Yesus Gembala yang Baik.

Kamis, 29 November 2012

Organis yang Buta

360 Reflections of Life (Kisah-Kisah Kehidupan yang Meneduhkan Hati)
Sidik Nugroho

Awalnya, bayi itu lahir dalam keadaan normal di Prancis pada 1809. Namun sayangnya, pada usia tiga tahun ia mengalami kecelakaan ang mengenaskan. Sebuah alat tajam yang biasanya dipakai untuk melubangi kayu atau kulit menusuk matanya. Alhasil, sejak saat itu, ia menjadi buta.
                Akan tetapi , kebutaan yang dialaminya itu tidak menghalangi niatnya untuk mengembangkan diri. Ia tetap mempelajari sesuatu yang sangat disukainya : music. Tekadnya untuk mendalami suatu bidang sangatlah besar – bahkan, ia kerap mengalahkan anak-anak yang normal. Karenanya, tidaklah mengherankan bila pada usia 19 tahun ia sudah menjadi guru bagi orang-orang buta yang ingin belajar music di sebuah institute pendidikan di kota Paris.
                Cobaan berat yang kemudian ia alami adalah ketika ia menderita TBC. Saat itu , penyakit TBC masih sulit disembuhkan. Namun, dnegan kegigihannya yang besar dan mukjiat yang didapatkannya, ia sembuh.
                Suatu hari, salah seorang temannya bercerita bahwa ada seorang kapten yang mengirimkan berita rahasia dengan cara melubangi kertas. Jadi, berita itu masih dapat dibaca, meskipun tanpa penerangan.
                Sontak, ketika mendengar hal itu, ia memperoleh pencerahan di hatinya. Ia berkata kepada dirinya sendiri,” Kini, aku bisa membuka pintu dan jendela agar orang-orang buta dapat melihat.” Ya, pria itu bernama Louis Braille, penemu huruf Braille.
                Keputusasaan dapat melukai hati, menghambat proses kreatif, dan membuat manusia mati sebelum waktunya. Kini, setelah menyaksikan kisah hidup Braille, mari kita merenung: apakah selama ini kita mudah menyerah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar