Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 29 Oktober 2012

Minta Tolong!




Apabila anda menghadapi situasi seperti di bawah ini, apa yang akan anda lakukan?
Seorang ibu, suaminya sedang sakit lever dan sedang terbaring di RS Karyadi Semarang. Sakitnya sudah parah dan bahkan sudah tidak bisa bicara. Ibu yang selanjutnya saya sebut Mbok ini seorang tukang balon. Itu balon yang ditiup lalu dijual biasanya kepada anak-anak. Jadi penghasilan Mbok pasti tidaklah besar tiap harinya. Mungkin asal cukup makan dan sedikit simpanan. Mbok juga punya anak beberapa yang sudah menikah. Ia bersama anaknya ini yang menjaga sang suami (ayah). Dapat dikatakan mereka bukanlah dari keluarga yang berlebihan.

Suatu kali ada seorang anak (ABG) yang merengek-rengek di depannya minta dibelikan bola. Bola si anak (selanjutnya ditulis Anak) sendiri barusan rusak. Tidak parah banget karena masih berbentuk dan masih bisa dimainkan , hanya kulitnya terkelupas. Anak “menodong” Mbok untuk dibelikan bola yang baru. Uang yang dimiliki Mbok saat itu sekitar Rp 60.000. Ia baru saja keluar dari RS Karyadi untuk membeli roti yang lembut agar sang suami yang harusnya cuci darah bisa memakannya. Roti baru saja dibeli ketika Anak mulai rengekannya ke Mbok.

Kalau kita menghadapi situasi seperti ini, reaksi apa yang bakal kita ambil. Sebelum ketemu Mbok, Anak sudah berusaha meminta kepada orang lain yang lewat di depannya untuk membelikan bola baru baginya. Kebanyakan menolak atau memberikan usul agar bola tersebut diperbaiki saja atau dibeli lagi tanpa membelikan yang baru atau memberi uang ke Anak untuk membeli yang baru.

Namun reaksi Mbok sungguh berbeda. Saat ia sendiri memerlukan uang, ia mau saja diminta untuk membelikan Anak bola baru. Mbok yang tidak tahu beli bola di mana, bahkan rela dibawa Anak ke Mal di Simpang Raya Semarang. Ia bahkan membayarkan angkotnya. Singkat kata, Mbok harus merogoh uang sebanyak Rp 30.000 untuk membayar bola baru kepada Anak. Bola ini dibungkusnya dan diberinya ke Anak. Setelah itu, mereka pun berpisah. Mbok tiba-tiba teringat, bagaimana Anak akan pulang karena Anak tidak punya uang. Maka kembali Mbok merogoh koceknya memberikan uang angkot ke Anak.  Sebelum berpisah, Mbok masih memberikan pelukannya ke Anak sambil berpesan untuk hati-hati.

Setelah itu Mbok bingung cara pulangnya, belum lagi uang yang tersisa hanya Rp 5.000. Karena arah pulang ia tidak tahu, akhirnya ia duduk saja di pinggir jalan sammpai sore. Beruntunglah Mbok, karena ini memang hanya reality show. Mbok ditanya kenapa ia mau menolong Anak membeli bola baru. Alasannya sederhana yakni karena kasihan. Setelah itu Mbok dikasih uang sekitar Rp 1 juta. Ia pun bingung menerima uang sebanyak itu. Ia terkejut lalu berusaha mencari kembali orang yang memberinya uang itu. Akhirnya ia pun diantar kembali ke RS tempat suaminya dirawat. Ia bertemu dengan anaknya yang menjaga dan anaknya menangis lega setelah melihat Mbok sudah kembali di malam itu. Mbok memperlihatkan uang kepada anak dan suaminya yang tidak bisa berbicara. Roti yang tadinya dibelikan buat suami tidak ketahuan nasibnya.

Pertanyaan refleksi untuk diri sendiri : kalau saya berada di posisi Mbok, apa yang saya lakukan. Saya bayangkan langkah yang saya ambil hanyalah sama dengan orang lainnya yakni menolak membelikan bola. Banyak pertimbangan yang dapat dilontarkan untuk mendukung pendapat yang diambil. Pendapat yang pasti benar karena didukung logika yang jelas… Hanya terselip sebuah pertanyaan : andaikata Anak itu adalah anak kita, apakah saya akan melakukan hal yang sama?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar