Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 19 November 2012

Cerdas?




Gary Smalley dari Home Remedies

                Kelas enam bukanlah tahun pelajaran yang gemilang bagi Eric. Ia tidak pernah merasa percaya diri di sekolah, ia sangat takut pada pelajaran matematika. Seorang konselor mengatakan bahwa ia memiliki “kemampuan terbatas”. Lalu, belum lagi ia dapat mengubah citranya sebagai seorang murid yang mempunyai mental matematika terbatas, ia pun terserang cacar air yang membuatnya harus beristirahat selama dua minggu di rumah. Ketika ia kembali ke sekolah, teman-temannya telah belajar mengalikan pecahan. Sedangkan Eric masih bergelut dengan setengah potong kue ditambah tiga perempat potong kue…. Di antara banyak kue.
                Guru Eric, Ibu Gunter – bersuara keras, berbadan besar, menakutkan dan tinggal setahun lagi akan pensiun – ia sangat tidak simpati. Ia memanggil Eric dengan julukan “cacar” sebagai sindiran atas sakit cacarnya yang datang di waktu yang tidak tepat dan ia selau mengejar Eric dengan pekerjaan rumah tambahan yang bertumpuk. Ketika Eric tidak menunjukkan kemajuan dalam pelajaran pecahan, dengan suara mengguntur ia menghardik Eric di muka kelas,”Saya tidak menerima alasanmu yang tidak berharga itu! Lekas selesaikan!”
                Sejak saat itu, halangan mental yang dialami Eric kian meraksasa, dari semula bagaikan pagar tembok, kini berubah menjadi tembok sejarah Tiongkok. Eric bukan saja gagal dalam menyusul ketinggalannya, ia bahkan gagal pada pelajaran yang semula dikuasainya. Lalu tibalah saat yang luar biasa. Hal ini terjadi di kelas Sembilan pada pelajaran bahasa Inggris. Sampai saat ini, dua puluh lima tahun setelah kejadian tersebut, Eric masih dapat menceritakan peristiwa bersejarah tersebut.
                Saat itu murid-murid terlihat mengantuk dan tidak mempedulikan diskusi dan pertanyaan yang diajukan ibu Warwick tentang cerita Mark Twain. Di tengah pelajaran, entar mengapa tiba-tiba terbersit di benak Eric. Rasanya aneh, tapi tiba-tiba ia mengerti tentang Mark Twain mengemudi – sesuatu sedikit di bawah permukaan. Seperti bukan dirinya, Eric mengacungkan tangan dan mengemukakakn pendapatnya.
                Apa yang dilakukan Erick saat itu membuat ibu Warwick menatapnya – lurus ke matanya, dengan pandangan menyenangkan, sambil berkata, “Luar biasa Eric, kamu sangat cerdas!”
Cerdas. Cerdas? Cerdas! Kata tersebut terus bergema di pikiran Eric di sepanjang hari itu – dan di sepanjang hidupnya. Cerdas? Saya? Yah kukira aku tadi cerdas. Mungkin aku memang cerdas.
                Satu kata, satu kata positif hadir pada waktu yang tepat dan telah mengubah pandangan hidup seorang remaja tentang dirinya – yang pada akhirnya mengubah seluruh hidupnya. (Walau ia tetap tidak dapat menyelesaikan perkalian pecahan). Eric menempuh karier sebagai jurnalis dan berkembang menjadi seorang editor buku yang sukses di antara Pengarang-pengarang top di Amerika.
                Banyak guru yang menyadari betapa  pujian dapat membangkitkan motivasi anak-anak. Seorang guru berkata, ia selalu memuji muridnya yang duduk di kelas tiga setiap hari, tanpa kecuali. Murid-muridnya sangat termotivasi, terdorong dan antusias di sekolah. Saya ingat ketika guru geometri saya mulai menguatkan saya secara teratur. Dalam waktu enam minggu angka rata-rata D berubah menjadi A.
                Sangatlah indah bila seorang guru mempunyai kesempatan memberikan kata-kata yang membangun dalam hidup seorang murid. Tapi setelah beberapa tahun berkonsultasi, kami sampai pada kesimpulan bahwa dorongan yang paling efektif berasal dari rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar