Pengantar
Pada persekutaun ibu-ibu muda di Minneapolis, Pdt Joe diundang untuk memimpin Pemahaman Alkitab. Para ibu muda sengaja datang ke persekutuan untuk meninggalkan para suami mereka di rumah. Buat mereka kesempatan persekutuan ini dimanfaatkan untuk “melepaskan penderitaan” mereka sejenak. “Suami saya bagaikan seorang binatang buas” kata seorang ibu. Komentar ini segera disambut oleh gelak tawa setuju semua ibu yang hadir.
Dalam doa-doa yang dipanjatkan, seorang ibu meminta dalam doanya agar suaminya tidak membuatnya benci di pagi hari. Ada juga yang mendoakan suaminya dari masalah minuman yang ditanggapi oleh ibu lain,”suami saya juga”.
Kasih Agape
Pdt Joe melihat bahwa para ibu tersebut perlu mendengar tentang kasih agape. Kebanyakan konflik yang mereka hadapi mengenai suami dan anak-anak mereka. Saat para ibu tersebut dijelaskan bahwa kasih agape adalah kekuatan yang menolong kita untuk mengasihi orang yang tidak bisa dikasihi dan memberikan pengampunan bagi mereka yang tidak layak diampuni, para ibu memberikan tanggapan negatif. “Tidak mungkin”, kata seorang ibu. Para ibu tidak percaya bahwa dalam keadaan diperlakukan sewenang-wenang oleh para suami, justru kasih Allah yang memungkinkan mereka untuk mengasihinya dengan cara yang luar biasa. Ada juga yang berkata tidak mungkin berdiam diri saja dan menerima kata-kata suami yang kasar atau “anda akan menjadi orang super bila hidup tanpa reaksi” atau “hidup seperti itu akan membuat kita jadi orang suci dan keluarga saya tidak akan mengenali saya” atau “anak-anak saya akan mengira saya jadi orang aneh” atau “jika saya tahu bahwa suami saya menyeleweng, saya akan menceraikannya.”
Pdt Joe menjelaskan bahwa rahasia agar kasih agape bekerja adalah dengan membiarkan diri kita menjadi termostat, bukan termometer. Termostat itu tetap stabil, sedangkan termometer turun naik. Orang-orang yang tinggal bersama kita adalah orang-orang yang ditempatkan Tuhan untuk kita kasihi. Tetapi sebagai sebuah termostat, kita harus rela untuk dibentuk jika kita ingin kasih agape bekerja, khususnya dalam rumah tangga. Kita harus berhenti naik dan turun. Kita seharusnya mengizinkan Tuhan mengontrol keadaan agar kasih Yesus yang ajaib bisa bekerja.” Saat kasih kita memudar, biarkan kasih Allah mengambil alih sehingga suami kita menerima kesembuhan. Justru pada saat kasih manusia gagal, kasih Allah mulai bekerja.
Setelah berdoa kembali, beberapa ibu menangis. Tuhan sedang menjamah dan mengasihi hati mereka.
Kasih Agape adalah Jawaban
Marcia, salah seorang ibu yang ikut dalam persekutuan malam itu, merasa begitu bebas dan penuh kasih sehingga sepulangnya dari persekutuan ia merangkul suaminya. Namun tanpa sengaja ia menginjak jari-jari kaki suaminya. Langsung sang suami mendorongnya dan mengatainya bodoh dan aneh. Marcia pun berkata bahwa ia mengasihinya, dan sang suami bertanya,”Mengapa?” Marcia mulai berpikir bahwa kasih agape hanyalah omong kosong belaka. Tetapi, ketika berdoa, ia merasakan damai yang luar biasa. Ia berdoa agar tidak merasa sakit hati seperti yang biasanya ia alami.
Esok paginya, Marcia menyiapkan telur dan membuat adonan kue kesukaan sang suami. Ia biarkan suami membaca koran dahulu (biasanya terbalik). Sang suami pun memandang dengan cara aneh, merasa sang istri tidak seperti biasanya dan bertanya, apakah sang istri baik-baik saja. Yang dijawab ya. Setelah sang suami dan anak berangkat, ia pun mengenang kembali hari pernikahan mereka dan bagaimana mereka berjanji untuk saling mengasihi. Namun kemudian sang suami berubah menjadi orang yang aneh dan sang istri menjadi penguasa. Hal-hal kecil menghancurkan perkawinan. Perdebatan dan ketidaksesuaian pendapat terjadi karena hal-hal remeh. Namun sekarang ia merasa heran mengapa mereka menjadi bersikap jahat satu dengan yang lain. Sang ibu menyadari bahwa suaminya marah karena tidak dilibatkan dalam aktivitas di rumah tangga sehingga ia meninggalkan keluarga dan menghabiskan banyak waktu dalam bisnisnya. Setelah menyadari kegagalannya, sang ibu berlutut dan tiba-tiba seluruh ruangan dipenuhi dengan cahaya dan keindahan yang belum pernah dirasakan. Tangan Tuhan yang ajaib menjamahnya dengan cara yang luar biasa. Sang ibu berdoa,”Oh Tuhan, ubahlah diri saya. Jadikan saya isteri yang layak untuk menyatakan kasihMu. Biarlah kasih ini mengubah dan menjadikan diri saya sebagai seorang isteri dan ibu seperti yang Engkau kehendaki. Saya tahu bahwa saya telah gagal, namun saya ingin melakukan yang lebih baik.”
Saat suami pulang pagian karena lambungnya kram, Marcia pun membatalkan janji dengan penata rambut dan melayani suami dengan cara yang tidak biasanya. Kemudian, saat berbaring di kasur, Marcia menangis sehingga sang sumai heran. Marcia berkata bahwa ia adalah isteri yang kasar dan minta maaf atas perbuatan yang telah menyakit sang suami. Sang suami pun mengampuninya! Sebaliknya, sang isteri juga mengampuni kesalahan sang suami.. Mereka tertidur sambil berangkulan dan menangis, air mata sang suami membuat sang istri merasa makin dicintai. Selanjutnya pernikahan mereka dihidupkan kembali. Saat anak-anak membutuhkan ijin, sang ibu meminta anak-anak untuk meminta ijin kepada ayah mereka. Selanjutnya mereka mengerjakan segala sesuatu sebagai sebuah keluarga.
Marian, salah seorang ibu lainnya juga bersaksi. Ketika menjenguk teman di sebuah rumah sakit, yang mengalami sakit fisik yang parah, ia mulai menangis dengan belas kasihan dan kasih yang besar untuknya. Hal ini sangat menghibur temannya karena Marian benar-benar memperdulikannya. Ia tidak percaya bahwa belas kasihan itu dari dalam dirinya, karena ia tidak pernah menangis! Kasih Allah yang penuh kuasa itulah yang bekerja di dalam dan melalui dirinya sehingga membuatnya memiliki belas kasih seperti itu. Menantu lelakinya memperhatikan kehangatan dalam dirinya yang tidak pernah dirasakan sebelumnya sehingga mereka menjadi semakin akrab. Hidupnya telah diubahkan. Ia sangat bahagia dan berterima kasih kepada Tuhan.
Disusun ulang OPH dari buku
Memulihkan Hubungan yang Retak
Joseph F. Manning
Pada persekutaun ibu-ibu muda di Minneapolis, Pdt Joe diundang untuk memimpin Pemahaman Alkitab. Para ibu muda sengaja datang ke persekutuan untuk meninggalkan para suami mereka di rumah. Buat mereka kesempatan persekutuan ini dimanfaatkan untuk “melepaskan penderitaan” mereka sejenak. “Suami saya bagaikan seorang binatang buas” kata seorang ibu. Komentar ini segera disambut oleh gelak tawa setuju semua ibu yang hadir.
Dalam doa-doa yang dipanjatkan, seorang ibu meminta dalam doanya agar suaminya tidak membuatnya benci di pagi hari. Ada juga yang mendoakan suaminya dari masalah minuman yang ditanggapi oleh ibu lain,”suami saya juga”.
Kasih Agape
Pdt Joe melihat bahwa para ibu tersebut perlu mendengar tentang kasih agape. Kebanyakan konflik yang mereka hadapi mengenai suami dan anak-anak mereka. Saat para ibu tersebut dijelaskan bahwa kasih agape adalah kekuatan yang menolong kita untuk mengasihi orang yang tidak bisa dikasihi dan memberikan pengampunan bagi mereka yang tidak layak diampuni, para ibu memberikan tanggapan negatif. “Tidak mungkin”, kata seorang ibu. Para ibu tidak percaya bahwa dalam keadaan diperlakukan sewenang-wenang oleh para suami, justru kasih Allah yang memungkinkan mereka untuk mengasihinya dengan cara yang luar biasa. Ada juga yang berkata tidak mungkin berdiam diri saja dan menerima kata-kata suami yang kasar atau “anda akan menjadi orang super bila hidup tanpa reaksi” atau “hidup seperti itu akan membuat kita jadi orang suci dan keluarga saya tidak akan mengenali saya” atau “anak-anak saya akan mengira saya jadi orang aneh” atau “jika saya tahu bahwa suami saya menyeleweng, saya akan menceraikannya.”
Pdt Joe menjelaskan bahwa rahasia agar kasih agape bekerja adalah dengan membiarkan diri kita menjadi termostat, bukan termometer. Termostat itu tetap stabil, sedangkan termometer turun naik. Orang-orang yang tinggal bersama kita adalah orang-orang yang ditempatkan Tuhan untuk kita kasihi. Tetapi sebagai sebuah termostat, kita harus rela untuk dibentuk jika kita ingin kasih agape bekerja, khususnya dalam rumah tangga. Kita harus berhenti naik dan turun. Kita seharusnya mengizinkan Tuhan mengontrol keadaan agar kasih Yesus yang ajaib bisa bekerja.” Saat kasih kita memudar, biarkan kasih Allah mengambil alih sehingga suami kita menerima kesembuhan. Justru pada saat kasih manusia gagal, kasih Allah mulai bekerja.
Setelah berdoa kembali, beberapa ibu menangis. Tuhan sedang menjamah dan mengasihi hati mereka.
Kasih Agape adalah Jawaban
Marcia, salah seorang ibu yang ikut dalam persekutuan malam itu, merasa begitu bebas dan penuh kasih sehingga sepulangnya dari persekutuan ia merangkul suaminya. Namun tanpa sengaja ia menginjak jari-jari kaki suaminya. Langsung sang suami mendorongnya dan mengatainya bodoh dan aneh. Marcia pun berkata bahwa ia mengasihinya, dan sang suami bertanya,”Mengapa?” Marcia mulai berpikir bahwa kasih agape hanyalah omong kosong belaka. Tetapi, ketika berdoa, ia merasakan damai yang luar biasa. Ia berdoa agar tidak merasa sakit hati seperti yang biasanya ia alami.
Esok paginya, Marcia menyiapkan telur dan membuat adonan kue kesukaan sang suami. Ia biarkan suami membaca koran dahulu (biasanya terbalik). Sang suami pun memandang dengan cara aneh, merasa sang istri tidak seperti biasanya dan bertanya, apakah sang istri baik-baik saja. Yang dijawab ya. Setelah sang suami dan anak berangkat, ia pun mengenang kembali hari pernikahan mereka dan bagaimana mereka berjanji untuk saling mengasihi. Namun kemudian sang suami berubah menjadi orang yang aneh dan sang istri menjadi penguasa. Hal-hal kecil menghancurkan perkawinan. Perdebatan dan ketidaksesuaian pendapat terjadi karena hal-hal remeh. Namun sekarang ia merasa heran mengapa mereka menjadi bersikap jahat satu dengan yang lain. Sang ibu menyadari bahwa suaminya marah karena tidak dilibatkan dalam aktivitas di rumah tangga sehingga ia meninggalkan keluarga dan menghabiskan banyak waktu dalam bisnisnya. Setelah menyadari kegagalannya, sang ibu berlutut dan tiba-tiba seluruh ruangan dipenuhi dengan cahaya dan keindahan yang belum pernah dirasakan. Tangan Tuhan yang ajaib menjamahnya dengan cara yang luar biasa. Sang ibu berdoa,”Oh Tuhan, ubahlah diri saya. Jadikan saya isteri yang layak untuk menyatakan kasihMu. Biarlah kasih ini mengubah dan menjadikan diri saya sebagai seorang isteri dan ibu seperti yang Engkau kehendaki. Saya tahu bahwa saya telah gagal, namun saya ingin melakukan yang lebih baik.”
Saat suami pulang pagian karena lambungnya kram, Marcia pun membatalkan janji dengan penata rambut dan melayani suami dengan cara yang tidak biasanya. Kemudian, saat berbaring di kasur, Marcia menangis sehingga sang sumai heran. Marcia berkata bahwa ia adalah isteri yang kasar dan minta maaf atas perbuatan yang telah menyakit sang suami. Sang suami pun mengampuninya! Sebaliknya, sang isteri juga mengampuni kesalahan sang suami.. Mereka tertidur sambil berangkulan dan menangis, air mata sang suami membuat sang istri merasa makin dicintai. Selanjutnya pernikahan mereka dihidupkan kembali. Saat anak-anak membutuhkan ijin, sang ibu meminta anak-anak untuk meminta ijin kepada ayah mereka. Selanjutnya mereka mengerjakan segala sesuatu sebagai sebuah keluarga.
Marian, salah seorang ibu lainnya juga bersaksi. Ketika menjenguk teman di sebuah rumah sakit, yang mengalami sakit fisik yang parah, ia mulai menangis dengan belas kasihan dan kasih yang besar untuknya. Hal ini sangat menghibur temannya karena Marian benar-benar memperdulikannya. Ia tidak percaya bahwa belas kasihan itu dari dalam dirinya, karena ia tidak pernah menangis! Kasih Allah yang penuh kuasa itulah yang bekerja di dalam dan melalui dirinya sehingga membuatnya memiliki belas kasih seperti itu. Menantu lelakinya memperhatikan kehangatan dalam dirinya yang tidak pernah dirasakan sebelumnya sehingga mereka menjadi semakin akrab. Hidupnya telah diubahkan. Ia sangat bahagia dan berterima kasih kepada Tuhan.
Disusun ulang OPH dari buku
Memulihkan Hubungan yang Retak
Joseph F. Manning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar