Yesus Gembala yang Baik.

Selasa, 30 Oktober 2012

William Sheppard

Pelopor Misi di Kongo
                William Sheppard adalah seorang utusan Injil berkulit hitam yang berhasil memadukan pelayanan rohani dengan peningkatan taraf hidup masyarakat yang dilayaninya. Ia lahir di Waynesboro, Virginia, Amerika Serikat, pada tahun 1865, tidak lama setelah berakhirnya Perang Saudara. Keluarganya adalah anggota gereja Presbiterian, terkenal saleh dan dihormati di lingkungan masyarakat Afrika-Amerika. Kedua orangtuanya budak yang telah bebas; ayahnya seorang pemangkas rambut dan ibunya membuka salon kesehatan bagi kaum wanita.
                Pada usia 16 tahun, William memasuki Hampton Institude dan mengajar sekolah Minggu di gerejanya. Beberapa tahun kemudian, ia kuliah di Stillman College, Alabama, dan ditahbiskan sebagai pendeta di gereja Southern Presbyterian. Namun, ia merasa kurang cocok dengan gereja-gereja Presbiterian di Alabama.
                Terbeban untuk melakukan “sesuatu yang lain”, pada tahun 1880 ia mengajukan permohonan untuk melayani sebagai seorang utusan Injil. Namun, gereja Presbyterian menolak untuk mengangkat seorang pria Afrika – Amerika sebagai pemimpin tunggal sebuah pos misi di luar negeri. Baru setelah ia mendapatkan mitra yang sama-sama terbeban untuk Afrika, permohonannya dikabulkan. Bersama, Sainuel N. Lapsley, pada tahun 1890 ia tiba di Kongo.

Menemukan Rumah Baru
                Sheppard sangat bersukacita. Pos Luebo di Lembah Kasai di wilayah Selatan negara tersebut menjadi rumah barunya. Ia merasa telah menemukan pekerjaan yang sesuai dengan panggilan Tuhan baginya. Orang-orang Afrika menyambut dengan hangat pria berpostur tinggi, kuat, dan gagah ini. Sheppard berinisiatif untuk mempelajari dan menggunakan bahasa setempat sampai kemudian ia mahir dalam bahasa suku Kuba.
                Sheppard segera menjadi penghubung utama bagi orang-orang Afrika yang datang ke pos tersebut. Ia bertanggung jawab menangani kebutuhan-kebutuhan praktis untuk kegiatan misi. Adapun Lapsley mengurusi keuangan dan hubungan dengan petugas kolonial. Tim Lapsley dan Sheppard bekerja sama dengan sangat baik. Keduanya berkhotbah, mengajar, memberikan pelayanan medis, menebus budak-budak dan membina hubungan baik dengan orang-orang Afrika. Namun, kemitraan ini harus berakhir secara menyedihkan dan mendadak pada akhir Maret 1892 ketika Lapsley meninggal. Sheppard pun menjadi pemimpin tunggal pos misi tersebut.
                Ia memusatkan perhatian pada penginjilan suku Bakuba. Untuk itu, ia berupaya keras untuk memahami kebiasaan dan adat mereka serta perbedaan budaya yang ada. Surat-suratnya mengungkapkan penghormatan yang nyata atas perbedaan yang ada di antara kelompok masyarakat Afrika. Pekerjaannya di tengah suku Bakuba ini mendapatkan pengakuan, sehingga Sheppard diangkat sebagai anggota Royal Geographical Society – suatu penghormatan besar bagi seorang utusan Injil.
                Pada tahun 1893, Sheppard kembali ke Amerika dan memanfaatkan liburannya itu untuk memobilisasi masyarakat Afrika-Amerika, agar terlibat dalam penginjilan dunia. Pidato-pidatonya yang menggugah diliput oleh pers Afrika-Amerika, sehingga menarik minat banyak orang. Sumbangan keuangan bagi misi pun berhasil terkumpul.

Menentang Belgia
                Kepedulian Sheppard bagi orang-orang Afrika mendorongnya hanya untuk menginjili mereka, namun juga meningkatkan taraf hidup mereka. Salah satu peristiwa penting yang dialaminya bermula pada tahun 1891 ketika pemerintah Belgia menetapkan pajak bagi orang-orang Afrika. Hasil pajak itu konon dipergunakan untuk membantu pembiayaan pemerintah kolonial. Keadaan menjadi semakin genting ketika pemerintah Belgia, melalui perusahaan Kasai, memberlakukan kebijakan kerja paksa, mendesak orang-orang Afrika untuk bekerja menyadap karet.
                Pada tahun 1907, Sheppard menulis tentang keadaan ini – orang dipaksa untuk bekerja dengan upah rendah, keluarga mereka terabaikan, anak-anak terlantar ditinggalkan oleh orangtua mereka – semata-mata karena pemerintah Belgia membutuhkan karet lebih banyak. Dakwaan Sheppard ini beredar luas, menimbulkan skandal berskala internasional. Pemerintah Amerika dan Inggris ikut terlibat.
                Perusahaan Kasai mengajukan tuntutan terhadap Sheppard dan Morrison atas kerugian yang dideritanya. Mahkamah internasional pun digelar. Gereja Presbyterian di Amerika Serikat menggerakkan protes nasional, sehingga masyarakat luas ikut menyimak perkembangan pengadilan tersebut. Akhirnya, orang itu terbebas dari tuntutan.
                Sheppard melayani bersama gereja Presbyterian selama 20 tahun. Sebagai salah satu utusan Injil pertama yang mengalami perlakuan tidak adil ini, Sheppard memberitahukan kepada masyarakat Afrika-Amerika bahwa pemerintah kolonial telah mengubah sikap mereka terhadap utusan Injil Afrika-Amerika. Akhirnya, Sheppard mendatangi Booker T. Washington untuk menjelaskan diskriminasi yang dihadapi oleh utusan Injil Afrika-Amerika di ladang misi. Tidak banyak yang dihasilkan dari pertemuan ini karena kemudian pecah Perang Dunia I dan kaum kulit putih pengurus badan misi tidak memikirkannya secara serius.
                Utusan Injil yang dijuluki sebagai “Livingstone Berkulit Hitam” ini pensiun dari pelayanan misi pada tahun 1910. Ia meninggal pada tahun 1927. Karya utamanya , Pioneers in the Congo, terbit pada tahun 1917, mengisahkan tentang 20 tahun pelayanannya pada orang Afrika

Dimuat di Bahana, Juli 2001

Arie Saptaji


Tidak ada komentar:

Posting Komentar