Manna Surgawi , 091211
Libur weekend adalah hal yang sangat menyenangkan bagi Pak
Oni. Saat-saat seperti itu adalah saat-saat yang indah baginya. Pak Oni bisa
berduaan dengan istrinya karena anaknya masuk sekolah. Biasanya dia mengajak
istrinya naik sepeda motor pergi entah ke mana. Sayang, sabtu itu sepeda
motornya rusak. Mau tidak mau di harus menuntun sepeda motornya ke bengkel.
Istrinya pun setia mendampinginya.
“Pa, saya mengantar buku ini dulu ya ke rumah Bu
Ajeng,” kata istrinya. Semetera itu Pak Oni menunggu di bengek. Cuaca yang
sangat panas membuatnya merasa sangat haus, dia pun membeli es teh di warung
sebelah bengkel. “Ah, sementara saya minum, istri saya pasti kehausan di jalan.
Kalau begitu saya sisihkan untuk dia,” kata Pak Oni. Setengah jam pun berlalu.
Pak Oni kaget karena tiba-tiba istrinya sudah ada di depannya saat dia sedang
membaca Koran. “Pa, ini es Sprite untuk Papa. Pasti haus kan?” kata istrinya
sambil menyodorkan es sprite.
“Ini juga saya sisihkan es teh untuk Mama,” jawabnya.
“Yah, saya pikir Papa pasti kehausan di sini,” kata
istrinya.
“Ya sudah tidak apa-apa, kita habiskan berdua saja
keduanya,” kata Pak Oni dengan lembut.
Tak disangka orang-orang yang ada di warung itu
menyimak pembicaraan mereka. Mereka pun menjadi heran karenanya.
“Pak, Bu, kok bisa akur begitu sih. Kok sama-sama s”
tanya seseorang.
“Ya, itu memang tidak mudah. Tetapi, saya selalu ‘menaruh’
istri saya di dalam hati saya. Demikian juga dengan istri saya, dia selalu ‘menaruh’
saya di dalam hatinya,” jelas Pak Oni.
Pengalaman Pak Oni dan istrinya itu sangat sederhana.
Seharusnya semua pasangan bisa mewujudkannya. Sayang, tidak jarang yang terjadi
justru sebaliknya. Pertengkaran, pisah ranjang, bahkan perceraian menghiasi
berita di media massa. Apa sebabnya? Karena yang memenuhi hatinya bukanlah
pasangannya. Pekerjaan dan karier menyerobot masuk ke ruang hati yang kosong.
Harta dan kesenangan menyelinap masuk ke bagian hati yang dibiarkan melompong.
Lebih parah lagi, sekretaris dan rekan kerja atau bahkan teman lamanya yang
mengusir keberadaan pasangan dan mengganti posisinya di hatinya. Penulis Amsal
dengan sangat puitis menasehati supaya setiap orang setia kepada pasangannya
(Ams 5:15-20). Alasannya karena di hadapan Tuhan tidak ada yang tersembunyi,
termasuk segala sesuatu yang buruk yang ada di hati. Tuhan pasti menghukum
orang yang tidak setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar