Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 29 Oktober 2012

Merenunglah Sejenak




Manna Surgawi 081011

Beberapa tahun yang lalu, ada kejadian di mana Senior Executive di Standard Oil Company membuat keputusan yang salah. Keputusan itu menyebabkan perusahaan mengalami kerugian sebanyak 2 juta dolar. Sebagai pendiri dan pemilik perusahaan , John D. Rockefeller segera menangani masalah tersebut. Ia akan bertemu dengan Senior Executive dan orang-orang terkait yang sudah menyebabkan perusahaan rugi. Karena takut, sebagian besar dari mereka mencari alasan untuk menghindar bertemu dengan John D. Rockefeller. Mereka takut membayangkan kemarahan sang bos. Orang-orang tersebut bisa menghindari Rockefeller, kecuali Edwad T. Bedford, seorang partner di perusahaan tersebut. Hari itu Bedford dijadwalkan untuk menemui Rockefeller. Bedford sudah menyiapkan hati untuk mendengar “pidato panjang” Rockefeller mengenai mereka yang melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan.

Ketika ia memasuki ruangan sanga bos, ia dapat merasakan ketegangan yang besar. Sang bos sedang menunduk sambil menulis dengan pensilnya di atas selembar kertas.  Bedford berdiri sambil diam, karena tidak ingin mengusik kesibukan sang bos. Setelah beberapa menit, Rockefeller menegakkan kepala dan  memandang ke arahnya. “Oh, kamu Bedford.” Katanya kalem. “Aku yakin engkau sudah mendengar tentang kerugian perusahaan kita.” Bedford pun mengangguk. “Aku sudah memikirkannya matang-matang, dan sebelum aku berdiskusi dengan yang bersangkutan mengenai masalah ini, aku sudah membuat catatan.”

Belakangan Bedford bercerita tentang kebijakan sang bos, “Di bagian atas kertas itu tertulis, ‘Poin-poin untu mendukung Tuan _____.’ Di bawahnya terdapat daftar panjang dari kebaikan sang Senior Executive, termasuk penjelasan singkat bagaimana ia telah membantu perusahaan dengan mengambil keputusan yang tepat dalam tiga kesempatan terpisah. Karena keputusannya itu, ia telah berhasil menguntungkan perusahaan dengan total keuntungan yang jauh lebih besar daripada total kerugian yang diakibatkan keputusannya yang salah baru-baru ini.” Bedford tidak pernah melupakan pelajaran itu. Di tahun-tahun setelah itu , ketika ia tergoda untuk marah dan memvonis seseorang karena kesalahannya, ia akan duduk sejenak. Berpikir, mengingat-ingat, dan mempertimbangkan. Cara itu seringkali membuatnya bisa memandang masalah dengan perspektif yang benar, sehingga ia melakukan tindakan yang tepat dan tidak terbakar emosi.

Membiarkan diri dikuasai emosi dan kemarahan yang meluap seringkali membuat kita mengambil keputusan yang salah. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk selalu mempertimbangkan segala sesuatunya. Membiasakan diri berpikir tenang sambil memohon tuntunan Tuhan dalam situasi sulit, akan menghasilkan keputusan yang bijaksana. Biarlah Tuhan memampukan kita bertindak bijaksana, sehingga kita tetap memuliakan Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar