Ada Apa di Balik Sangkar?
Di depan sekelompok anak, seorang pendeta membawa sebuah sangkar burung besar yang ditutup sehelai kain dan bertanya, “Di .balik kain ini ada sebuah sangkar burung yang sangat bagus,” katanya. “Apakah kalian tahu binatang apa yang tinggal dalam sebuah sangkar?” “Burung” jawab mereka serempak. “Benar!” jawab Pak Pendeta, “dan ada seekor burung kelabu besar dalam sangkar ini.” Lalu ia menyibakkan kain itu untuk memperlihatkan seekor kucing kelabu besar yang dengan nyamannya meringkuk di dasar sangkar itu.
“Itu bukan burung,” anak-anak itu cekikikan. “Itu kucing.” “Pasti burung,” sanggah pendeta itu. “Ia ada dalam sebuah sangkar burung, kan?” “Itu kucing,” kata anak-anak itu. “Maksud kalian, berada dalam sebuah sangkar burung tidak akan menjadikan kamu seekor burung?” “Benar!” jawab mereka riang, senang karena berhasil memenangkan perdebatan itu. “Bapak kira kalian benar,” ia mengakui. “Dan, duduk di gereja tidak membuatmu menjadi orang kristiani. Kalian harus mengenal Yesus sebagai Juru Selamat kalian.”
Korek Api Dapur
Tahun-tahun berlalu. Salah seorang anak muda yang mendengar khotbah sang pendeta itu diminta untuk menyampaikan pelajaran di perkumpulan Persekutuan Para Atlet Kristiani di SMAnya. Pelajaran yang ia sampaikan sama dengan pelajaran yang pernah diterimanya ketika ia masih kecil.
Pemuda itu mengacungkan sebatang lilin yang hendak ia nyalakan, jadi ia mengeluarkan sebuah kotak yang diberi nama “Korek Api Dapur”. Ketika ia membuka kotak itu, ternyata kotak itu penuh paku payung. Sekeras apa pun ia berusaha, tak mungkin ia dapat menyalakan lilin dengan paku payung.
“Meskipun berada dalam sebuah kotak korek api, paku payung ini tidak serta-merta menjadi korek api,” ia menyimpulkan. “Tinggal dalam sebuah garasi tidak berarti Anda adalah sebuah mobil. Dan, hadir di gereja tidak membuat Anda menjadi orang kristiani. Anda harus mengenal Yesus sebagai Juru Selamat Anda.” Malam itu sang pemuda memanfaatkan kesempatan untuk bersaksi tentang imannya, dan keputusannya itu menimbulkan konsekuensi yang abadi.
Bagikanlah
Beberapa minggu kemudian, seorang gadis yang menghadiri pertemuan itu mengalami kecelakaan mobil yang fatal. Ibu gadis itu mengatakan bahwa putrinya telah berubah sejak menghadiri pertemuan itu. Ia pulang ke rumah, menceritakan pelajaran yang diperolehnya, lalu mendiskusikannya panjang lebar dengan kedua orangtuanya, yang adalah orang kristiani. “Saya yakin Andrea telah menerima Kristus berkat pelajaran yang disampaikan pemuda itu,” kata ibunya. “Sekarang saya tidak sabar untuk dapat bertemu kembali dengannya di sorga.”
Kita bisa memilih untuk memberi kesaksian tentang iman kita. Kita juga bisa memilih untuk membagikan kasih, sukacita, hikmat dan kenang-kenangan kita. Allah mengaruniakan begitu banyak hal yang bisa kita bagikan. Dan, Dia ingin agar kita membagikan berkat-berkatnya itu dengan murah hati kepada sesama kita.
Dipungut OPH dari Buku
The Right Choice
Kendra Smiley
Di depan sekelompok anak, seorang pendeta membawa sebuah sangkar burung besar yang ditutup sehelai kain dan bertanya, “Di .balik kain ini ada sebuah sangkar burung yang sangat bagus,” katanya. “Apakah kalian tahu binatang apa yang tinggal dalam sebuah sangkar?” “Burung” jawab mereka serempak. “Benar!” jawab Pak Pendeta, “dan ada seekor burung kelabu besar dalam sangkar ini.” Lalu ia menyibakkan kain itu untuk memperlihatkan seekor kucing kelabu besar yang dengan nyamannya meringkuk di dasar sangkar itu.
“Itu bukan burung,” anak-anak itu cekikikan. “Itu kucing.” “Pasti burung,” sanggah pendeta itu. “Ia ada dalam sebuah sangkar burung, kan?” “Itu kucing,” kata anak-anak itu. “Maksud kalian, berada dalam sebuah sangkar burung tidak akan menjadikan kamu seekor burung?” “Benar!” jawab mereka riang, senang karena berhasil memenangkan perdebatan itu. “Bapak kira kalian benar,” ia mengakui. “Dan, duduk di gereja tidak membuatmu menjadi orang kristiani. Kalian harus mengenal Yesus sebagai Juru Selamat kalian.”
Korek Api Dapur
Tahun-tahun berlalu. Salah seorang anak muda yang mendengar khotbah sang pendeta itu diminta untuk menyampaikan pelajaran di perkumpulan Persekutuan Para Atlet Kristiani di SMAnya. Pelajaran yang ia sampaikan sama dengan pelajaran yang pernah diterimanya ketika ia masih kecil.
Pemuda itu mengacungkan sebatang lilin yang hendak ia nyalakan, jadi ia mengeluarkan sebuah kotak yang diberi nama “Korek Api Dapur”. Ketika ia membuka kotak itu, ternyata kotak itu penuh paku payung. Sekeras apa pun ia berusaha, tak mungkin ia dapat menyalakan lilin dengan paku payung.
“Meskipun berada dalam sebuah kotak korek api, paku payung ini tidak serta-merta menjadi korek api,” ia menyimpulkan. “Tinggal dalam sebuah garasi tidak berarti Anda adalah sebuah mobil. Dan, hadir di gereja tidak membuat Anda menjadi orang kristiani. Anda harus mengenal Yesus sebagai Juru Selamat Anda.” Malam itu sang pemuda memanfaatkan kesempatan untuk bersaksi tentang imannya, dan keputusannya itu menimbulkan konsekuensi yang abadi.
Bagikanlah
Beberapa minggu kemudian, seorang gadis yang menghadiri pertemuan itu mengalami kecelakaan mobil yang fatal. Ibu gadis itu mengatakan bahwa putrinya telah berubah sejak menghadiri pertemuan itu. Ia pulang ke rumah, menceritakan pelajaran yang diperolehnya, lalu mendiskusikannya panjang lebar dengan kedua orangtuanya, yang adalah orang kristiani. “Saya yakin Andrea telah menerima Kristus berkat pelajaran yang disampaikan pemuda itu,” kata ibunya. “Sekarang saya tidak sabar untuk dapat bertemu kembali dengannya di sorga.”
Kita bisa memilih untuk memberi kesaksian tentang iman kita. Kita juga bisa memilih untuk membagikan kasih, sukacita, hikmat dan kenang-kenangan kita. Allah mengaruniakan begitu banyak hal yang bisa kita bagikan. Dan, Dia ingin agar kita membagikan berkat-berkatnya itu dengan murah hati kepada sesama kita.
Dipungut OPH dari Buku
The Right Choice
Kendra Smiley
Tidak ada komentar:
Posting Komentar