Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 10 Desember 2012

Sukacita dalam Kesukaran dan Penderitaan

Seorang negro bernama Cuff hidup sebagai seorang budak belian pada zaman perbudakan sebelum perang dunia. Ia seorang Kristen, dan dengan senang hatai ia melayani majikannya. Pada suatu waktu majikannya ada dalam kesukaran keuangan, maka Cuff dijual kepada seorang pemilik perkebunan yang masih muda. Waktu Cuff hendak dibawa pergi, majikan lama berkata kepada yang baru, “Anda akan melihat bahwa Cuff adalah seorang pekerja yang baik dan suka bekerja keras. Anada dapat mempercayakan segala hal kepadanya. Ia akan menyenangkan anda dalam segala hal kecuali satu.”
“Dan apakah yang satu itu?” tanya majikan Cuff yang baru.
“Ia akan berdoa, dan anda tidak dapat menghentikannya, tetapi itu salahnya sendiri.”
“Saya akan menghapus kebiasaan itu dari dirnya dengan segera,” kata majikan yang baru dan yang tidak percaya itu.
“Saya tidak takut hal itu,” kata majikan lama,”dan saya menasehatkan anda untuk tidak mencoba hal itu, ia lebih suka mati daripada berhenti berdoa.”

Di tempat baru, Cuff menunjukkan bahwa ia setia kepada majikannya. Majikan ini kemudian mendengar kabar bahwa Cuff masih tetap berdoa,  meskipun ia sudah melarang Cuff berbuat hal itu. Cuff dipanggil, dan majikannya berkata, “Cuff, kamu dilarang untuk berdoa lagi. Kami tidak suka melihat ada orang berdoa di tempat kami. Jangan sekali-kali saya dengar lagi perbuatanmu yang sia-sia itu.”
Cuff menjawab, “Tuan, saya suka berdoa kepada Tuhan Yesus, dan kalau saya berdoa, saya akan lebih banyak mengasihi tuan dan nyonya, dan saya dapat bekerja lebih keras.”
Sekalipun Cuff dilarang berdoa, dengan ancaman diganjar dengan hukuman berat, ia masih tetap berdoa. Ia tetap berkata-kata kepada Allah seperti diperbuat oleh Daniel, sekali pun berada di dalam lubang singa. Keesokan harinya ia dipanggil menghadap majikannya dengan tuduhan tidak menurut perintah.
“Tuan, saya harus berdoa, saya tidak dapat hidup tanpa doa.” Cuff berkata dengan berani. Pada waktu tuannya mendengar pengakuan itu, ia sangat marah. Ia menyuruh orang untuk mengikat Cuff tanpa memakai baju, lalu ia mulai mencambuk Cuff, hingga tubuhnya robek dan berdarah. Istrinya melihat kemarahan suaminya dan hendak mencoba menghentikan tindakan yang tidak berperikemanusiaan itu, tetapi sebaliknya ia mengancam istrinya dengan tindakan yang sama. Ia mencambuk Cuff hingga ia merasa lelah. Ia menyuruh orang mencuci punggung Cuff dengan air garam lalu ia menyuruh Cuff pergi bekerja. Cuff pergi dengan menyanyi,”Penderitaanku akan segera berlalu dan saya tidak akan menangis lagi.”
Ia bekerja dengan setia sepanjang hari itu, meskipun ia merasakan sakit yang hebat pada seluruh tubuhnya.

Sementara itu Allah mulai bekerja dalam diri majikannya. Pada malam hari itu majikannya ada di dalam kegelisahan yang begitu hebat, sehingga istrinya bertanya apakah ia boleh memanggil dokter untuk datang memeriksanya.
“Tidak, saya tidak memerlukan seorang dokter. Apakah ada seseorang di perkebunan kita ini yang dapat berdoa untuk saya?”
Istrinya menjawab,”Saya tidak kenal siapa pun yang dapat berdoa untuk kamu, kecuali budak belian yang pagi tadi kamu  hukum itu.”
“Apakah ia dapat berdoa untuk saya?” tanya suaminya.
“Saya pikir , ia dapat.”
“Kalau demikian, coba suruh ia cepat-cepat datang.”

Ketika Cuff dipanggil menghadap majikannya, mereka menemui Cuff sedang berdoa, dan Cuff sendiri berpikir bahwa ia akan dihukum lagi karena ia berdoa terus menerus. Cuff dibawa masuk ke kamar majikannya yang sedang menderita hebat.
“Cuff, apakah engkau dapat berdoa untuk saya?” ia bertanya kepada budak belian itu.
“Tentu sekali tuan, sebab memang sepanjang mala mini saya terus berdoa untuk tuan.” Lalu Cuff bertelut dan berdoa untuk majikannya , memohon Tuhan memimpinanya kepada Anak Doma Allah, yang sudah menanggung dan melenyapkan dosa isi dunia ini.
Ketika ia bangkit berdiri, majikannya bertanya, “Cuff, apakah kamu dapat mengatakan kepada saya apakah yang harus saya perbuat agar saya diselamatkan?”
“Tuan, saya tahu bahwa tuan tidak dapat berbuat sesuatu. Allah melihat keadaan tuan dan saya sebagai orang-orang berdosa yang tidak dapat berbuat apa-apa. Ia mengasihi tuan, maka Ia sudah mengirim Yesus untuk menanggung hukuman tuan dan saya, pada waktu Yesus tergantung di atas kayu salib.”
“Tetapi, bagaimana saya dapat mengetahui bahwa saya sudah selamat, Cuff?”
Cuff membuka Perjanjian Baru yang ada di dalam saku celananya, dan membaca ayat itu,”Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunya hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yoh 5:24).
Cuff berkata, “Tuan lihat, tuan hanya diminta untuk mendengar dan percaya saja.” Roh Kudus bekerja di dalam pembacaan Firman Tuhan itu dan menerangi hati majikan Cuff itu, sehingga dengan mengucurkan air mata ia menerima Yesus. Demikian juga istrinya malam itu juga percaya kepada Yesus. Kamar itu berubah menjadi suatu sorga bagi mereka. Tidak lama kemudian seluruh perkebunan itu mendengar Kabar Injil dan banyak jiwa diselamatkan.
Cuff dimerdekakan, dan bersama-sama majikannya mereka berdua berjalan ke mana-mana untuk menyaksikan cinta kasih Allah kepada manusia di dalam Yesus Kristus.

Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. Barang siapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua. (Wahyu 2:10-11).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar