"Apakah
kemiskinan itu, Bu? Anak-anak di taman bilang kita miskin. Benarkah itu,
Bu?"
"Tidak, kita
tidak miskin, Aiko"
"Apakah
kemiskinan itu?"
"Miskin
berarti tidak mempunyai sesuatu apapun untuk diberikan kepada orang lain."
"Oh? Tapi
kita memerlukan semua barang yang kita punyai, apakah yang dapat kita
berikan?"
"Kau ingatkah
perempuan pedagang keliling yang ke sini minggu lalu? Kita memberinya sebagian
dari makanan kita kepadanya. Karena ia tidak mendapat tempat menginap kota, ia
kembali ke sini dan kita memberinya tempat tidur."
"Kita menjadi
bersempit-sempitan"
"Dan kita
sering memberikan sebagian dari sayuran kita kepada keluarga Watari,
bukan?"
"Ibulah yang
memberinya. Hanya saya sendiri yang miskin. Saya tak punya apa-apa untuk saya
berikan kepada orang lain."
"Oh, kau
punya. Setiap orang mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada orang lain.
Pikirkanlah hal itu dan kau akan menemukan sesuatu."
"Bu! Saya
mempunyai sesuatu untuk saya berikan. Saya dapat memberikan cerita-cerita saya
kepada teman-teman saya. Saya dapat memberikan kepada mereka cerita-cerita
dongeng yang saya dengar dan baca di sekolah. Juga cerita-cerita Alkitab dari
Sekolah Minggu."
"Tentu! Kau
pintar bercerita. Bapakmu juga. Setiap orang senang mendengar cerita."
"Saya akan
memberikan cerita kepada mereka, sekarang ini juga!"
[ Disadur dari
Audrey McKim: Aiko and Her Cousin Kenichi, terjemahan: Kita Tidak Miskin,
YKBK/OMF - sebuah buku cerita ringan yang inspiratif]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar