Manna Surgawi 191211
Emilia baru saja menikmati kehidupan yang sangat
menyenangkan. Keuangan cukup, kesehatan baik, pekerjaan suami diberkati, para
sahabat memedulikannya. Tetapi pada bulan keempat kehamilannya ia mengalami
kecelakaan sehingga harus kehilangan janin yang ada dalam kandungannya. Seolah
tidak cukup, perusahaan tempat suaminya bekerja terancam bangkrut. Saudaranya
yang setiap tahun datang mengunjunginya, di hari ucapan syukur kali ini tidak
bisa datang.
Salah seorang teman Emilia menganjurkan agar ia
mengucap syukur atas semua kejadian yang ia alami, karena itu akan
mendewasakannya. “Mengucap syukur? Apa yang harus disyukuri? Aku mengalami
banyak hal buruk,” gumamnya dalam hati.
Pagi itu Emilia mendatangi toko bunga. “AKu pesan
sebuah karangan bunga,” katanya. “Untuk hari ucapan syukur?” tanya penjaga
toko.
“Tidak. Rasanya tidak ada yang perlu disyukuri,
beberapa bulan belakangan ini aku mengalami banyak kejadian menyesakkan,” jawab
Emilia.
“O, mungkin kau mau mencoba kau mau mencoba karangan
bunga special?” Salah seorang pelanggan kami sangat menyukainya karena karangan
bunga itu bercerita banyak mengenai
jalan hidupnya,” kata penjaga toko menawarkan.
Sementara mereka berbincang, seorang wanita bernama Barbara masuk. “Aku
mau mengambil pesananku, apakah sudah selesai?” “Tentu, aku sudah
menyiapkannya. Mau dimasukkan ke dalam kotak atau tidak?” kata penjaga toko. “Tidak,
terima kasih,” jawab Barbara. Penjaga toko pun mengambil karangan bunga pesanan
Barbara. Karangan bunga yang lain dari ang lain, hanya rangkaian cabang-cabang
mawar beserta durinya, dan tak satu pun kehilatan bunga di sana. Emilia menatap
heran. Penjaga toko menjelaskan kepada
Emilia, “Tiga tahun yang lalu Barbara datang ke toko ini dengan perasaan
seperti yang kau alami saat ini. Ia tidak ada alsan untuk mengucap syukur.
Ayahnya meninggal, anaknya terjerat narkoba, usaha keluarganya gagal, dan ia
sendiri harus menjalani operasi besar. Aku pun pernah punya pengalaman yang
sama Aku kehilangan suami dan anakku, tidak ada keluarga yang dekat, hutangku
menumpuk dan untuk pertama kalinya aku menjalani hidup seorang diri,” tutur , penjaga
toko. “Lalu apa yang kau lakukan?” tanya Emilia. “Aku belajar mengucap syukur
bukan hanya untuk ‘bunga-bunga’, melainkan juga untuk ‘duri-duri’ dalam
hidupku, karena itu penting untuk mendewasakanku.”
“Kalau begitu, aku pesan karangan bunga special itu
sebagai ucapan syukurku,” ujar Emilia dengan senyum yang manis dan wajah penuh
sukacita.
Bersyukurlah dan jangan tawar hati ketika dalam
kesesakan. Jika selama ini kita hanya bersyukur untuk keadaan yang
menyenangkan, kini saatnya kita belajar bersyukur untuk keadaan yang tidak
menyenangkan. Di saat melalui lembah kekelaman kita akan menikmati penghiburan
dan pemeliharaan khusus, sehingga kita semakin mengenal Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar