360 Reflections of Life (Kisah-Kisah Kehidupan yang
Meneduhkan Hati)
Sidik Nugroho
Suatu ketika, John Wesley diundang makan malam di
rumah seorang terpandang di suatu kota. Ketika waktu menunjukkan pukul 10
malam, ia meminta diri untuk pulang, meskipun acara belum selesai.
“Mengapa?: tanya si empunya acara.
“Karena esok, jam 4 pagi, saya kedatangan tamu saya,”
jawab John Wesley.
Selian terkenal dengan julukan Pendeta Berkuda, karena
ia memang kerap berkhotbah dari atas kudanya kepada kerumunan orang yang
menemuinya, John Wesley juga terkenal karena ketekunannya berdoa setiap pukul 4
pagi. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa yang menjadi tamunya pada pukul 4
pagi adalah Tuhan.
John Wesley telah memperlakukan Tuhan sebagai tamu
yang setia nan istimewa melalui keteraturannya berdoa. Berbeda dengan John
Wesley, kita umumnya terjebak dengan pemahaman bahwa berdoa dapat dilakukan
kapan saja dan di mana saja layaknya sebuah minuman kaleng : diminum bila haus,
dicari bila diperukan. Tentu saja, hal ini menyesatkan. Mengapa? Karena asumsi
umum tersebut berarti dua hal, yaitu : di satu sisi, kita seolah-olah merasa
seemikian dekat dengan Tuhan, sehingga kita bisa menghubungiNya kapan pun dan
di mana pun kita membutuhkannya. Namun, di sisi lain, asumsi bahwa kita bisa
berdoa kapan pun dan di mana pun kepada Tuhan adalah kedok kemalasan, karena
kita enggan berkomitmen untuk berdoa secara teratur. Alhasil, tidaklah
mengherankan jika pada akhirnya kita menjadi sosok yang tidak peduli, tidak
setia, dan malas berdoa.
Sadarlah, Tuhan bukanlah minuman kaleng, Dan, kita
harus memperlakukanNya dengan special.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar