Pengantar
Justin Rigsbee adalah seorang siswa sekolah menengah yang ikut tergabung dalam tim renang Middle School Aquatics (MSA) dan sedang dalam perjalanan mengikuti lomba dengan tim renang sekolah lainnya. Tim renang ini beranggotakan 48 orang remaja yang berpikir sebentar lagi akan meraih kemenangan. Sebagai perenang di sekolahnya , ia bukanlah perenang yang diandalkan. Ia diikutsertakan untuk menimba pengalaman. Tim sekolahnya sendiri baru sekali ini mengikuti pertandingan antar sekolah. Setelah 3 jam perjalanan menuju arena pertandingan, akhirnya tim sekolah ini pun sampailah.
Melawan Goliat
Saat seluruh anggota tim turun dari bus, maka tampaklah lawan tanding mereka. Tim MSA memandang tak percaya pada postur tubuh mereka yang berotot bak dewa Yunani. Pak Huey, pelatih MSA, pun merasa heran. Ia memeriksa jadwal pertandingan. Tidak ada yang salah, tempat dan waktunya sudah benar.
Kedua tim berbaris di tepi kolam. Peluit berbunyi, pertandingan dimulai dan perenang-perenang tim MSA kalah. Pak Huey berpikir bahwa timnya bakal tidak mau meneruskan pertandingan, maka ia pun bertanya,”Baiklah, siapa yang ingin ikut dalam nomor 450 meter gaya bebas?” Namun beberapa anak mengangkat tangan, termasuk Justin. Pak Huey memandang wajah yang berbintik-bintiknya lalu berkata,”Justin, pertandingan ini jauhnya dua puluh putaran. Sementara kamu paling jauh baru bisa delapan putaran.” ”Oh, saya sanggup, Pak. Biarkan saya mencoba. Apalah artinya tambahan dua belas putaran?” Dengan enggan, Pak Huey menyerah. ”Bagaimana pun juga, bukan kemenangan, melainkan usahalah yang membangun karakter” pikirnya.
Terus Berjuang
Peluit berbunyi dan lawan-lawan MSA meluncur bagaikan torpedo untuk mengakhiri pertandingan dalam waktu 4 menit 50 detik. Empat menit kemudian , anggota tim MSA yang kelelahan muncul dari air. Hanya Justin seorang yang masih berenang. Ia terus mengambil napas sambil mengayuhkan tangannya mendorong tubuhnya yang kurus. Ia seperti hendak tenggelam setiap saat, namun ada sesuatu yang terus mendorongnya untuk maju. Para orang tua bertanya-tanya, kenapa sang pelatih tidak menghentikannya karena pertandingan sudah dimenangkan pihak lawan.
Para orang tua tidak menyadari akan peperangan sebenarnya yang sedang terjadi, bagaimana seorang anak laki-lai berjuang menjadi dewasa baru saja dimulai. Pelatih berjalan ke Justin, berlutut dan berbicara pelan. Para orang tua merasa lega. Namun mereka terkejut saat pelatih melangkah mundur membiarkan sang anak terus berenang.
Salah seorang anggota tim lainnya tergugah melihat keberanian temannya itu. Ia berjalan ke sisi kolam dan mulai menyoraki Justin. ”Ayo, Justin, kamu bisa! Kamu bisa! Terus! Jangan menyerah!” Teman-temannya yang lain satu per satu ikut berjalan ke sisi kolam untuk memberikan semangat. Tim lawan melihat apa yang terjadi dan begabung dengan sorak sorai itu. Sorakan para siswa yang bersahutan membuat penonton terpaku. Tak lama kemudian para orang tua yang menyadari hal ini ikut berdiri, bersorak, dan juga berdoa. Ruangan itu dipenuhi dengan semangat dan kegembiraan saat rekan-rekan Justin bersama lawan-lawannya memompa semangat seorang perenang kecil.
Sang Pemenang
Akhirnya pada menit kedua belas, Justin Rigsbee menyelesaikan putaran terakhirnya dan keluar dari kolam sambil tersenyum meski tampak kelelahan. Tadi para hadirin telah bertepuk tangan untuk perenang yang berhasil mencapai garis finis pertama kali. Namun standing ovation (sambutan sorak-sorai sambil berdiri) yang mereka berikan kepada Justin merupakan bukti bahwa Justin meraih kemenangan yang lebih besar, setelah berhasil menyelesaikan pertandingan yang sesungguhnya.
Disusun ulang OPH dari buku
Mengejar Pelangi
Alice Gray
Justin Rigsbee adalah seorang siswa sekolah menengah yang ikut tergabung dalam tim renang Middle School Aquatics (MSA) dan sedang dalam perjalanan mengikuti lomba dengan tim renang sekolah lainnya. Tim renang ini beranggotakan 48 orang remaja yang berpikir sebentar lagi akan meraih kemenangan. Sebagai perenang di sekolahnya , ia bukanlah perenang yang diandalkan. Ia diikutsertakan untuk menimba pengalaman. Tim sekolahnya sendiri baru sekali ini mengikuti pertandingan antar sekolah. Setelah 3 jam perjalanan menuju arena pertandingan, akhirnya tim sekolah ini pun sampailah.
Melawan Goliat
Saat seluruh anggota tim turun dari bus, maka tampaklah lawan tanding mereka. Tim MSA memandang tak percaya pada postur tubuh mereka yang berotot bak dewa Yunani. Pak Huey, pelatih MSA, pun merasa heran. Ia memeriksa jadwal pertandingan. Tidak ada yang salah, tempat dan waktunya sudah benar.
Kedua tim berbaris di tepi kolam. Peluit berbunyi, pertandingan dimulai dan perenang-perenang tim MSA kalah. Pak Huey berpikir bahwa timnya bakal tidak mau meneruskan pertandingan, maka ia pun bertanya,”Baiklah, siapa yang ingin ikut dalam nomor 450 meter gaya bebas?” Namun beberapa anak mengangkat tangan, termasuk Justin. Pak Huey memandang wajah yang berbintik-bintiknya lalu berkata,”Justin, pertandingan ini jauhnya dua puluh putaran. Sementara kamu paling jauh baru bisa delapan putaran.” ”Oh, saya sanggup, Pak. Biarkan saya mencoba. Apalah artinya tambahan dua belas putaran?” Dengan enggan, Pak Huey menyerah. ”Bagaimana pun juga, bukan kemenangan, melainkan usahalah yang membangun karakter” pikirnya.
Terus Berjuang
Peluit berbunyi dan lawan-lawan MSA meluncur bagaikan torpedo untuk mengakhiri pertandingan dalam waktu 4 menit 50 detik. Empat menit kemudian , anggota tim MSA yang kelelahan muncul dari air. Hanya Justin seorang yang masih berenang. Ia terus mengambil napas sambil mengayuhkan tangannya mendorong tubuhnya yang kurus. Ia seperti hendak tenggelam setiap saat, namun ada sesuatu yang terus mendorongnya untuk maju. Para orang tua bertanya-tanya, kenapa sang pelatih tidak menghentikannya karena pertandingan sudah dimenangkan pihak lawan.
Para orang tua tidak menyadari akan peperangan sebenarnya yang sedang terjadi, bagaimana seorang anak laki-lai berjuang menjadi dewasa baru saja dimulai. Pelatih berjalan ke Justin, berlutut dan berbicara pelan. Para orang tua merasa lega. Namun mereka terkejut saat pelatih melangkah mundur membiarkan sang anak terus berenang.
Salah seorang anggota tim lainnya tergugah melihat keberanian temannya itu. Ia berjalan ke sisi kolam dan mulai menyoraki Justin. ”Ayo, Justin, kamu bisa! Kamu bisa! Terus! Jangan menyerah!” Teman-temannya yang lain satu per satu ikut berjalan ke sisi kolam untuk memberikan semangat. Tim lawan melihat apa yang terjadi dan begabung dengan sorak sorai itu. Sorakan para siswa yang bersahutan membuat penonton terpaku. Tak lama kemudian para orang tua yang menyadari hal ini ikut berdiri, bersorak, dan juga berdoa. Ruangan itu dipenuhi dengan semangat dan kegembiraan saat rekan-rekan Justin bersama lawan-lawannya memompa semangat seorang perenang kecil.
Sang Pemenang
Akhirnya pada menit kedua belas, Justin Rigsbee menyelesaikan putaran terakhirnya dan keluar dari kolam sambil tersenyum meski tampak kelelahan. Tadi para hadirin telah bertepuk tangan untuk perenang yang berhasil mencapai garis finis pertama kali. Namun standing ovation (sambutan sorak-sorai sambil berdiri) yang mereka berikan kepada Justin merupakan bukti bahwa Justin meraih kemenangan yang lebih besar, setelah berhasil menyelesaikan pertandingan yang sesungguhnya.
Disusun ulang OPH dari buku
Mengejar Pelangi
Alice Gray
Tidak ada komentar:
Posting Komentar