Berikut adalah kisah yang terjadi atas diri seorang hamba Tuhan yang bernama Dr. Richard Forrest. Tatkala masih remaja, ia pernah menghadiri suatu upacara pemakaman seorang anak muda tetangganya. Setelah tiba kembali di rumahnya, neneknya berkata kepadanya,”Duduklah di sini cucuku, Nenek ingin menyampaikan sebuah kisah padamu.”
“Ada sepasang suami istri muda yang kepada mereka Allah titipkan seorang bayi laki-laki yang mungil. Mereka sangat mengasihi bayi ini. Sang ibu sangat mengasihi bayinya dan hampir mencapai taraf memujanya. Suatu hari sang bayi jatuh sakit, dan dokter dipanggil. Dokter berjuang semaksimal mungkin, namun suhu badan bayi semakin tinggi dan menjadi sangat kritis. Akhirnya dokter memanggil pasangan suami isteri ini dan berkata dengan lembut,”Saya pikir bahwa Allah ingin agar bayi ini kembali ke pangkuanNya.”
“Apa maksud Anda, Dokter?” ibu muda itu bertanya. “Apakah maksud Anda bahwa ia akan mati? Ia tidak boleh mati! Saya ingin dia hidup, saya mau bayi saya hidup!” Dokter mencoba untuk meyakinkan ibu muda itu dengan berkata, “Allah mempunyai kehendak indah dan tujuanNya atas setiap kehidupan kita, dan Dia jelas mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Ibu harus patuh kepadaNya sekarang ini.”
“Dengan linangan air mata, sang ibu muda itu menatap sang dokter serta segera menggendong bayinya yang sudah sekarat itu dengan segala kelembutan. Kemudian sambil menggoncangkan bayinya ia berteriak dengan suara nyaring,”Tuhan, jangan mengambil bayiku, saya menginginkannya, jangan biarkan ia pergi padaMu!” Dengan sangat keras ia terus menggoncangkan bayinya.
“Dokter itu sendiri berkata kemudian bahwa ia tidak pernah tahu apa yang terjadi sesungguhnya di saat yang kritis itu – apakah karena goncangan keras sang ibu yang tiba-tiba saja membuat bayi itu mulai bernafas dengan normal dan sejak saat itu sang bayi mulai pulih dan bertumbuh sehat.”
Kemudian nenek itu meneruskan,”Bayi itu tumbuh hingga dewasa. Ia kemudian menjadi anak durhaka, berulang kali menyakiti ibunya, terlibat dalam pemakaian dan pengedaran narkoba, dan pada usia ke-21 tahun ia terlibat dalam perkelahian dan membunuh orang lain. Ia sudah divonis hukuman mati, Richard.” Dengan lembut sang nenek berkata lagi,”Pemakaman anak muda itulah yang kamu hadiri tadi.”
Dipungut OPH dari buku
Berkenan di Hati Alah
Dr. Jenny Wongka
“Ada sepasang suami istri muda yang kepada mereka Allah titipkan seorang bayi laki-laki yang mungil. Mereka sangat mengasihi bayi ini. Sang ibu sangat mengasihi bayinya dan hampir mencapai taraf memujanya. Suatu hari sang bayi jatuh sakit, dan dokter dipanggil. Dokter berjuang semaksimal mungkin, namun suhu badan bayi semakin tinggi dan menjadi sangat kritis. Akhirnya dokter memanggil pasangan suami isteri ini dan berkata dengan lembut,”Saya pikir bahwa Allah ingin agar bayi ini kembali ke pangkuanNya.”
“Apa maksud Anda, Dokter?” ibu muda itu bertanya. “Apakah maksud Anda bahwa ia akan mati? Ia tidak boleh mati! Saya ingin dia hidup, saya mau bayi saya hidup!” Dokter mencoba untuk meyakinkan ibu muda itu dengan berkata, “Allah mempunyai kehendak indah dan tujuanNya atas setiap kehidupan kita, dan Dia jelas mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Ibu harus patuh kepadaNya sekarang ini.”
“Dengan linangan air mata, sang ibu muda itu menatap sang dokter serta segera menggendong bayinya yang sudah sekarat itu dengan segala kelembutan. Kemudian sambil menggoncangkan bayinya ia berteriak dengan suara nyaring,”Tuhan, jangan mengambil bayiku, saya menginginkannya, jangan biarkan ia pergi padaMu!” Dengan sangat keras ia terus menggoncangkan bayinya.
“Dokter itu sendiri berkata kemudian bahwa ia tidak pernah tahu apa yang terjadi sesungguhnya di saat yang kritis itu – apakah karena goncangan keras sang ibu yang tiba-tiba saja membuat bayi itu mulai bernafas dengan normal dan sejak saat itu sang bayi mulai pulih dan bertumbuh sehat.”
Kemudian nenek itu meneruskan,”Bayi itu tumbuh hingga dewasa. Ia kemudian menjadi anak durhaka, berulang kali menyakiti ibunya, terlibat dalam pemakaian dan pengedaran narkoba, dan pada usia ke-21 tahun ia terlibat dalam perkelahian dan membunuh orang lain. Ia sudah divonis hukuman mati, Richard.” Dengan lembut sang nenek berkata lagi,”Pemakaman anak muda itulah yang kamu hadiri tadi.”
Dipungut OPH dari buku
Berkenan di Hati Alah
Dr. Jenny Wongka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar