Pengantar
Nancy adalah seorang eksekutif wanita yang merawat sendiri rumah dan mobilnya. Jadwalnya penuh dengan berbagai kesibukan di rumah dan kantor. Namun tatkala putrinya memintanya untuk membantu sebagai petugas kasir sukarela selama sehari pada acara pasar raya di sekolah, ia tidak tega menolaknya - meskipun setumpuk pekerjaan menunggu : rumah berantakan, dikejar tenggat waktu di kantor dan servis mobil. Kepada sesama orang tua murid lainnya, ia senantiasa berkata, “Saya sibuk sekali”, untuk menunjukkan pengorbanan begitu besar yang telah ia lakukan. Sukacitapun menguap.
Empat Keping Koin
Sepanjang pagi itu, anak-anak datang melihat-lihat, satu kelas setiap setengah jam. Saat mereka membawa barang yang diminati ke meja kasir, Nancy pun menjumlahkan belanjaan mereka. Lalu anak-anak itu menyerahkan cek yang telah ditulis orang tua mereka. Ada yang sepuluh, dua puluh dan kadang kala tiga puluh dolar.
Sekitar waktu makan, serombongan anak kelas enam datang. Seorang anak laki-laki datang menghampiri meja jualan di dekat Nancy, meja barang obral. Di atasnya penuh dengan penghapus, stiker dan tempat pensil dan semuanya bertanda satu dolar. Anak bermata biru dan wajah berbintik-bintik itu mengangkat poster mobil balap, sebuah Ferari merah dilatarbelakangi warna hitam metalik. Matanya menatap poster itu berbinar-binar. Ia mengamati gambar yang berkilau dan mengagumi setiap detilnya. “Harganya hanya satu dolar” kata Nancy sambil tersenyum. Anak itu merogoh sakunya, mengeluarkan empat keping koin seperempat dolar. “Ini uang makan siangku,”katanya. Ia tak punya cek dari orang tuanya, hal ini menunjukkan ia bukan berasal dari keluarga berada.
Bel berbunyi. Meskipun sudah saatnya kembali ke kelas, ia belum mau beranjak. Ia menimang-nimang keputusan untuk membelinya. Saat itu, sekelompok anak kelas satu mulai memasuki arena. Seorang anak lelaki kecil dengan label nama Johnny mendekat. Sambil berjinjit, pandangannya menangkap gambar poster yang sedang dipegang oleh kakak kelasnya. “Wah,” Johnny berbisik keras. “Harganya cuma satu dolar” kata anak itu saat ia menurunkan poster itu supaya Johnny dapat melihatnya. “Aku tidak punya uang,” jawab si kecil. Tanpa ragu, anak yang lebih besar itu menyerahkan keempat koinnya kepada Nancy, jumlah yang tepat untuk membayar poster mobil balap tadi. Sambil menyeringai, ia meletakkan poster itu di tangan Johnny, lalu berlari menyusul teman-teman sekelasnya yang menunggu.
Titik Balik
Nancy mengingat rasa sebalnya pagi ini, bagaimana ia merasa sudah berkorban begitu banyak untuk memperlihatkan “perbuatan baik”. Namun saat ini, ia melihat perbuatan baik yang paling terhormat yang diberikan secara diam-diam dan mengalir dari kerendahan hati. Hati yang tidak memerlukan pengakuan. Hati yang berkorban tanpa tanda-tanda kemarahan. Hati yang dengan penuh sukacita membagikan apa yang paling sulit dibagikannya.
Nancy pun menjalani sisa hari itu dengan penuh sukacita. Ia tersenyum saat menjumlahkan harga, berbicara, bergurau, dan membaca bersama anak-anak. Bahkan ia pun membeli setumpuk stiker, dan dengan diam-diam menyelipkannya ke buku-buku yang baru dibeli. Ia pun lupa pada rumah yang berantakan, tenggat waktu di kantor dan servis mobil. Ada hal-hal lebih baik yang harus dikerjakan!
Disusun ulang OPH dari buku
It's Your Time To Shine!
Alice Gray
Nancy adalah seorang eksekutif wanita yang merawat sendiri rumah dan mobilnya. Jadwalnya penuh dengan berbagai kesibukan di rumah dan kantor. Namun tatkala putrinya memintanya untuk membantu sebagai petugas kasir sukarela selama sehari pada acara pasar raya di sekolah, ia tidak tega menolaknya - meskipun setumpuk pekerjaan menunggu : rumah berantakan, dikejar tenggat waktu di kantor dan servis mobil. Kepada sesama orang tua murid lainnya, ia senantiasa berkata, “Saya sibuk sekali”, untuk menunjukkan pengorbanan begitu besar yang telah ia lakukan. Sukacitapun menguap.
Empat Keping Koin
Sepanjang pagi itu, anak-anak datang melihat-lihat, satu kelas setiap setengah jam. Saat mereka membawa barang yang diminati ke meja kasir, Nancy pun menjumlahkan belanjaan mereka. Lalu anak-anak itu menyerahkan cek yang telah ditulis orang tua mereka. Ada yang sepuluh, dua puluh dan kadang kala tiga puluh dolar.
Sekitar waktu makan, serombongan anak kelas enam datang. Seorang anak laki-laki datang menghampiri meja jualan di dekat Nancy, meja barang obral. Di atasnya penuh dengan penghapus, stiker dan tempat pensil dan semuanya bertanda satu dolar. Anak bermata biru dan wajah berbintik-bintik itu mengangkat poster mobil balap, sebuah Ferari merah dilatarbelakangi warna hitam metalik. Matanya menatap poster itu berbinar-binar. Ia mengamati gambar yang berkilau dan mengagumi setiap detilnya. “Harganya hanya satu dolar” kata Nancy sambil tersenyum. Anak itu merogoh sakunya, mengeluarkan empat keping koin seperempat dolar. “Ini uang makan siangku,”katanya. Ia tak punya cek dari orang tuanya, hal ini menunjukkan ia bukan berasal dari keluarga berada.
Bel berbunyi. Meskipun sudah saatnya kembali ke kelas, ia belum mau beranjak. Ia menimang-nimang keputusan untuk membelinya. Saat itu, sekelompok anak kelas satu mulai memasuki arena. Seorang anak lelaki kecil dengan label nama Johnny mendekat. Sambil berjinjit, pandangannya menangkap gambar poster yang sedang dipegang oleh kakak kelasnya. “Wah,” Johnny berbisik keras. “Harganya cuma satu dolar” kata anak itu saat ia menurunkan poster itu supaya Johnny dapat melihatnya. “Aku tidak punya uang,” jawab si kecil. Tanpa ragu, anak yang lebih besar itu menyerahkan keempat koinnya kepada Nancy, jumlah yang tepat untuk membayar poster mobil balap tadi. Sambil menyeringai, ia meletakkan poster itu di tangan Johnny, lalu berlari menyusul teman-teman sekelasnya yang menunggu.
Titik Balik
Nancy mengingat rasa sebalnya pagi ini, bagaimana ia merasa sudah berkorban begitu banyak untuk memperlihatkan “perbuatan baik”. Namun saat ini, ia melihat perbuatan baik yang paling terhormat yang diberikan secara diam-diam dan mengalir dari kerendahan hati. Hati yang tidak memerlukan pengakuan. Hati yang berkorban tanpa tanda-tanda kemarahan. Hati yang dengan penuh sukacita membagikan apa yang paling sulit dibagikannya.
Nancy pun menjalani sisa hari itu dengan penuh sukacita. Ia tersenyum saat menjumlahkan harga, berbicara, bergurau, dan membaca bersama anak-anak. Bahkan ia pun membeli setumpuk stiker, dan dengan diam-diam menyelipkannya ke buku-buku yang baru dibeli. Ia pun lupa pada rumah yang berantakan, tenggat waktu di kantor dan servis mobil. Ada hal-hal lebih baik yang harus dikerjakan!
Disusun ulang OPH dari buku
It's Your Time To Shine!
Alice Gray
Tidak ada komentar:
Posting Komentar