Yesus Gembala yang Baik.

Selasa, 30 Oktober 2012

Francis August Schaeffer

Pembelaan Rasional Bagi Injil
                Di Philadelphia pada akhir tahun 1920-an , seorang remaja memutuskan bahwa ia tidak memerlukan Tuhan. Ia telah mencoba ke gereja, namun gereja tidak memberi jawaban yang ia harapkan.
                Setelah beberapa lama hidup sebagai seorang agnostik (orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi tidak dapat diketahui dan mungkin tidak akan dapat diketahui), ia memutuskan untuk membaca Alkitab, dimulai dari Kitab Kejadian. Ia ingin menguji sendiri, apakah Allah itu benar-benar ada. Dalam waktu enam bulan, ia pun diyakinkan bahwa Allah itu nyata dan Alkitab itu adalah Firman yang diwahyukan bagi manusia. Pada tahun 1930, Francis August Schaeffer yang berusia delapan belas tahun berdoa menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
                Sejak hari itu, selama lebih dari lima puluh tahun, Schaeffer berkomitmen untuk memberitakan Injil dan membelanya secara rasional. Ia menjadi salah satu pemikir dan ahli apologetika terkemuka pada abad ke-20. Dua puluh empat buku yang ia tulis telah diterjemahkan ke dalam lebih dari dua puluh bahasa. Pesan pokok yang Schaeffer sampaikan : Firman Allah adalah satu-satunya penuntun yang manusia perlukan untuk menafsirkan masa lalunya dan menyelesaikan persoalan-persoalan masa kini.
                Ketika Schaeffer lulus dari Faith Theological Seminary tahun 1938, Amerika Serikat tengah menghadapi berbagai persoalan sosial dan keagamaan yang baru dan membingungkan. Gerakan injili terancam oleh ideologi liberal, yang berpendapat bahwa Alkitab  itu bukan sumber kebenaran yang dapat diandalkan. Ia dan istrinya Edith yang dijumpainya dalam sebuah acara debat di gereja, sama-sama  tergugah oleh kesempatan untuk menyampaikan pembelaan bagi doktrin-doktrin konservatif.

Mendirikan L’ABRI
                Sebagai seorang pendeta dari sejumlah gereja di Pennsylvania dan Missouri, Schaeffer sedih menyaksikan kompromi yang berlangsung di banyak denominasi Protestan. Kemudian, pada akhir tahun 1940-an, ia berkeliling Eropa sebagai utusan American Council of Christian Churches. Betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa kebutuhan rohani di benua itu jauh lebih besar. Ia pun pindah ke Swiss untuk melayani kaum muda.
                Scaeffer mendirikan pelayanan Children for Christ pada tahun 1948 di Lausanne. Ia memiliki tiga orang putri , dan Schaeffer mengenal dengan baik tantangan-tantangan untuk mengajar anak muda. Selain itu, ia terus berkeliling, memberi kuliah serta mempelajari sejarah dan filsafat.
                Pada tahun 1951, hati Schaeffer menjadi gelisah. Ia tidak yakin kalau Allah sedang menuntunnya, an ia mempertanyakan keyakinan-keyakinannya. Ia mengenang,  “Saya merasakan beban yang sangat kuat untuk berdiri bagi kekristenan historis, dan bagi kemurnian gereja yang kelihatan. Saat saya memikirkan kembali alasan-alasan saya menjadi orang Kristen, saya kembali melihat ada alasan yang sepenuhnya memadai untuk mengetahui bahwa Allah yang berpribadi dan tidak terbatas itu benar-benar ada dan kekristenan itu benar.”
                Namun , apakah cara terbaik untuk menjangkau budaya yang begitu tertutup terhadap firman Allah? Schaeffer tergugah untuk memulai langsung di tempatnya berada , di Swiss. Pada tahun 1955, ia secara resmi membuka vila kecil mereka di Huemoz sebagai “pondok” pengajaran yang kokoh. Siapa saja boleh datang dan menyimak analisis Kitab Suci yang menggugah pemikiran. Tempat peristirahatan dan pencarian rohani ini dikenal sebagai L’Abri (tempat perlindungan).
                Sepanjang tahun 1950-an, dan khususnya 1960-an, ketika kaum muda banyak menggugat otoritas dan “kaum mapan”, L’ABRI dikunjungi oleh ribuan orang. Bagaimana mereka menjalankannya? Edith Schaeffer menjelaskan, “Kami berdoa agar Tuhan membawa orang-orang yang Ia pilih..... mengirimkan dana yang kami perlukan untuk menunjang semuanya ini, dan membuka rencanaNya bagi kami.”
                Mereka memang harus membayar harga yang sangat mahal dengan membuka pintu rumah ini. Francis mengenang, “Kira-kira dalam tiga tahun pertama menjalankan L’Abri, semua kado pernikahan kami terkuras habis. Permadani kami berlubang-lubang bekas terbakar.  Ada tirai yang nyaris terbakar seluruhnya karena ada orang yang merokok di ruang keluarga kami ....Narkoba masuk ke tempat kami. Orang-orang yang muntah di kamar-kamar kami.”
                Pendeta dan penulis Dr. Harold Brown mengatakan, “Pada mulanya dampak teologis L’Abri tidak berlangsung secara institusional..... namun secara tidak langsung melalui orang-orang yang dijumpai oleh keluarga  Schaeffer, kehidupan mereka kemudian diubahkan.”


Kembali ke Amerika Serikat
                Tuhan terus menyingkapkan maksud-Nya. Pada tahun 1968, Schaeffer menerbitkan dua buku pertamanya, Escape From Reason dan The God Who Is There. Di situ ia mengupas bagaimana filsafat-filsafat lain gagal untuk menyodorkan jawaban yang memadai bagi masalah-masalah riil di dunia ini. Secara bertahap, karya yang telah dikembangkan oleh Schaeffer selama bertahun-tahun ini pun mulai dikenal, khususnya di Amerika Serikat.
                Pada tahun 1973, Mahkamah Agung Amerika Serikat mengeluarkan keputusan atas kasus Roe vs Wade, yang membuka pintu bagi legalisasi aborsi. Inilah faktor utama yang mendorong Schaeffer untuk kembali ke Amerika. Dalam buku How Should We Then Live?, Schaeffer membahas masalah-masalah pokok yang menyebabkan merosotnya penghargaan terhadap nilai kehidupan manusia ini.
                Schaeffer kerap dikritik oleh orang-orang non-Kristen namun juga oleh orang-orang Kristen yang cemas oleh pendiriannya yang tegas, berani, dan konsisten dalam menerapka Alkitab tersebut. Profesor Dr. Gene Veith, Jr. Berkomentar,”Schaeffer memperlihatkan bahwa kekristenan ortodoks... cukup kuat untuk menantang gagasan-gagasan sekuler.”
                Pengaruh Schaeffer sangat luas dan menjangkau kalangan yang beragam seperti Jack Sparks, penggerak Jesus People; musisi Larry Norman dan Mark Heard; politisi Jerry Falwell, Pat Robertson, Jack Kemp, Chuck Colson, Randall Terry, C Everett Koop, Cal Thomas, OJ Brown, Os Guinness, Thomas Morris, Clark Pinnock, dan Ronald Wells.
                Ketiga Schaeffer didiagnosis terkena kanker pada tahun 1981 dengan kemungkinan masa hidup hanya tinggal enam bulan, ia tidak berhenti bekerja. Tuhan memberinya tiga tahun lagi, dan ia terus aktif dalam pengajaran dan pelayanan . Penyakitnya, dengan pengobatan yang berkepanjangan dan sering menguras tenaga, justru membukakan kesempatan baginya untuk berbicara kepada kalangan medis nasional.
                Schaeffer meninggal di rumahnya pada tanggal 15 Mei 1984 Presiden Ronald Reagan mengatakan, “Jarang kita bisa mengatakan bahwa kehidupan seseorang telah menyentuh banyak kehidupan lainnya dan mempengaruhi mereka untuk menjadi lebih baik. Namun tentang Dr. Francis Schaeffer, kita dapat mengatakan bahwa kehidupannya telah menyentuh jutaan jiwa dan membawa mereka kepada kebenaran tentang Pencipta mereka.”

Dimuat di Bahana, September 2005

Arie Saptaji


Tidak ada komentar:

Posting Komentar