Pendahuluan
Stan seorang anak yang baru berusia 5 tahun. Ia lahir dalam sebuah keluarga broken-home di Fort Lauderdale , Florida, AS. Ayahnya meninggalkannya dan ibunya. Ibunya juga tidak kalah kelakuannya. Ia pergi dengan siapa pun lelaki yang mengingininya. Lingkungan seperti ini membuatnya merasa tersisihkan dan tidak ada seorang pun yang mengasihinya. Ia dengan cepat belajar mengucapkan kata-kata kotor, maki-makian, meludah, melakukan berbagai tingkah untuk menarik perhatian dan tidak memiliki kasih terhadap orang lain. Saat kenakalannya datang, maka ia berubah menjadi monster kecil yang energik.
Joseph F. Manning (Joe) adalah pendeta yang memberikan konseling dan sharing tentang kasih Ilahi (agape). Ia sering diundang pada berbagai persekutuan di AS untuk mengkhotbahkannya. Ia melihat sendiri bagaimana kasih Allah mengubah kehidupan orang-orang. Suatu kali saat hari terakhir menginap di rumah saudara seiman , ia melakukan sharing dan mempelajari Alkitab bersama-sama tuan rumah (Sid dan Laurie) membahas tentang kasih dalam 1 Korintus 13. Kesimpulan yang diambil : kegagalan terbesar mereka adalah dalam hal kasih.
Saat mereka bersekutu, datanglah Doris dan cucunya Stan. Karena bertugas merawat Stan, Doris jarang mengikuti persekutuan, namun ia menjadi begitu antusias melihat Alkitab yang terbuka dan seketika itu juga mengikuti persekutuan.
Stan yang Nakal
Sementara orang dewasa bersekutu, Stan berlari-lari mengelilingi rumah dan menirukan suara perang suku Indian. Ia membuat suara yang sangat keras. Saat tuan rumah Sid membaca,”Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong”, tiba-tiba terdengar suara debum yang keras akibat Stan melompat dari kursi. Setelah ditegur ia berlari mengitari rumah kembali. Doris bercerita bahwa hidupnya sangat tertekan melihat kegagalan pernikahan anaknya (mama Stan) dan kenakalan cucunya. Yang lain coba menghiburnya dan berdoa untuknya dan keluarganya.
Saat persekutuan akan dilanjutkan, Joe mendapat perintah Tuhan dengan sangat jelas untuk pergi dan mengasih Stan yang sedang berlari-larian dengan kasihNya. Pdt Joe taat dan pergi mendapatkan Stan. Iapun mengangkat lalu mendudukan Stan pada pangkuannya. Kemudian Joe berkata perlahan, “Stan, saya mengasihmu, Yesus juga mengasihimu.” Tiba-tiba wajah Stan berubah menjadi penuh kebencian dan berteriak,”Saya benci kamu!” sambil menendang lutut dan mencakar Joe untuk melepaskan diri dan kemudian meludahi Joe serta lari ke kamar tidur.
KasihNya vs Kasihku
Joe tertegun melihat perlakuan Stan kepadanya dan kemudian menjadi marah. Namun Joe segera diingatkan untuk mengasihi anak itu, “Tidak, engkau harus mengasihi anak kecil ini dengan kasihKu, bukan kasihmu.” Segera Joe berdoa meminta Tuhan menaruh kasihNya untuk Stan dalam dirinya. Usai berdoa, Joe menghampiri Stan di kamar tidur dan setelah berdoa dalam hati, ia mengulangi kata-kata yang telah diberikan Roh Kudus,”Aku mengasihimu, Stan. Dan Yesus juga mengasihimu.” Stan segera bereaksi dan berteriak sekeras-kerasnya,”Aku benci kamu! Aku benci kamu!” sambil memaki-maki dan memborbardir Joe dengan kata-kata kotor Suaranya terdengar lain. Joe bergumul di dalam hati, antara keinginan daging untuk memukul “monster kecil” ini dan keinginan roh untuk mengasihinya. Butiran keringat mengucur dari dahi Joe saat menahan kemarahannya. Namun keinginan roh menang. “Yesus mengasihmu, Stan, dan aku juga mengasihimu.”
Stan membalasnya dengan melempar sikat rambut yang mengenai pundak Joe. Joe terus berkata,”Aku mengasihimu Stan, dan Yesus juga mengasihimu.” Tiba-tiba Stan melompat ke punggung Joe lalu memukuli punggung Joe sekeras-kerasnya sambil meneriakkan kata-kata cabul seakan ingin mengosongkan kebencian yang bersemayam dalam hatinya selama ini.
Joe terus bergumul dalam hatinya, namun ia sadar peperangan ini bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan kerajaan-kerajaan dan kuasa-kuasa kegelapan. Joe berseru kembali, “Yesus mengasihimu dan aku mengasihimu!” Tidak terduga, Stan berhenti memukuli Joe dan duduk di lantai lalu bergumam, “Maukah engkau bermain dengan saya?” Joe pun menanggapinya,”Mengapa kamu menghendaki aku bermain denganmu? Apakah kamu mengasihi aku?” “Ya, aku sangat mengasihi engkau.” balasnya tajam. Namun, ia seperti tersadar amarahnya dan suaranya berubah keras dan kasar,”Tidak, aku tidak mengasihimu! Aku benci kamu!”
