360 Reflections of Life (Kisah-Kisah Kehidupan yang
Meneduhkan Hati)
Sidik Nugroho
Juli 1941, seorang tahanan perang menghilang dari
Auschwitz, sebuah kamp konsentrasi Nazi bagi orang Yahudi yang terletak di
sebelah selatan Polandia. Tentu saja, hal ini membuat tentara Nazi heran. Jika
dalam waktu 24 jam tahanan itu tidak ditemukan, 10 orang dari sekitar 600 orang
yang ada di sana akan secara acak dipilih untuk dibunuh.
Waktu itu tiba. Seorang mantan serdadu akan turut
dibunuh. Francis Gajowniczek namanya. Ketika menerima hukuman itu, Gajowniczek
berteriak, “Oh, anak-anakku, istriku yang malan!”
Lalu muncul keributan. Seorang pria yang dikenal suka
membagi makanannya, ringkih, dan suka membimbing orang lain untuk mengucapkan
doa pengakuan dosa tampil ke depan. Ya, ia adalah seorang imam Katolik. Ia
berkata,”Saya ingin menggantikan salah satu dari para tahanan ini.” Dan, ia
menunjuk Gajowniczek.
Namanya Maximilian Kolbe. Ia adalah seeorang pemuda
yang biasa hidup menderita sejak kecil.
Lalu, mereka membawanya ke penjara bahwa tanah di
sebuah blok. Di sana, para tahanan disiksa dengan cara tidak diberi makan dan
pakaian yang laak. Hingga dua minggu, hanya empat dari sepuluh orang yang
bertahan hidup. Dan, Pastor Kolbe meninggal terakhir, di hari ke-15 setelah
disuntik mati.
Tentang kepahlawanan, hidup dan kasihnya, Paus
berkata, “Berjuta-juta orang telah dikorbankan oleh kesombongan dari kekuasaan
dan kegilaan rasilisme. Namun, di tengah-tengah kegelapan tersebut bersinarlah
tokoh Maximilian Kolbe. Di atas ruang kematian yang besar tersebut melayanglah
firman kehidupanNya yang ilahi dan kekal : kasih yang penuh penebusan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar