? Ia tidak mengisi dengan segera. Pikiran
yang bukan-bukan datang kepadanya. Kalau saya isi… dengan terus terang, saya
kuatir akan terjadi….. Di dalam pergumulan ini akhirnya dengan berani ia
mengisi pekerjaan orang tuan : pendeta. Ia berkata, “Mengapa saya harus merasa
malu kalau ayah saya seorang pendeta? Bukankah ini suatu anugerah Allah?”
Setiap orang
yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu
yang di sorga. (Mat 10:32).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar