Penembak Meriam
Pada .tahun 1852 sampai 1870, Prancis diperintah oleh Napoleon III. Pada tahun-tahun terakhir pemerintahannya, meletus perang dahsyat antara Prancis dan Jerman. Banyak wilayah Prancis yangdirebut dan diduduki pasukan Jerman. Dalam keadaan mendesak itu, Prancis mengambil tindakan cepat, yaitumendaftar pemuda-pemudanya untuk dijadikan tentara sukarela.
MacMahon, komandan pasukan tempur bagian meriam menerima pendaftaran seorang sukarelawan cerdas dan rajin, Pierre namanya. Tanpa memakan waktu lama, Pierre sudah menjadi anggota pasukan inti pimpinan MacMahon. Pierre ternyata sangat pandai dalam menembakkan meriam. Tiap kali ia menembak, sasaran yang dituju pasti hancur berantakan. Ia dikenal sebagai spesialis menembak dengan meriam dan menjadi prajurit kesayangan Komandan MacMahon.
Suatu hari, pasukan Perancis mengadakan pengintaian ke daerah musuh. Komandan MacMahon yang selalu berada di dekat Pierre memberikan teropong. “Coba kau amati tempat di sebelah sana”, katanya seraya menunjuk ke suatu tempat di kejauhan. Pierre segera mengambil teropong itu dan melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. “Apa yang kaulihat?” tanya MacMahon selanjutnya. “Saya melihat sebuah rumah, Komandan!” Jawab Pierre. MacMahon melanjutkan : “Menurut keterangan yang kuperoleh , rumah itu dahulu milik orang Perancis, tetapi sekarang dijadikan markas tentara Jerman. Jadi, siapkan meriammu dan tembaklah rumah itu sampai hancur!”
Taat Pada Perintah
Biasanya, begitu mendengar perintah dari atasan, Pierre segera melaksanakannya dengan baik. Tetapi kali ini ia tertegun agak lama... bibirnya terkatup, seolah tak mampu mengeluarkan kata-kata. Untunglah segera ia dapat menguasai dirinya, lalu menyiapkan meriamnya dan tak lama kemudian terdengarlah letusan meriam berkali-kali dan rumah yang diteroponginya tadi hancur berkeping-keping. Komandan MacMahon memuji tembakan Pierrre itu. Melalui teropongnya ia melihat tidak ada satu tembakanpun yang meleset. Semua mengenai sasaran dengan baik, rumah itu sekarang sudah rata dengan tanah.
Maka meluncurlah kata-kata pujian dari MacMahon: “Pierre, engkau sungguh hebat. Engkau adalah prajuritku yang paling cakap.” Tetapi sang komandan terkejut karena ia melihat Pierre tertunduk di tanah sambil menangis tersedu-sedu. “Hai mengapa engkau menangis? Bukankah seharusnya engkau gembira sebab markas musuh sudah dapat kita hancurkan?” demikian tanya MacMahon dengan heran.
Masih dengan tersedu-sedu Pierre menjawab : “Komandan, tahukah engkau bahwa rumah yang saya tembak tadi adalah rumahku sendiri? Dengan susah payah saya menyisihkan gaji saya sebagai prajurit untuk membangun rumah itu, tetapi sekarang rumah itu telah rata dengan tanah karena tembakanku sendiri.” MacMahon sangat terkejut mendengar penjelasan itu, tetapi hal itu sekaligus membuat Pierre menjadi prajurit yang istimewa. Sebagai prajurit, ia tahu tugas utamanya ialah menanti perintah komandan. Maka, walau sangat berat karena ia harus menghancurkan rumahnya sendiri, perintah itu dilaksanakannya dengan baik. Sebagai penghargaan kepada Pierre, pangkatnya dinaikkan dan diberi medali kehormatan.
Renungan
Tuhan Yesus menegaskan bahwa ketaatan adalah unsur yang sangat penting dalam iman Kristen. Yohanes 14:21 berbunyi sebagai berikut : “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya.” Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan ialah ketaatan. Orang Kristen akan memancarkan terangnya di dunia ini, tetapi tanpa ketaatan orang Kristen hanya akan menjadi cemohan saja.
Dipungut OPH dari Buku
Embun Surgawi
Pdt. Ishak Sugianto
Pada .tahun 1852 sampai 1870, Prancis diperintah oleh Napoleon III. Pada tahun-tahun terakhir pemerintahannya, meletus perang dahsyat antara Prancis dan Jerman. Banyak wilayah Prancis yangdirebut dan diduduki pasukan Jerman. Dalam keadaan mendesak itu, Prancis mengambil tindakan cepat, yaitumendaftar pemuda-pemudanya untuk dijadikan tentara sukarela.
MacMahon, komandan pasukan tempur bagian meriam menerima pendaftaran seorang sukarelawan cerdas dan rajin, Pierre namanya. Tanpa memakan waktu lama, Pierre sudah menjadi anggota pasukan inti pimpinan MacMahon. Pierre ternyata sangat pandai dalam menembakkan meriam. Tiap kali ia menembak, sasaran yang dituju pasti hancur berantakan. Ia dikenal sebagai spesialis menembak dengan meriam dan menjadi prajurit kesayangan Komandan MacMahon.
Suatu hari, pasukan Perancis mengadakan pengintaian ke daerah musuh. Komandan MacMahon yang selalu berada di dekat Pierre memberikan teropong. “Coba kau amati tempat di sebelah sana”, katanya seraya menunjuk ke suatu tempat di kejauhan. Pierre segera mengambil teropong itu dan melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. “Apa yang kaulihat?” tanya MacMahon selanjutnya. “Saya melihat sebuah rumah, Komandan!” Jawab Pierre. MacMahon melanjutkan : “Menurut keterangan yang kuperoleh , rumah itu dahulu milik orang Perancis, tetapi sekarang dijadikan markas tentara Jerman. Jadi, siapkan meriammu dan tembaklah rumah itu sampai hancur!”
Taat Pada Perintah
Biasanya, begitu mendengar perintah dari atasan, Pierre segera melaksanakannya dengan baik. Tetapi kali ini ia tertegun agak lama... bibirnya terkatup, seolah tak mampu mengeluarkan kata-kata. Untunglah segera ia dapat menguasai dirinya, lalu menyiapkan meriamnya dan tak lama kemudian terdengarlah letusan meriam berkali-kali dan rumah yang diteroponginya tadi hancur berkeping-keping. Komandan MacMahon memuji tembakan Pierrre itu. Melalui teropongnya ia melihat tidak ada satu tembakanpun yang meleset. Semua mengenai sasaran dengan baik, rumah itu sekarang sudah rata dengan tanah.
Maka meluncurlah kata-kata pujian dari MacMahon: “Pierre, engkau sungguh hebat. Engkau adalah prajuritku yang paling cakap.” Tetapi sang komandan terkejut karena ia melihat Pierre tertunduk di tanah sambil menangis tersedu-sedu. “Hai mengapa engkau menangis? Bukankah seharusnya engkau gembira sebab markas musuh sudah dapat kita hancurkan?” demikian tanya MacMahon dengan heran.
Masih dengan tersedu-sedu Pierre menjawab : “Komandan, tahukah engkau bahwa rumah yang saya tembak tadi adalah rumahku sendiri? Dengan susah payah saya menyisihkan gaji saya sebagai prajurit untuk membangun rumah itu, tetapi sekarang rumah itu telah rata dengan tanah karena tembakanku sendiri.” MacMahon sangat terkejut mendengar penjelasan itu, tetapi hal itu sekaligus membuat Pierre menjadi prajurit yang istimewa. Sebagai prajurit, ia tahu tugas utamanya ialah menanti perintah komandan. Maka, walau sangat berat karena ia harus menghancurkan rumahnya sendiri, perintah itu dilaksanakannya dengan baik. Sebagai penghargaan kepada Pierre, pangkatnya dinaikkan dan diberi medali kehormatan.
Renungan
Tuhan Yesus menegaskan bahwa ketaatan adalah unsur yang sangat penting dalam iman Kristen. Yohanes 14:21 berbunyi sebagai berikut : “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya.” Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan ialah ketaatan. Orang Kristen akan memancarkan terangnya di dunia ini, tetapi tanpa ketaatan orang Kristen hanya akan menjadi cemohan saja.
Dipungut OPH dari Buku
Embun Surgawi
Pdt. Ishak Sugianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar