Richard Cecil, bocah yang taat
Seorang anak kecil, Richard Cecil, berusia 9 tahun, bersama ayahnya berjalan menuju ke luar kota. Tatkala sampai di perbatasan kota, sang ayah berkata , “Anakku, ayah memiliki banyak urusan di kota itu. Jangan ke mana-mana dan berdirilah di sini sambil menunggu ayah kembali.” Ayahnya pun segera memasuki kota. Namun akibat begitu banyak urusan di kota itu, sang ayah akhirnya lupa pada anaknya. Setelah kelelahan berjalan, ia menerima tawaran seorang teman untuk menumpang kereta kuda untuk pulang. Akhirnya ia tiba di rumah sekitar pk 21.00. Setelah mandi ia keluar sambil memanggil anaknya. “Richard! Kemarilah nak, ayah ingin bercerita tentang pengalaman ayah di kota itu!” Setelah tidak mendengar respons dari anaknya, sang ayah akhirnya sadar bahwa anaknya tidak berada di rumah, dan ia sadar di mana sang anak berada. Dengan mengabaikan rasa letih dan laparnya, ia segera bergegas menuju kembali ke luar kota, lalu menemukan anaknya sedang duduk tepat di mana ia berdiri sejak ditinggalkan ayahnya siang tadi!
Pemegang Janji
Yesus Kristus, Sang Kebenaran itu sendiri berbeda dengan sang ayah yang melupakan anaknya. Dia adalah Tuhan yang tidak pernah terlelap dan lalai. JanjiNya untuk memberikan kepuasan bagi kita apabila kita lapar dan haus akan kebenaran, bukanlah sebuah janji kosong. Tetapi kita harus bertanya kepada diri sendiri : apakah kita memiliki kerinduan atau terus-menerus merasa lapar dan haus akan kebenaranNya? Marilah kita mewujudkannya dengan tindakan nyata : melaluiNya. Konsekuensi logisnya, kita akan menjadi orang Kristen dan rohaniawan yang saleh di dalam iman, serta menjadi orang yang bahagia di dalam hidup ini. Yang lebih indah lagi, keberadaan kita akan dinikmati sesama sebagai pembawa berkat Allah.
Dipungut oleh OPH dari Buku
Kristus Mengubah Hina Menjadi Mulia
Dr. Jenny Wongka
Seorang anak kecil, Richard Cecil, berusia 9 tahun, bersama ayahnya berjalan menuju ke luar kota. Tatkala sampai di perbatasan kota, sang ayah berkata , “Anakku, ayah memiliki banyak urusan di kota itu. Jangan ke mana-mana dan berdirilah di sini sambil menunggu ayah kembali.” Ayahnya pun segera memasuki kota. Namun akibat begitu banyak urusan di kota itu, sang ayah akhirnya lupa pada anaknya. Setelah kelelahan berjalan, ia menerima tawaran seorang teman untuk menumpang kereta kuda untuk pulang. Akhirnya ia tiba di rumah sekitar pk 21.00. Setelah mandi ia keluar sambil memanggil anaknya. “Richard! Kemarilah nak, ayah ingin bercerita tentang pengalaman ayah di kota itu!” Setelah tidak mendengar respons dari anaknya, sang ayah akhirnya sadar bahwa anaknya tidak berada di rumah, dan ia sadar di mana sang anak berada. Dengan mengabaikan rasa letih dan laparnya, ia segera bergegas menuju kembali ke luar kota, lalu menemukan anaknya sedang duduk tepat di mana ia berdiri sejak ditinggalkan ayahnya siang tadi!
Pemegang Janji
Yesus Kristus, Sang Kebenaran itu sendiri berbeda dengan sang ayah yang melupakan anaknya. Dia adalah Tuhan yang tidak pernah terlelap dan lalai. JanjiNya untuk memberikan kepuasan bagi kita apabila kita lapar dan haus akan kebenaran, bukanlah sebuah janji kosong. Tetapi kita harus bertanya kepada diri sendiri : apakah kita memiliki kerinduan atau terus-menerus merasa lapar dan haus akan kebenaranNya? Marilah kita mewujudkannya dengan tindakan nyata : melaluiNya. Konsekuensi logisnya, kita akan menjadi orang Kristen dan rohaniawan yang saleh di dalam iman, serta menjadi orang yang bahagia di dalam hidup ini. Yang lebih indah lagi, keberadaan kita akan dinikmati sesama sebagai pembawa berkat Allah.
Dipungut oleh OPH dari Buku
Kristus Mengubah Hina Menjadi Mulia
Dr. Jenny Wongka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar