Belas Kasihan Bagi Utusan Injil: John Wesley
Kapal itu terombang-ambing dan tergoncang dengan hebat
menembus gelombang yang tingginya enam meter di Laut Atlantik. Air menyembur
menyapu geladak kapal, membelah layar besar dari kapal layar abad kedelapan
belas itu dan mengalir ke dalam ruangan-ruangan di kamar itu.
Pendeta John Wesley gemetar ketakutan. Beberapa orang
Inggris di sekelilingnya berteriak. Tetapi ketika ia memandang pada kelompok
orang-orang Moravia, ia merasa heran karena mereka sedang menyanyikan mazmur
dengan tenang. "Orang-orang yang malas dan bodoh," pikirnya.
Pada saat samudra itu telah tenang, Wesley mendekati
pemimpin mereka. "Anda tidak takut akan badai?" tanyanya.
"Tidak, Tuhan ada di pihak kami. Kami tidak takut mati."
Hari berikutnya, Spangenberg, pendeta Moravia itu,
memunyai sebuah pertanyaan bagi pendeta Inggris itu. "Saudara Wesley,
kenalkah saudara dengan Yesus Kristus?" tanyanya. "Saya tahu bahwa Ia
Juru Selamat dunia ini," orang Inggris yang bermartabat itu menjawab
dengan ramah. "Tetapi dapatkah Saudara mengatakan kepada saya apakah Ia
telah menyelamatkan Saudara?" Wesley bingung. "Saya harap
demikian," ia menjawab dengan tenang.
John Wesley sedang dalam perjalanannya menuju Georgia
untuk menginjili orang-orang Indian. Tetapi sebelum ia mendapatkan damai dalam
iman orang-orang Moravia, ia meratap, "Aku datang ke Georgia untuk
memertobatkan orang-orang Indian, tetapi siapa yang akan memertobatkan aku? Aku
hanya memunyai iman "musiman" saja.
Walaupun Wesley adalah seorang sarjana lulusan Oxford
dan sangat saleh, "imannya yang musiman" itu tidak berhasil
menggerakkan hati penduduk koloni Inggris yang acuh tak acuh itu, lebih-lebih
orang-orang Indian yang masih menyembah berhala.
Setelah dua tahun, Ia kembali ke Inggris dan
perjalanan misinya merupakan suatu kegagalan. Ia kemudian mengetahui bahwa di
seluruh Inggris, orang-orang sedang membicarakan khotbah-khotbah rekan
sekelasnya dulu di Oxford, George Whitefield. Whitefield telah mendapat
pengalaman pertobatan yang dramatis dan telah berkhotbah tentang kelahiran baru
kepada banyak pendengar.
Pada waktu itu, Charles, saudara kandung John Wesley,
sedang sakit. John dengan terburu-buru pergi ke tempat tidurnya, tetapi ia
mendapatkan bahwa Peter Bohler menghujani si sakit itu dengan
pertanyaan-pertanyaan mengenai imannya.
John kemudian menulis dalam majalah
"Journal", bahwa ia cukup mendengar percakapan mereka "yang
meyakinkan aku akan kebutuhanku akan iman". Ia merasa bahwa ia tidak perlu
lagi berkhotbah. Namun demikian, Bohler menasihatkan untuk menceritakan
kebenaran itu kepada orang lain sampai ia sendiri yakin.
Dua hari kemudian, John Wesley berkata kepada seorang
narapidana yang sudah dijatuhi hukuman bahwa ia dapat memeroleh pengampunan
dosa hanya dengan percaya kepada Kristus. "Saya mau," jawab
narapidana itu. "Sekarang saya bersedia sepenuhnya untuk mati,"
tambahnya dengan perasaan yang sungguh-sungguh. "Kristus telah menghapus dosa-dosa
saya." Narapidana itu memunyai kepastian yang penuh, tetapi Wesley yang
malang itu terus bergumul.
Pada tanggal 20 Mei tahun 1738, Charles Wesley
menerima kepastian penuh akan keselamatannya setelah membaca "Tafsiran
Kitab Galatia" karangan Luther.
Kira-kira jam lima pagi hari Rabu berikutnya, John
membuka Kitab Perjanjian Barunya pada II Petrus 1:4 dan membaca: "Dengan
jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan
yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat
ilahi."
Pada malam harinya, ia diundang menghadiri satu
pertemuan perkumpulan Kristen di jalan Aldersgate. "Aku pergi dengan
perasaan sangat segan," ia kemudian menulis dalam buku hariannya,
"untuk mendengarkan seseorang yang membacakan kata pengantar Luther
tentang Kitab Roma."
Saat itu merupakan malam kemenangan baginya. Beginilah
ia menjelaskan, "Kira-kira jam sembilan kurang seperempat; ketika ia
sedang menjelaskan perubahan yang dilakukan Allah di dalam hati melalui iman
kepada Kristus, aku merasa hatiku dihangati secara mengherankan .... Aku merasa
sungguh-sungguh percaya kepada Kristus yang memberikan keselamatan."
Ia hampir tidak dapat menunggu untuk menceritakannya
kepada Charles. Sambil berlari masuk ke kamarnya, ia berteriak, "Aku
percaya." Mari kita menyanyikan satu lagu pujian bersama-sama,"
Charles mengusulkan. John menyetujui, dan keduanya menyanyikan sebuah lagu
pujian baru yang telah dikarang Charles beberapa hari sebelumnya -- sebuah lagu
yang masih dinyanyikan oleh orang-orang Kristen pada masa kini, "Kristus
Sahabat Orang Berdosa" (Christ the Friend of Sinners).
Delapan belas hari kemudian, John Wesley
mengkhotbahkan suatu khotbah yang selalu diingat, "Oleh Anugerah Kita
Diselamatkan Melalui Iman", di Universitas Oxford. Ini merupakan tema dari
suatu pelayanan di mana ia merasa harus menyelamatkan Inggris dari kemerosotan
moral dengan memenangkan berpuluh-puluh ribu orang bagi Kristus serta
mendirikan gereja Metodis.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku :
Bagaimana Tokoh-Tokoh
Kristen Bertemu Dengan Kristus
Penulis : James C. Hefley
Penerbit :
Yayasan Kalam Hidup, Bandung
2008
Halaman :
34 – 36
Kesaksian John Wesley: "Penginjil Yang Takut
Mati"
Pada akhir bulan Januari 1736, sebuah kapal barang
bernama Simmonds, yang sedang berlayar menuju Savannah, Georgia, AS, diserang
oleh angin topan. Kapal itu terombang-ambing dan terguncang dengan hebat di
sela-sela gelombang yang tingginya enam meter di laut Atlantik. Air menyembur
menyapu geladak kapal, membelah layar besar dari kapal layar itu dan mengalir
ke dalam ruangan-ruangan di kamar itu.
Seorang pendeta gereja Anglikan bernama John Wesley,
gemetar ketakutan. Beberapa orang Inggris di sekelilingnya berteriak panik dan
kapal tampaknya semakin sulit dikendalikan. John Wesley telah memberitakan
Injil keselamatan kepada orang lain, tetapi ia sendiri takut mati.
Sementara ombak terus menghantam geladak kapal,
memorakporandakan layar kapal berkeping-keping, Wesley terheran-heran melihat
beberapa orang dari Persaudaraan Moravia menyanyikan Mazmur dengan tenang.
"Orang-orang malas yang bodoh," pikirnya.
Pada saat gelombang laut mulai tenang, Wesley
mendekati pemimpin mereka dan bertanya, "Apakah Anda tidak takut
badai?" "Tidak, Tuhan ada di pihak kami. Kami tidak takut mati."
Hari berikutnya Spangenberg, pendeta Moravia itu,
memunyai sebuah pertanyaan bagi Wesley. "Saudara Wesley, kenalkah saudara
dengan Yesus Kristus?" "Saya tahu bahwa Ia Juru Selamat dunia
ini," Wesley menjawab.
"Tetapi dapatkah saudara mengatakan kepada saya
apakah Ia telah menyelamatkan Saudara?" Wesley bingung. "Saya harap
demikian," ia menjawab dengan perasaan tidak tenang.
Siapa Akan Menobatkan Aku?
Wesley (1703-1791) berasal dari keluarga yang sangat
mengutamakan keteraturan dan kesopanan. Ayahnya, Pdt. Samuel Wesley, adalah
seorang rohaniwan yang terpelajar dan saleh. Ia melayani di Epworth,
Lincolnshire. Ibunya, Susanna, adalah putri seorang pendeta Nonkonformis. John
adalah anak kelimabelas dari sembilanbelas bersaudara.
Ketika Wesley berusia enam tahun, rumah pendeta Samuel
di Epworth terbakar. Seorang tetangganya, dengan berdiri di atas pundak
kawannya, menolong anak itu dari sebuah jendela di tingkat dua. Wesley sadar
bahwa Allah telah memelihara hidupnya.
Pada usia 17, Wesley melanjutkan studinya ke
Universitas Oxford. Ia membaca banyak hal dan ia amat terkesan oleh bapak-bapak
gereja yang mula-mula dan buku-buku ibadah klasik. Dari Holy Living karangan
Jeremy Taylor, Imitation of Christ karangan Thomas A. Kempis, dan Serious Call
to a Holy Life karangan William Law, Wesley belajar bahwa kehidupan Kristen
merupakan pengudusan dari keseluruhan manusia dalam kasihnya kepada Allah dan
sesamanya.
Orang-orang ini, katanya, "meyakinkan saya
tentang ketidakmungkinan yang mutlak untuk menjadi setengah Kristen. Saya
berketetapan, melalui kasih karunia-Nya, untuk menyerahkan hidup saya kepada
Allah." Jadi ia mempelajari seluruh kelemahannya dan mencari cara-cara
untuk mengatasinya.
Pada tahun 1726 Wesley memperoleh beasiswa dari
Lincoln College di Oxford. Hal ini bukan hanya memberinya kedudukan secara
akademis di universitas, melainkan ia juga akan menerima penghasilan secara
teratur. Dua tahun kemudian, ia ditahbiskan menjadi pendeta Anglikan dan
kembali ke Epworth selama beberapa waktu untuk melayani sebagai asisten
ayahnya.
Ketika mulai melakukan tugasnya kembali di Oxford, ia
mendapati bahwa saudaranya Charles, yang gelisah melihat perkembangan deisme di
kampus, telah mengumpulkan sekelompok mahasiswa yang bertekad untuk menjalani
kehidupan Kristen yang benar dan serius. John terbukti menjadi pemimpin yang
dibutuhkan mereka. Di bawah bimbingannya, mereka membuat rencana studi dan
peraturan hidup yang menekankan masalah doa, pembacaan Alkitab, dan mengikuti
Perjamuan Kudus secara teratur.
Para anggotanya merupakan orang-orang yang sangat
rajin dan tidak mau tinggal diam. Mereka terus-menerus mencari bermacam-macam
cara agar kehidupan mereka sesuai dengan pola hidup orang Kristen mula-mula.
Mereka membantu orang miskin, dan mengunjungi para narapidana. Tetapi Wesley
mengakui bahwa ia kurang memiliki damai sejahtera seorang Kristen sejati.
Tidak lama kemudian, datang undangan dari Georgia.
Seorang sahabatnya, Dr. John Burton, menyarankan agar John dan Charles melayani
Tuhan di koloni baru yang dipimpin oleh Jenderal James Oglethorpe. Charles
dapat menjadi sekretaris jenderal dan John menjadi pendeta tentara di koloni
tersebut.
Kedua bersaudara itu berangkat dengan idealisme yang
menggebu. Di Georgia, Wesley mendapati bahwa kehidupan orang-orang Amerika
begitu buas. Di samping itu penghuni di koloni tersebut membenci cara hidupnya
yang sangat rohani, penolakannya untuk memimpin upacara kematian seorang
Nonkonformis dan larangan bagi wanita untuk memakai perhiasan dan gaun yang
mahal harganya.
Rasa frustrasinya semakin berlipat ganda karena kisah
cinta yang dijalinnya dengan Sophy Hopkey, seorang gadis berusia delapan belas
tahun, keponakan hakim kepala Savannah, kandas di tengah jalan. Sophy akhirnya
memutuskan hubungan dan melarikan diri kepada saingan Wesley. Wesley kemudian
melarang mantan kekasihnya untuk mengikuti perjamuan kudus sehingga suaminya
marah dan menggugat Wesley sebab ia dianggap telah merusak karakter Sophy.
Pengadilan berkenaan dengan masalah itu berjalan berlarut-larut. Setelah
mendalami gangguan selama enam bulan, akhirnya ia kembali ke Inggris dan
perjalanan misinya berakhir dengan kegagalan.
Dalam perjalanan pulang itulah Wesley kembali
merenungkan seluruh pengalaman hidupnya. Ia menulis, "Aku datang ke
Georgia untuk mempertobatkan orang-orang Indian, tetapi siapa yang akan
mempertobatkan aku?"
Pertobatan John Wesley
Wesley mendarat di Inggris pada tanggal 1 Februari
1738 dalam keadaan terpukul dan tidak yakin akan imannya sendiri dan masa
depannya. Pada waktu itulah ia mendengar bahwa di seluruh Inggris orang-orang
sedang membicarakan khotbah-khotbah rekannya yang dahulu sekelas di Oxford,
George Whitefield. Whitefield telah mengalami pertobatan yang dramatis dan
telah berkhotbah tentang kelahiran baru kepada banyak orang.
Pada waktu itu Charles, saudara kandung John Wesley,
sedang sakit. John dengan terburu-buru pergi ke rumah Charles, tetapi ia
mendapatkan bahwa Peter Bohler, seorang anggota Gereja Moravia, telah tiba
lebih dahulu. Dari pertemuannya dengan Bohler, ia mulai mengerti bahwa iman
bukan hanya sekadar sebuah doktrin, melainkan suatu pengalaman memperoleh
pengampunan dari Allah.
Tetapi Wesley bertanya, "Bagaimana iman dapat
diberikan dalam sekejap mata?" Ia mendapatkan jawabannya beberapa hari
kemudian.
Pada tanggal 20 Mei tahun 1738 Charles Wesley menerima
kepastian penuh akan keselamatannya setelah membaca Tafsiran Kitab Galatia
karangan Luther.
Kira-kira jam lima pagi hari berikutnya, John membuka
2 Petrus 1:4 dan membaca, "Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan
kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya
kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi."
Pada malam harinya ia diundang menghadiri suatu
pertemuan perkumpulan Kristen di Jalan Aldersgate. Ia menulis, "Pada suatu
sore, dengan rasa segan, saya pergi ke sebuah pertemuan di Jalan Aldersgate. Di
pertemuan itu ada seseorang yang membacakan kata pengantar Luther untuk Kitab
Roma. Sementara ia menjelaskan, suatu perubahan dari Allah terjadi dalam hati
saya melalui iman kepada Kristus. Saya merasa bahwa saya benar-benar percaya
kepada Kristus, hanya Kristus saja, untuk memperoleh keselamatan.
Hati saya terasa hangat sebab suatu jaminan diberikan
kepada saya bahwa Ia telah menghapuskan semua dosa saya, dan menyelamatkan saya
dari hukum dosa dan maut."
Demikian Wesley memperoleh jaminan yang tidak
dimilikinya, suatu kehidupan yang akan membuatnya bertahan selama setengah abad
dengan energi yang tiada duanya. Ia telah menemukan pesan hidupnya.
Dari Pesan kepada Metode
Pada musim panas berikutnya Wesley mengunjungi
kelompok Moravia di pusatnya di Sakson. Ia ingin melihat sendiri kuasa seperti
yang disaksikannya di atas kapal.
Ia bertemu dengan banyak orang yang memberikan teladan
"jaminan sepenuhnya dari iman Kristen". Tetapi dengan cepat ia dapat
melihat tanda-tanda pembenaran terhadap diri sendiri dalam diri mereka.
Tidak lama kemudian, Wesley dan kelompok Moravia
berpisah. Meskipun begitu ia sempat mendapat banyak hal dari mereka, terutama
akan hal pembenaran oleh iman dan sistem kelompok kecil mereka dalam membangun
pertumbuhan rohani.
Beberapa waktu kemudian Wesley menerima undangan yang
tidak terduga. George Whitefield telah mengikutinya sampai ke Georgia pada
tahun 1738, tetapi kembali pada musim gugur tahun itu untuk ditahbiskan menjadi
pendeta. Karena tidak puas dengan kesempatan yang diberikan kepadanya di mimbar,
ia mulai berkhotbah di lapangan-lapangan terbuka di dekat Bristol kepada para
pekerja tambang batu bara yang jarang berani memasuki gereja.
Suara Whitefield terang dan keras, dan kepiawaiannya
dalam berkhotbah begitu menggerakkan hati pendengarnya sehingga ia dapat
melihat "linangan air mata" mengalir dari pipi mereka yang hitam
sementara mereka keluar dari lubang tambang. Ketika sejumlah besar pekerja
tambang batu bara memohon belas kasihan Allah, Whitefield mendorong Wesley
berkhotbah secara terbuka.
Wesley tahu bahwa ia tidak dapat dibandingkan dengan
kepandaian Whitefield dalam berkhotbah. Whitefield berbicara sebagaimana
layaknya seorang cendekiawan dan pria terhormat. Tetapi yang menjadi
keraguannya ialah karena sebelumnya ia tidak pernah membayangkan bahwa ia harus
berkhotbah di tempat terbuka. Mengenai hal itu ia menulis, "Karena
sepanjang hidup saya begitu keras kepala menghubungkan segala sesuatu dengan
kesopanan dan aturan, saya hampir-hampir berpikir bahwa menyelamatkan jiwa
seseorang di luar gereja merupakan suatu dosa."
Sejak itu ia rajin mengadakan kebangunan rohani di
mana-mana. Sepanjang sisa hidupnya ia berkhotbah kepada lebih dari 3.000 orang
di tempat terbuka dan pertobatan selalu terjadi. Kebangunan rohani golongan
Metodis telah dimulai.
Wesley memberitakan kabar Injil kepada orang miskin di
mana pun orang mau menerimanya. Ia menulis, "Saya memandang seluruh dunia
sebagai jemaat; beban saya ialah memberitakan kabar kesukaan dan keselamatan
kepada setiap orang yang mau mendengarkannya."
Ia berkhotbah di penjara, di pemondokan kecil, dan di
atas kapal. Pada sebuah amfiteater di Cornwall ia berkhotbah kepada 30.000
orang. Ketika ia tidak diizinkan masuk dan berkhotbah dalam gereja Epsworth, ia
berkhotbah kepada ratusan orang di halaman gereja sambil berdiri di atas makam
ayahnya.
Dalam catatan hariannya tertanggal 28 Juni 1774,
Wesley mengklaim bahwa sedikitnya ia telah mengadakan perjalanan sejauh 7.250
km setahun. Itu berarti sepanjang hidupnya ia telah mengadakan perjalanan
sejauh 400.000 km, atau 10 kali keliling dunia. Sebagian besar perjalanannya
dilakukan dengan naik kuda.
Wesley meninggal di London pada tanggal 2 Maret 1791.
Usianya mendekati 88 tahun dan meninggalkan 79.000 pengikut di Inggris dan
40.000 di Amerika Utara.
Setelah kematiannya, golongan Metodis di Inggris
mengikuti jejak saudara-saudaranya di Amerika Serikat dengan memisahkan diri
dari gereja Anglikan.
Pengaruh Wesley dan kebangunan rohani yang diadakannya
berdampak luas melewati batas-batas gereja Metodis. Wesley telah membawa
pembaruan dalam kehidupan beragama di Inggris dan koloni-koloninya.
Sumber:
Majalah
Sahabat Gembala Agustus/September 1991.
"Bagaimana Tokoh-Tokoh Kristen Bertemu dengan Kristus", James
C. Hefley.
BAGI SAYA KISAH PAHLAWAN IMAN INI .MENGUATKAN SAYA.THANK
BalasHapusBAGI SAYA KISAH PAHLAWAN IMAN INI .MENGUATKAN SAYA.THANK
BalasHapus