Doris pun memanggilnya dan mengajaknya pulang. Stan langsung kabur dari kamar tidur sambil berseru,”Aku benci kamu, aku benci kamu, aku benci kamu!” Saat diminta menyalami Joe, Stan malah mendobrak pintu lebar-lebar dan lari ke mobil. Joe diam-diam menyusul ke mobil, saat Doris pamitan ke tuan rumah. Joe kembali berseru,”Aku mengasihimu, Stan dan Yesus juga mengasihimu.” Stan pun berteriak sekeras-kerasnya dan menutup wajahnya. Kepada neneknya ia berkata,”Aku benci padanya!”
RancanganKu Bukanlah Rancanganmu
Joe merasa terluka, lemah dan sedih. Tuan rumah mempersilahkannya untuk beristirahat , namun Joe tak bisa tidur. Joe lelah secara spiritual. Sejam kemudian, Doris menelpon Joe mengabarkan bahwa terjadi sesuatu dengan Stan saat pulang. Ia menangis tak terkendali dan wajahnya pucat. Ia tidak mau diajak ke dokter dan berkata,”Aku mengasihinya, tapi aku membencinya.” Kemudian ia muntah-muntah di mobil. Saat Doris menelpon, Stan sedang duduk di kursi dengan tenang dan damai. Saat telepon diberikan kepadanya, iapun berbisik,”Aku mengasihimu.” Joe bertanya kepadanya,”Apakah engkau juga mengasihi Yesus?”. “Ya”,jawabnya dengan suara anak kecil dan bertanya,”Joe, maukah engkau tinggal sehari lagi agar aku dapat berjumpa denganmu?” Joe segera mengiyakan. Sungguh Joe dan tuan rumah bersyukur atas perubahan yang terjadi dalam diri Stan.
Saat datang kembali keesokan harinya, ia mendekap Joe erat-erat dengan ekspresi kasih yang murni. Ia juga merangkul tuan rumah, Laurie, dengan pelukan yang dirasakan Laurie seperti rangkulan kasih Allah sendiri melalui anak kecil itu. Pagi itu, Stan menerima Yesus di dalam hatinya. Dan Yesus pun menyambut Stan seperti Ia menyambut anak-anak kecil lainnya 2.000 tahun lalu ketika ia berkata,”Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.”
Stan seorang anak yang baru berusia 5 tahun. Ia lahir dalam sebuah keluarga broken-home di Fort Lauderdale , Florida, AS. Ayahnya meninggalkannya dan ibunya. Ibunya juga tidak kalah kelakuannya. Ia pergi dengan siapa pun lelaki yang mengingininya. Lingkungan seperti ini membuatnya merasa tersisihkan dan tidak ada seorang pun yang mengasihinya. Ia dengan cepat belajar mengucapkan kata-kata kotor, maki-makian, meludah, melakukan berbagai tingkah untuk menarik perhatian dan tidak memiliki kasih terhadap orang lain. Saat kenakalannya datang, maka ia berubah menjadi monster kecil yang energik.
Joseph F. Manning (Joe) adalah pendeta yang memberikan konseling dan sharing tentang kasih Ilahi (agape). Ia sering diundang pada berbagai persekutuan di AS untuk mengkhotbahkannya. Ia melihat sendiri bagaimana kasih Allah mengubah kehidupan orang-orang. Suatu kali saat hari terakhir menginap di rumah saudara seiman , ia melakukan sharing dan mempelajari Alkitab bersama-sama tuan rumah (Sid dan Laurie) membahas tentang kasih dalam 1 Korintus 13. Kesimpulan yang diambil : kegagalan terbesar mereka adalah dalam hal kasih.
Saat mereka bersekutu, datanglah Doris dan cucunya Stan. Karena bertugas merawat Stan, Doris jarang mengikuti persekutuan, namun ia menjadi begitu antusias melihat Alkitab yang terbuka dan seketika itu juga mengikuti persekutuan.
Stan yang Nakal
Sementara orang dewasa bersekutu, Stan berlari-lari mengelilingi rumah dan menirukan suara perang suku Indian. Ia membuat suara yang sangat keras. Saat tuan rumah Sid membaca,”Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong”, tiba-tiba terdengar suara debum yang keras akibat Stan melompat dari kursi. Setelah ditegur ia berlari mengitari rumah kembali. Doris bercerita bahwa hidupnya sangat tertekan melihat kegagalan pernikahan anaknya (mama Stan) dan kenakalan cucunya. Yang lain coba menghiburnya dan berdoa untuknya dan keluarganya.
Saat persekutuan akan dilanjutkan, Joe mendapat perintah Tuhan dengan sangat jelas untuk pergi dan mengasih Stan yang sedang berlari-larian dengan kasihNya. Pdt Joe taat dan pergi mendapatkan Stan. Iapun mengangkat lalu mendudukan Stan pada pangkuannya. Kemudian Joe berkata perlahan, “Stan, saya mengasihmu, Yesus juga mengasihimu.” Tiba-tiba wajah Stan berubah menjadi penuh kebencian dan berteriak,”Saya benci kamu!” sambil menendang lutut dan mencakar Joe untuk melepaskan diri dan kemudian meludahi Joe serta lari ke kamar tidur.
KasihNya vs Kasihku
Joe tertegun melihat perlakuan Stan kepadanya dan kemudian menjadi marah. Namun Joe segera diingatkan untuk mengasihi anak itu, “Tidak, engkau harus mengasihi anak kecil ini dengan kasihKu, bukan kasihmu.” Segera Joe berdoa meminta Tuhan menaruh kasihNya untuk Stan dalam dirinya. Usai berdoa, Joe menghampiri Stan di kamar tidur dan setelah berdoa dalam hati, ia mengulangi kata-kata yang telah diberikan Roh Kudus,”Aku mengasihimu, Stan. Dan Yesus juga mengasihimu.” Stan segera bereaksi dan berteriak sekeras-kerasnya,”Aku benci kamu! Aku benci kamu!” sambil memaki-maki dan memborbardir Joe dengan kata-kata kotor Suaranya terdengar lain. Joe bergumul di dalam hati, antara keinginan daging untuk memukul “monster kecil” ini dan keinginan roh untuk mengasihinya. Butiran keringat mengucur dari dahi Joe saat menahan kemarahannya. Namun keinginan roh menang. “Yesus mengasihmu, Stan, dan aku juga mengasihimu.”
Stan membalasnya dengan melempar sikat rambut yang mengenai pundak Joe. Joe terus berkata,”Aku mengasihimu Stan, dan Yesus juga mengasihimu.” Tiba-tiba Stan melompat ke punggung Joe lalu memukuli punggung Joe sekeras-kerasnya sambil meneriakkan kata-kata cabul seakan ingin mengosongkan kebencian yang bersemayam dalam hatinya selama ini.
Joe terus bergumul dalam hatinya, namun ia sadar peperangan ini bukanlah melawan darah dan daging tetapi melawan kerajaan-kerajaan dan kuasa-kuasa kegelapan. Joe berseru kembali, “Yesus mengasihimu dan aku mengasihimu!” Tidak terduga, Stan berhenti memukuli Joe dan duduk di lantai lalu bergumam, “Maukah engkau bermain dengan saya?” Joe pun menanggapinya,”Mengapa kamu menghendaki aku bermain denganmu? Apakah kamu mengasihi aku?” “Ya, aku sangat mengasihi engkau.” balasnya tajam. Namun, ia seperti tersadar amarahnya dan suaranya berubah keras dan kasar,”Tidak, aku tidak mengasihimu! Aku benci kamu!”
Doris pun memanggilnya dan mengajaknya pulang. Stan langsung kabur dari kamar tidur sambil berseru,”Aku benci kamu, aku benci kamu, aku benci kamu!” Saat diminta menyalami Joe, Stan malah mendobrak pintu lebar-lebar dan lari ke mobil. Joe diam-diam menyusul ke mobil, saat Doris pamitan ke tuan rumah. Joe kembali berseru,”Aku mengasihimu, Stan dan Yesus juga mengasihimu.” Stan pun berteriak sekeras-kerasnya dan menutup wajahnya. Kepada neneknya ia berkata,”Aku benci padanya!”
RancanganKu Bukanlah Rancanganmu
Joe merasa terluka, lemah dan sedih. Tuan rumah mempersilahkannya untuk beristirahat , namun Joe tak bisa tidur. Joe lelah secara spiritual. Sejam kemudian, Doris menelpon Joe mengabarkan bahwa terjadi sesuatu dengan Stan saat pulang. Ia menangis tak terkendali dan wajahnya pucat. Ia tidak mau diajak ke dokter dan berkata,”Aku mengasihinya, tapi aku membencinya.” Kemudian ia muntah-muntah di mobil. Saat Doris menelpon, Stan sedang duduk di kursi dengan tenang dan damai. Saat telepon diberikan kepadanya, iapun berbisik,”Aku mengasihimu.” Joe bertanya kepadanya,”Apakah engkau juga mengasihi Yesus?”. “Ya”,jawabnya dengan suara anak kecil dan bertanya,”Joe, maukah engkau tinggal sehari lagi agar aku dapat berjumpa denganmu?” Joe segera mengiyakan. Sungguh Joe dan tuan rumah bersyukur atas perubahan yang terjadi dalam diri Stan.
Saat datang kembali keesokan harinya, ia mendekap Joe erat-erat dengan ekspresi kasih yang murni. Ia juga merangkul tuan rumah, Laurie, dengan pelukan yang dirasakan Laurie seperti rangkulan kasih Allah sendiri melalui anak kecil itu. Pagi itu, Stan menerima Yesus di dalam hatinya. Dan Yesus pun menyambut Stan seperti Ia menyambut anak-anak kecil lainnya 2.000 tahun lalu ketika ia berkata,”Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.”
Disusun ulang oleh OPH dari Buku
Mujizat Kasih Agape Memulihkan Hubungan yang Retak
oleh Joseph F. Manning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar