Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 11 Juli 2016

57 Sen yang Mengubahkan


Dikisahkan oleh Pdt. Russell H. Conwell (1 Desember 1912)

Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, seorang gadis kecil bernama Hattie Mei Wiatt tinggal di sebuah rumah dekat gereja tempat kami melayani, sebuah gereja kecil dan penuh sesak. Karena terlalu penuhnya sampai digunakan sistem tiket yang biasanya sudah habis beberapa minggu sebelumnya. Suatu hari ketika datang ke gereja, saya melihat sejumlah anak berada di luar gereja. Mereka benar-benar mengganggu karena jemaat tidak bisa masuk akibat kerumunan anak-anak yang ingin masuk ke ruang Sekolah Minggu, dan si kecil Hattie Mei Wiatt telah membawa buku-buku dan persembahannya serta sedang berdiri di pintu. Tampaknya ia ragu-ragu untuk balik ke rumah saja atau menunggu dan mencoba masuk. Saya memeluknya dan kemudian mengangkatnya ke atas bahu saya, dan kemudian saat ia mendekap kepala saya (pelukan yang tidak bisa  saya lupakan), saya membawanya melewati kerumunan jemaat di aula ke ruang Sekolah Minggu, dan mendudukannya di kursi yang berada jauh di sudut gelap. Keesokan paginya saat ke gereja dari rumah, saya singgah di rumah mereka, dan saat itu ia sedang berjalan ke sekolah. Saat bertemu, saya berkata: "Hattie, kita akan segera memiliki ruang Sekolah Minggu yang lebih besar," dan dia berkata: ". Saya harap begitu karena ruang yang ada begitu ramai sehingga saya takut pergi ke sana sendirian." "Yah," jawab saya, "kalau kita mendapatkan dana, kita akan segera membangun ruangan yang bisa menampung seluruh anak-anak, dan kita akan mulai segera mencari dananya." Itu lebih merupakan angan-angan semata. Saya berharap dapat terus bercakap-cakap dengannya.

Dalam beberapa tahun ke depan, Hattie menderita sakit keras, dan mereka meminta saya untuk membesuknya. Saya datang dan berdoa bersamanya. Saya berdoa untuk kesembuhannya, namun hal itu tidak terjadi. Hattie Mei Wiatt meninggal. Dia telah mengumpulkan dana sebanyak 57 sen untuk menbangun  ruang anak-anak sekolah Minggu. Saat pemakaman selesai dan kamar tidur si gadis kecil dirapikan, sebuah dompet usang, kumal dan sobek-sobek ditemukan. Nampak sekali bahwa dompet itu kemungkinan ditemukan oleh si gadis kecil dari tempat sampah. Di dalamnya ditemukan uang receh sejumlah 57 sen dan secarik kertas bertuliskan tangan, yang jelas kelihatan ditulis oleh seorang anak kecil, yang isinya: "Uang ini untuk membantu pembangunan gereja agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga lebih banyak anak bisa menghadiri Sekolah Minggu." Rupanya selama 2 tahun, sejak ia tidak bisa masuk ke gereja, si gadis kecil ini mengumpulkan dan menyimpan uangnya sampai terkumpul sejumlah 57 sen untuk maksud yang sangat mulia. Ibunya kemudian menyerahkan tas kecil dengan uang sebanyak 57 sen yang telah dikumpulkannya. Saya membawanya ke gereja dan menyatakan bahwa kami memperoleh berkat untuk pembangunan gedung sekolah minggu baru . Sumbangan itu diberikan oleh si kecil Hattie Mei Wiatt, yang telah pergi surga namun telah meninggalkan sumbangannya. Ketika sang pendeta membaca catatan kecil ini, matanya sembab dan ia sadar apa yang harus diperbuatnya. Dengan berbekal dompet tua dan secarik kertas ini, sang pendeta segera memotivasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan maksud mulia si gadis kecil ini agar memperbesar bangunan gereja.

Saya kemudian menukarnya menjadi uang logam dan menawarkannya untuk dijual. Hasilnya didapat sekitar 250 dolar AS sebagai ganti 57 sen, dan 54 dari uang logam tersebut dikembalikan kepada saya oleh pembelinya. Saya kemudian membingkainya agar orang-orang dapat melihat dan menontonnya, dan kemudian menukar $ 250 menjadi uang logam, kami menerima cukup dana untuk membeli rumah berikutnya di sebelah utara gereja. Rumah itu dibeli oleh Komunitas Wiatt Mite, yang dibentuk dengan tujuan mengambil 57 sen itu dan memperbesarnya untuk membeli tanah bagi untuk menjadi ruang Sekolah Minggu.

Kemudian ketika jumlah anak sekolah minggu menjadi begitu besar, ruangannya sudah tidak memadai, akhirnya terlontar gagasan ke sidang jemaat kami, "Kita harus memiliki gedung gereja yang lebih besar dan ruang Sekolah Minggu yang lebih besar." Iman kepada Allah adalah ciri-ciri dari orang-orang ini, dan mereka mengatakan, "Kami dapat melakukannya," meskipun faktanya kami tidak punya uang sebelumnya. Namun keyakinan itu begitu kuat bahwa kami harus membangun gedung gereja yang lebih besar walaupun tampaknya tidak masuk akal untuk melakukannya.

Suatu kali saya mengunjungi Pak Baird dan bertanya apa yang ia rencanakan untuk lahan tempat gedung gereja sekarang berdiri. Dia rupanya ingin menjual tanah itu seharga 30.000 dolar AS. Sedangkan kami hanya punya 54 sen dan kami mungkin terlalu berlebihan karena mengira akan memiliki lahan itu. Terdorong oleh perkataan Pak Baird dan tanpa ada yang keberatan dari Dewan Diaken (Majelis), saya melakukan negosiasi dan bertanya apakah ia bisa tidak menjualnya selama lima tahun. Pak  Baird menjawab: "Saya telah memikirkan berulang-ulang tentang hal ini dan saya memutuskan untuk menjual lahan ini seharga 25.000 dolar AS alias lebih rendah 5.000 dolar dan saya rasa hal ini sangat berarti bukan? Saya akan mengambil 54 sen itu sebagai pembayaran pertama, dan engkau dapat mengambil pinjaman dengan jaminan lahan itu pada tingkat bunga 5%.  Saat kembali ke gereja dan melaporkan hal tersebut  mereka berkata : "Yah, kita bisa mengumpulkan uang lebih dari 54 sen" Dan saya pun pergi dan memberikan uang 54 sen itu kepada Pak Baird dan mengambil tanda terimanya untuk pembayaran lahan tersebut. Pak  Baird kemudian mengembalikan 54 sen itu sebagai hadiah. Jadi kami membeli lahan itu , dan terdorong untuk bersama Tuhan kami melanjutkan pembangunan gedungnya setahap demi setahap. Kami hampir tidak pernah bermimpi bahwa bertahun-tahun kemudian, setiap jemaat miskin ini mempersembahkan sekuat tenaga mereka, sehingga akhirnya kami bisa melunasi utang yang begitu besar. Saya harus menyatakan juga bahwa di rumah yang dibeli dengan menjual uang logam sebanyak 57 sen diselenggarakan oleh The Temple University.

Hattie Mei Wiatt adalah seorang siswi sekolah yang berasal dari keluarga yang rajin, menjaga kehormatan, jujur dan suka menabung. Ia bukan berasal dari keluarga yang kaya dan hebat, namun pikirkanlah bagaimana hidupnya berarti; pikirkanlah apa yang Tuhan lakukan dengannya dan uang 57 sen miliknya dahulu. Bila dibandingkan dengannya, banyak orang akan merasa malu. Pikirkanlah tentang  gereja yang besar ini; jumlah pertambahan anggota sebanyak lebih dari 5.600 - sejak saat itu. Pikirkanlah pengaruhnya keluar dan menyebar ke seluruh dunia. Pikirkan pengaruh sekolah Sabat terhadap bangunan hebat ini selama lebih dari dua puluh tahun. Kemudian pikirkan tentang lembaga tempat gereja bernaung. Pikirkan Rumah Sakit Samaria dan ribuan orang sakit yang telah sembuh dan ribuan orang miskin yang telah dilayani setiap tahun. Saya menerima laporan bulan Oktober dari Rumah Sakit Samaria Sabtu lalu bahwa selama satu bulan, 2.540 telah mengunjungi apotek. Dengan mengalikannya dengan angka dua belas untuk memperoleh rata-rata orang yang datang selama setahun. Ada lebih dari 30.000 orang setiap tahun pergi ke apotik dari satu rumah sakit, dan hal itu tidak termasuk bangsal untuk kaum miskin atau kamar pribadi. Lalu ada rumah sakit lainnya, Garrestson, yang juga diambil alih oleh jemaat gereja ini. Tanpa gereja ini, hal itu mungkin tidak bisa dimulai. Di sana jumlah orang yang dilayani dalam satu tahun sebanyak lebih dari 14.000 pasien yang terluka, rusak, dan sekarat. Pikirkan tentang pelayanan dari rumah sakit ini yang dimulai sebagai dampak pelayanan gereja ini dan didukung sejak awal oleh anggota jemaat gereja. Hal itu menjadi kisah perjalanan panjang dari kebaikan mereka.

Pikirkan bagaimana di rumah Wiatt dimulai kelas pertama dari Temple College. Masyarakat Wiatt Mite menyediakan kursi, buku-buku dan guru. Oleh karena itu dimulailah sekolah malam yang telah bertumbuh dan berkembang selama bertahun-tahun. Rumah itu yang dibeli seharga 54 sen kemudian dijual dan hasilnya diberikan ke Temple College karena kemungkinan terkena proyek pembuatan taman. Kami pindah dari gereja asal dan memberikannya ke Temple College, dan kampus menjualnya ke gereja lain dan menggunakan uang itu untuk mendirikan sebuah bangunan di sebelah kami di Broad Street. Pikirkan pengaruh uang 57 sen untuk sesaat. Hampir 80.000 orang muda telah mengikuti pendidikan di Temple College, dan pikirkan di mana mereka berada.

Setahun yang lalu, kami memperkirakan ada 500 pria dan wanita muda di departemen bisnis yang tidak mendapatkan apa-apa sebelum mereka menempuh pendidikan di sana , memperoleh pengajaran selama enam bulan  dan akhirnya mendapatkan upah yang memadai. Pikirkan pendapatan dan  kenikmatan tambahan, yang bahkan diberikan oleh  bagian terkecil, dan kemudian pikirkan Fakultas Hukum, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Teologi, Seni Berumah Tangga, Sekolah umum dan Sekolah keguruan  - ada hampir 4.000  orang yang sekarang bekerja di berbagai bagian kota. Bayangkan bagaimana mereka pergi dan mengajar ribuan orang dan kemudian mereka pada gilirannya akan mengajar ribuan orang lainnya dalam hidup mereka.  Pikirkan bagaimana membersihkan dunia selama seabad yang dimulai dengan seorang guru, yang kemudian menggandakan dirinya mungkin seratus kali hampir setiap tahunnya. Dua tahun lalu, tahun terendah dalam pekerjaan itu, kami mengambil statistik mahasiswa Temple University. Kami memastikan ada 504 pemuda yang sedang belajar Injil dalam satu tahun. Sekarang, jika lulus (yang pasti terjadi) setidaknya seratus orang dalam setahun masuk ke dalam pelayanan. Pikirkan apa yang telah terjadi selama dua puluh tahun sejak persembahan Hattie May. Anggap saja - dua ribu orang memberitakan Injil karena Hattie Mei Wiatt menginvestasikan 57 sen  dan meletakkan dasarnya.

Manusia mungkin ada yang sangat fasih berbicara; mereka mungkin menyanyi dengan suara malaikat, namun mereka mungkin tidak berbicara seperti Hattie Mei Wiatt, karena dia ingin berbicara melalui hidupmu saat engkau pergi keluar dan melakukan secara berbeda sebelum engkau mendengar kisah ini . Hattie Mei Wiatt berbicara dengan nada kefasihan, manis, ilahi , kokoh dan berlangsung berabad-abad. Banyak orang yang hebat ; banyak orang diberi penghargaan atas apa yang tidak mereka lakukan, tapi di sini ada kehidupan yang dipenuhi dengan kekuatan untuk bergerak di setiap waktu.

Saat ini, jika berada di Philadelphia, lihatlah Temple Baptist Church, dengan kapasitas duduk untuk 3300 orang dan Temple University, tempat ribuan mahasiswa menempuh pendidikan. Lihat juga Rumah Sakit Good Samaritan dan sebuah bangunan istimewa untuk Sekolah Minggu yang lengkap dengan beratus-ratus pengajarnya, semuanya ini untuk memastikan jangan sampai ada satu anakpun yang tidak mendapat tempat di Sekolah Minggu. Di dalam salah satu ruangan bangunan ini, nampak terlihat foto si gadis kecil, yang dengan tabungannya sebesar 57 sen, namun dikumpulkan berdasarkan rasa cinta kasih terhadap sesama, yang telah membuat sejarah. Tampak pula berjajar rapi, foto sang pendeta baik hati yang telah mengulurkan tangan kepada si gadis kecil miskin ini, yaitu pendeta DR. Russel H.Conwell, penulis buku Acres of Diamonds -- suatu kisah nyata.

Kenyataan sejarah yang kolosal ini bisa memberikan petunjuk kepada kita semua, apa yang dapat DIA lakukan terhadap uang 57 sen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar