360 Reflections of Life (Kisah-Kisah Kehidupan yang
Meneduhkan Hati)
Sidik Nugroho
Awalnya, bayi itu lahir dalam keadaan normal di
Prancis pada 1809. Namun sayangnya, pada usia tiga tahun ia mengalami
kecelakaan ang mengenaskan. Sebuah alat tajam yang biasanya dipakai untuk
melubangi kayu atau kulit menusuk matanya. Alhasil, sejak saat itu, ia menjadi
buta.
Akan
tetapi , kebutaan yang dialaminya itu tidak menghalangi niatnya untuk
mengembangkan diri. Ia tetap mempelajari sesuatu yang sangat disukainya : music.
Tekadnya untuk mendalami suatu bidang sangatlah besar – bahkan, ia kerap
mengalahkan anak-anak yang normal. Karenanya, tidaklah mengherankan bila pada
usia 19 tahun ia sudah menjadi guru bagi orang-orang buta yang ingin belajar music
di sebuah institute pendidikan di kota Paris.
Cobaan
berat yang kemudian ia alami adalah ketika ia menderita TBC. Saat itu ,
penyakit TBC masih sulit disembuhkan. Namun, dnegan kegigihannya yang besar dan
mukjiat yang didapatkannya, ia sembuh.
Suatu
hari, salah seorang temannya bercerita bahwa ada seorang kapten yang
mengirimkan berita rahasia dengan cara melubangi kertas. Jadi, berita itu masih
dapat dibaca, meskipun tanpa penerangan.
Sontak,
ketika mendengar hal itu, ia memperoleh pencerahan di hatinya. Ia berkata
kepada dirinya sendiri,” Kini, aku bisa membuka pintu dan jendela agar
orang-orang buta dapat melihat.” Ya, pria itu bernama Louis Braille, penemu
huruf Braille.
Keputusasaan
dapat melukai hati, menghambat proses kreatif, dan membuat manusia mati sebelum
waktunya. Kini, setelah menyaksikan kisah hidup Braille, mari kita merenung:
apakah selama ini kita mudah menyerah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar