A Teacher’s reconsecration mengisahkan tetang seorang kepala perawat rumah sakit yang merawat seorang anak lelaki berusia 9 tahun yang sekarat. Dengan pengamatan dan pengeahuan medisnya, ia jelas tahu bahwa anak ini sudah tidak dapat tertolong lagi. Ia melangkah ringan dan dengan suara lembut bertanya apakah anak ini ingin menyampaikan berita kepada ibunya (yang saat itu untuk sementara meninggalkan dia, pulang ke rumah untuk mengasuh adiknya yang masih bayi). “Ya,” jawab si anak. “Beritahukan kepada Mama bahwa saya meninggal dalam kondisi yang penuh bahagia sebagai anak Tuhan Yesus.” “Masih ada hal yang lagi, Nak?” “Ya,” sahutnya “Tolong tuliskan sepucuk surat kepada guru Sekolah Minggu saya bahwa saya meninggal sebagai seorang Kristen, dan saya tidak pernah melupakan pengajaran Sekolah Minggu yang diberikannya kepada saya.” Beberapa menit setelah itu, anak ini meninggal dengan tenang. Dua minggu kemudian, sang kepala perawat rumah sakit menerima sepucuk surat dari guru Sekolah Minggu anak itu, yang berbunyi demikian, “Allah telah menaruh belas kasihan kepadaku. Tepat hari ini sudah dua bulan lamanya saya berhenti mengajar Sekolah Minggu sebab saya merasa bahwa pengajaran saya tidak menghasilkan apa-apa. Dengan penuh frustasi saya telah menyerahkan semua materi pengajaran dan alat peraga kepada kepala sekolah Sekolah Minggu. Setiba di rumah, surat Anda tiba dengan berita dari anak Sekolah Minggu saya. Saya tersentak dan sadar bahwa setidaknya ada seorang anak lelaki yang mengatakan ia menjadi percaya melalui pengajaran saya. Oh, saya tidak menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan telah memakai saya sebagai alat untuk memenangkan jiwa orang. Saya akan segera kembali kepada kepala Sekolah Minggu untuk meneruskan pelayanan Sekolah Minggu demi nama Kristus sendiri, dan saya akan menjalankan pelayanan ini dengan setia hingga akhir.”
Dipungut OPH dari buku
Berkenan di Hati Alah
Dr. Jenny Wongka
Dipungut OPH dari buku
Berkenan di Hati Alah
Dr. Jenny Wongka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar