Seorang negro bernama Cuff hidup sebagai seorang budak
belian pada zaman perbudakan sebelum perang dunia. Ia seorang Kristen, dan
dengan senang hatai ia melayani majikannya. Pada suatu waktu majikannya ada
dalam kesukaran keuangan, maka Cuff dijual kepada seorang pemilik perkebunan
yang masih muda. Waktu Cuff hendak dibawa pergi, majikan lama berkata kepada
yang baru, “Anda akan melihat bahwa Cuff adalah seorang pekerja yang baik dan
suka bekerja keras. Anada dapat mempercayakan segala hal kepadanya. Ia akan
menyenangkan anda dalam segala hal kecuali satu.”
“Dan apakah yang satu itu?” tanya majikan Cuff yang
baru.
“Ia akan berdoa, dan anda tidak dapat menghentikannya,
tetapi itu salahnya sendiri.”
“Saya akan menghapus kebiasaan itu dari dirnya dengan
segera,” kata majikan yang baru dan yang tidak percaya itu.
“Saya tidak takut hal itu,” kata majikan lama,”dan
saya menasehatkan anda untuk tidak mencoba hal itu, ia lebih suka mati daripada
berhenti berdoa.”
Di tempat baru, Cuff menunjukkan bahwa ia setia kepada
majikannya. Majikan ini kemudian mendengar kabar bahwa Cuff masih tetap
berdoa, meskipun ia sudah melarang Cuff
berbuat hal itu. Cuff dipanggil, dan majikannya berkata, “Cuff, kamu dilarang
untuk berdoa lagi. Kami tidak suka melihat ada orang berdoa di tempat kami. Jangan
sekali-kali saya dengar lagi perbuatanmu yang sia-sia itu.”
Cuff menjawab, “Tuan, saya suka berdoa kepada Tuhan
Yesus, dan kalau saya berdoa, saya akan lebih banyak mengasihi tuan dan nyonya,
dan saya dapat bekerja lebih keras.”
Sekalipun Cuff dilarang berdoa, dengan ancaman
diganjar dengan hukuman berat, ia masih tetap berdoa. Ia tetap berkata-kata
kepada Allah seperti diperbuat oleh Daniel, sekali pun berada di dalam lubang
singa. Keesokan harinya ia dipanggil menghadap majikannya dengan tuduhan tidak
menurut perintah.
“Tuan, saya harus berdoa, saya tidak dapat hidup tanpa
doa.” Cuff berkata dengan berani. Pada waktu tuannya mendengar pengakuan itu,
ia sangat marah. Ia menyuruh orang untuk mengikat Cuff tanpa memakai baju, lalu
ia mulai mencambuk Cuff, hingga tubuhnya robek dan berdarah. Istrinya melihat
kemarahan suaminya dan hendak mencoba menghentikan tindakan yang tidak
berperikemanusiaan itu, tetapi sebaliknya ia mengancam istrinya dengan tindakan
yang sama. Ia mencambuk Cuff hingga ia merasa lelah. Ia menyuruh orang mencuci
punggung Cuff dengan air garam lalu ia menyuruh Cuff pergi bekerja. Cuff pergi
dengan menyanyi,”Penderitaanku akan segera berlalu dan saya tidak akan menangis
lagi.”
Ia bekerja dengan setia sepanjang hari itu, meskipun
ia merasakan sakit yang hebat pada seluruh tubuhnya.
Sementara itu Allah mulai bekerja dalam diri
majikannya. Pada malam hari itu majikannya ada di dalam kegelisahan yang begitu
hebat, sehingga istrinya bertanya apakah ia boleh memanggil dokter untuk datang
memeriksanya.
“Tidak, saya tidak memerlukan seorang dokter. Apakah
ada seseorang di perkebunan kita ini yang dapat berdoa untuk saya?”
Istrinya menjawab,”Saya tidak kenal siapa pun yang
dapat berdoa untuk kamu, kecuali budak belian yang pagi tadi kamu hukum itu.”
“Apakah ia dapat berdoa untuk saya?” tanya suaminya.
“Saya pikir , ia dapat.”
“Kalau demikian, coba suruh ia cepat-cepat datang.”
Ketika Cuff dipanggil menghadap majikannya, mereka
menemui Cuff sedang berdoa, dan Cuff sendiri berpikir bahwa ia akan dihukum
lagi karena ia berdoa terus menerus. Cuff dibawa masuk ke kamar majikannya yang
sedang menderita hebat.
“Cuff, apakah engkau dapat berdoa untuk saya?” ia
bertanya kepada budak belian itu.
“Tentu sekali tuan, sebab memang sepanjang mala mini saya
terus berdoa untuk tuan.” Lalu Cuff bertelut dan berdoa untuk majikannya ,
memohon Tuhan memimpinanya kepada Anak Doma Allah, yang sudah menanggung dan
melenyapkan dosa isi dunia ini.
Ketika ia bangkit berdiri, majikannya bertanya, “Cuff,
apakah kamu dapat mengatakan kepada saya apakah yang harus saya perbuat agar
saya diselamatkan?”
“Tuan, saya tahu bahwa tuan tidak dapat berbuat
sesuatu. Allah melihat keadaan tuan dan saya sebagai orang-orang berdosa yang
tidak dapat berbuat apa-apa. Ia mengasihi tuan, maka Ia sudah mengirim Yesus
untuk menanggung hukuman tuan dan saya, pada waktu Yesus tergantung di atas
kayu salib.”
“Tetapi, bagaimana saya dapat mengetahui bahwa saya
sudah selamat, Cuff?”
Cuff membuka Perjanjian Baru yang ada di dalam saku
celananya, dan membaca ayat itu,”Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya
barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunya hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari
dalam maut ke dalam hidup.” (Yoh 5:24).
Cuff berkata, “Tuan lihat, tuan hanya diminta untuk
mendengar dan percaya saja.” Roh Kudus bekerja di dalam pembacaan Firman Tuhan
itu dan menerangi hati majikan Cuff itu, sehingga dengan mengucurkan air mata
ia menerima Yesus. Demikian juga istrinya malam itu juga percaya kepada Yesus.
Kamar itu berubah menjadi suatu sorga bagi mereka. Tidak lama kemudian seluruh
perkebunan itu mendengar Kabar Injil dan banyak jiwa diselamatkan.
Cuff dimerdekakan, dan bersama-sama majikannya mereka
berdua berjalan ke mana-mana untuk menyaksikan cinta kasih Allah kepada manusia
di dalam Yesus Kristus.
Hendaklah
engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota
kehidupan. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh
kepada jemaat-jemaat. Barang siapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh
kematian yang kedua. (Wahyu 2:10-11).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar