Manna Surgawi 211211
Kisah berikut ini terjadi beberapa waktu silam di
Amerika Serikat. Seorang kakek berkulit hitam dengan tubuh yang bungkuk berdiri
di depan pintu kantor lembaga Alkitab. Kebetulan pintu kantor terkuak sedikit.
Dari dalam terdengar suara seorang pemuda dari balik meja, “Silahkan masuk Kek,
ada yang bisa dibantu?” Pemuda yang ramah itu juga adalah orang Amerika
berkulit hitam.
Kakek itu melangkahkan kainya dengan tertatih-tatih,
sepasang kaki yang dibalut sepatu butut dan pakaian yang dikenakannya adalah
pakaian using. “Apakah kalian menjual Alkitab, Nak?” tanyanya.
“Betul Kek,” jawab pemuda di balik meja.
“Sebelumnya aku ingin bercerita, maukah engkau
mendengarnya?” pinta sang kakek.
“Tentu, ceritakanlah Kek,” jawab si pemuda penasaran.
“Aku masih ingat masa perbudakan dulu. Aku terlahir
sebagai seorang budak dan majikanku berkata di perkenbunannya tidak boleh ada
budak yang belajar membaca dan menulis. Tapi aku ingin sekali belajar, sehingga
aku nekat melakukannya. TIak jarang aku dicambuk jika kedapatan memegang buku.
Tapi itu tidak membuatku jera,” tutur sang kakek sambil tertawa. Lalu ia
melanjutkan ceritanya, “Setelah itu, aku dan ayahku mengabdi kepada anak
majikanku yang sudah berkeluarga. Anaknya ini beda, ia mengizingkan budaknya
belajar membaca agar bisa membaca Alkitab. Aku semkain bersemangat, aku membaca
Alkitab dan berusaha melakukan perintah Tuhan yang kubaca. Sayang sekali, sekarang
aku tidak punya Alkitab lagi. Aku tidak kuat lagi bekerja untuk mendapatkan
Alkitab, tapi aku masih bisa membacanya jika saja aku memilikinya.” Sang pemuda
terdiam sejenak sambil berpikir mengenai beberapa persediaan Alkitab yang bisa
diberikan secara Cuma-Cuma.
“Aku tidak mampu membeli Alkitab Nak, tapi bisakah aku
mendapatkan Alkitab dengan bermain suling? Ya aku bisa bermain suling Nak,”
kata sang kakek.
Maka terdengarlah suara suling nan merdu menggema di
seluruh ruangan kantor lembaga Alkitab. Pria muda segera membuka lemari dan memberikan
sebuah Alkitab kepada sang kakek. Seketika itu juga permainan suling sang kakek
terhenti Matanya memandangi Alkitab di atas meja seraya berkata,”AKu bisa
memperolehnya tanpa membayar Nak?” “Sesungguhnya Kakek sudah membayarnya ketika
dulu Kakek berani dicambuk hanya karena belajar membaca,” sahut sang pemuda
ramah. Kakek itu berjalan pulang sambil membaca lembaran-lembaran Alkitab
dengan penuh semangat.
Begitu indah jika semua orang percaya memiliki
kerinduan yang sama untuk membaca firman Tuhan. Salah satu ukuran kecintaan
kita kepada Tuhan adalah keinginan yang besar untuk membaca, mempelajari dan
mendengarkan firman Tuhan. Melalui firman Tuhan kita akan mengerti kehendakNya,
mengetahui janji-janjiNya, dan mendapatkan tuntunan serta kekuatan setiap hari.
Mulailah membaca firman Tuhan dengan setia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar