360 Reflections of Life (Kisah-Kisah Kehidupan yang
Meneduhkan Hati)
Sidik Nugroho
Pria ini menganggap dirinya sebagai “Penerus
Tugas-Tugas Martin Luther yang Belum Selesai”. Ia menebarkan ajaran bahwa semua
orang Yahudi perlu dibasmi karena merekalah yang membunuh Yesus.
Ya,
ia adalah Adolf Hitler. Ajarannya tersebut memecah gereja menjadi dua; ada yang
bersimpati, tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya. Salah penentang utama
Hitler adalah Dietrich Bonhoeffer. Ia menegaskan bahwa gereja yang
mendiskriminasi anggota-anggota dan pelayaan-pelayannya atas nama ras tidak
lagi pantas disebut gereja Yesus Kristus. Sedemikian agresif ia menentang
ajaran Hitler, sehingga memaksa Nazi menutup seminari yang dipimpinnya pada
1937.
Pada
1943, Boenhoffer di penjara. Ia sempat dipindah ke kamp konsentrasi sebelum
dihukum gantung pada 9 April 1945. Salah seorang dokter yang bekerja di kamp
konsentrasi bersaksi bahwa ia melihat Boenhoeffer meninggal dengan ekspresi
yang sungguh-sungguh berserah kepada Tuhan. Sedang tiga minggu kemudian Hitler
bunuh diri.
Hitler
adalah diktaktor yang menafsirkan Alkitab dengan seenaknya. Bahkan, ia tidak
segan-segan memersonifikasikan dirinya sebagai orang yang maha penting.
Sebagaimana
yang kita ketahui bersama, politik itu kejam. Dan, orang-orang yang
berkecimpung di dalamnya akan memanfaatkan beragam cara untuk menyatakan
kebenaran dari dan atas nama dirinya sendiri.
Akan
tetapi, perlu juga ditegaskan di sini bahwa sesungguhnya bukan hanya politisi
yang suka menafsirkan kebenaran dengan seenaknya sendiri. Kita juga berpeluang
untuk melakukan hal yang sama. Bukankah kita kerap berdalih dan mempertahankan “kebenaran”
lain ketika Tuhan menuntut kita untuk berubah?
Mari, mulai detik ini , kita mengoreksi diri kita
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar