Pengantar
Dalam suatu kebaktian di sebuah gereja, seorang pendeta memberikan pengenalan singkat tentang seorang teman masa kecilnya yang akan melakukan sharing. Tak lama kemudian , seorang laki-laki tua naik ke mimbar untuk berbicara. Pada kebaktian tersebut, ada dua orang remaja ikut beribadah. Berikut adalah sebagian dari apa yang disampaikannya :
Siapa yang dipilih?
Seorang ayah yang berprofesi sebagai seorang pelaut, suatu kali membawa serta anak dan teman anaknya ikut berlayar dengan kapalnya. Mereka berangkat dari pantai Pasifik. Setelah mencapai tengah lautan, musibah datang. Badai besar terjadi yang menimbulkan gelombang yang tinggi dan mengaduk-aduk lautan. Meskipun sang ayah sangat berpengalaman, ia tidak mampu mengatasi ombak yang sangat tinggi tersebut. Akhirnya saat ia mengarahkan kapalnya menuju tepi pantai, kapal tersebut oleng, hilang keseimbangan dan terbalik. Ketiganya terhempas ke dalam lautan.
Segera sang ayah berenang menuju kapalnya yang terbalik dan meraih tali penyelamat. Setelah mengikat tali tersebut di kapal, matanya pun menyapu lautan bergelora di sekitarnya. Dilihatnya anaknya dan teman anaknya sedang megap-megap mempertahankan posisi di atas air. Sudah banyak air laut yang tertelan. Karena hanya memiliki satu tali penyelamat, sang ayah bingung untuk memberikan kepada siapa. Ia sangat ingin menolong anaknya, namun bila hal ini dilakukan maka teman anaknya akan binasa dan sebaliknya.
Keputusan harus segera diambil karena kondisinya tidak memungkinkan untuk berlama-lama. Karena ia tahu teman anaknya bukan orang kristiani, akhirnya ia pun melempar tali penyelamat ke teman anaknya sambil berteriak ke anaknya,”Aku sayang padamu, Nak!” Saat ia sudah berhasil menarik teman anaknya ke kapal yang terbalik, anaknya sudah menghilang di tengah gelombang besar yang mengamuk. Tubuhnya kemudian tidak pernah ditemukan. Sang ayah tahu dengan pasti bahwa anaknya yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamatnya akan masuk ke sorga bersama Yesus nantinya dan ia tidak tega membiarkan teman anaknya melangkah ke alam maut menuju kebinasaan. Oleh karena itu ia mengorbankan anaknya. Betapa besar kasih Allah sehingga Ia melakukan hal yang sama untuk setiap orang yang tenggelam dalam dosa.
Kenyataan atau khayalan?
Usai kebaktian, bergegas kedua remaja yang mendengar sharing itu menghampiri orang tua tersebut. Saat berada di samping orang tua tersebut, dengan sopan salah seorang remaja tersebut berkata,”Ceritanya bagus sekali, tetapi menurutku tidak masuk akal seorang ayah mengorbankan anaknya dengan harapan temannya akan menjadi seorang kristiani.” “Ya, kamu benar juga,” jawab orang tua itu sambil melihat sepintas ke arah Alkitabnya yang sudah lusuh. Segera sebuah senyuman menghias wajahnya. Ditatapnya kedua anak itu dan sambil berkata,”Benar-benar tidak masuk akal , iya kan? Tetapi saya berdiri di sini hari ini untuk mengatakan padamu bahwa cerita itu memberikan saya sedikit bayangan apa yang dirasakan Allah yang telah mengorbankan PutraNya untuk saya. Ketahuilah.......... sayalah teman anak itu!”
Renungan
Saat Allah mengutus putra tunggalNya untuk datang ke dalam dunia, Ia dengan sadar sepenuhnya merelakan AnakNya untuk kemudian mati di kayu salib agar darahNya tercurah menghapus dosa kita sehingga semua orang yang percaya kepadaNya (Yesus Kristus) beroleh hidup yang kekal. Inilah kasih Ilahi. Hanya dengan aliran kasih ini membuat umatnya mampu melakukan hal yang serupa.
Disusun ulang oleh OPH dari Buku
It's your time to Shine!
Dalam suatu kebaktian di sebuah gereja, seorang pendeta memberikan pengenalan singkat tentang seorang teman masa kecilnya yang akan melakukan sharing. Tak lama kemudian , seorang laki-laki tua naik ke mimbar untuk berbicara. Pada kebaktian tersebut, ada dua orang remaja ikut beribadah. Berikut adalah sebagian dari apa yang disampaikannya :
Siapa yang dipilih?
Seorang ayah yang berprofesi sebagai seorang pelaut, suatu kali membawa serta anak dan teman anaknya ikut berlayar dengan kapalnya. Mereka berangkat dari pantai Pasifik. Setelah mencapai tengah lautan, musibah datang. Badai besar terjadi yang menimbulkan gelombang yang tinggi dan mengaduk-aduk lautan. Meskipun sang ayah sangat berpengalaman, ia tidak mampu mengatasi ombak yang sangat tinggi tersebut. Akhirnya saat ia mengarahkan kapalnya menuju tepi pantai, kapal tersebut oleng, hilang keseimbangan dan terbalik. Ketiganya terhempas ke dalam lautan.
Segera sang ayah berenang menuju kapalnya yang terbalik dan meraih tali penyelamat. Setelah mengikat tali tersebut di kapal, matanya pun menyapu lautan bergelora di sekitarnya. Dilihatnya anaknya dan teman anaknya sedang megap-megap mempertahankan posisi di atas air. Sudah banyak air laut yang tertelan. Karena hanya memiliki satu tali penyelamat, sang ayah bingung untuk memberikan kepada siapa. Ia sangat ingin menolong anaknya, namun bila hal ini dilakukan maka teman anaknya akan binasa dan sebaliknya.
Keputusan harus segera diambil karena kondisinya tidak memungkinkan untuk berlama-lama. Karena ia tahu teman anaknya bukan orang kristiani, akhirnya ia pun melempar tali penyelamat ke teman anaknya sambil berteriak ke anaknya,”Aku sayang padamu, Nak!” Saat ia sudah berhasil menarik teman anaknya ke kapal yang terbalik, anaknya sudah menghilang di tengah gelombang besar yang mengamuk. Tubuhnya kemudian tidak pernah ditemukan. Sang ayah tahu dengan pasti bahwa anaknya yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamatnya akan masuk ke sorga bersama Yesus nantinya dan ia tidak tega membiarkan teman anaknya melangkah ke alam maut menuju kebinasaan. Oleh karena itu ia mengorbankan anaknya. Betapa besar kasih Allah sehingga Ia melakukan hal yang sama untuk setiap orang yang tenggelam dalam dosa.
Kenyataan atau khayalan?
Usai kebaktian, bergegas kedua remaja yang mendengar sharing itu menghampiri orang tua tersebut. Saat berada di samping orang tua tersebut, dengan sopan salah seorang remaja tersebut berkata,”Ceritanya bagus sekali, tetapi menurutku tidak masuk akal seorang ayah mengorbankan anaknya dengan harapan temannya akan menjadi seorang kristiani.” “Ya, kamu benar juga,” jawab orang tua itu sambil melihat sepintas ke arah Alkitabnya yang sudah lusuh. Segera sebuah senyuman menghias wajahnya. Ditatapnya kedua anak itu dan sambil berkata,”Benar-benar tidak masuk akal , iya kan? Tetapi saya berdiri di sini hari ini untuk mengatakan padamu bahwa cerita itu memberikan saya sedikit bayangan apa yang dirasakan Allah yang telah mengorbankan PutraNya untuk saya. Ketahuilah.......... sayalah teman anak itu!”
Renungan
Saat Allah mengutus putra tunggalNya untuk datang ke dalam dunia, Ia dengan sadar sepenuhnya merelakan AnakNya untuk kemudian mati di kayu salib agar darahNya tercurah menghapus dosa kita sehingga semua orang yang percaya kepadaNya (Yesus Kristus) beroleh hidup yang kekal. Inilah kasih Ilahi. Hanya dengan aliran kasih ini membuat umatnya mampu melakukan hal yang serupa.
Disusun ulang oleh OPH dari Buku
It's your time to Shine!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar