Oleh : Anonim
(Buku : Kisah Kasih Allah, Alice Gray)
Seorang perawat menjagai seorang pemuda yang kelelahan dan cemas di samping
tempat tidur seorang lelaki jompo.
“Ini putramu datang,”
bisiknya kepada si pasien. Perawat itu harus mengulangi kata-katanya beberapa
kali sebelum mata si pasien terbuka. Ia dalam keadaan setengah sadar karena
rasa sakit akibat serangan jantung dan dengan samar-samar ia melihat seorang
lelaki muda dari balik alat bantu oksigennya.
Ia meraih tangan pemuda
itu yang segera menggenggam tangan si pria jompo. Melalui genggaman tangannya,
si pemuda mengungkapkan dorongan yang membesarkan hati. Lalu si perawat
membawakan sebuah kursi ke dekat tempat tidur itu. Sepanjang malam si pemuda duduk
sambil memegang tangan pria jompo itu sambil menyampaikan kata-kata pengharapan
yang lembut. Pria yang sedang menjelang ajal itu tidak mengucapkan sepatah kata
pun ketika ia memegang erat tangan putranya.
Ketika fajar menjelang, si
pasien mengembuskan napas penghabisan. Si pemuda meletakkan tangan yang telah
digenggamnya semalaman itu ke tempat tidur, lalu ia pergi untuk memberi tahu
perawat. Ketika perawat membereskan segalanya, si pemuda dengan sabar menunggu.
Setelah menyelesaikan tugasnya, si perawat menyampaikan kata-kata belasungkawa
kepada si pemuda. Namun pemuda itu menyela pembicaraannya.
“Siapa ornag itu?”
tanyanya.
Perawat itu terkejut dan
berkata,”Lo, saya kira ia ayahmu.”
“Oh, itu bukan ayah saya,”
jawabnya. “Seumur hidup saya belum pernah bertemu dengannya.”
“Kalau begitu mengapa
engkau diam saja waktu kuajak mendampinginya?” tanya si perawat.
Pemuda itu menjawab,”Yang
saya tahu adalah, ia membutuhkan kehadiran putranya, yang tidak ada di sini.
Waktu saya menyadari bahwa sakitnya terlalu parah sehingga ia tidak bisa
membedakan apakah saya putranya atau bukan, saya tahu bahwa ia sangat
membutuhkan saya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar