Ada seorang hamba
Tuhan asal Surabaya, yang  menceritakan kesaksian seorang
ibu penjual tempe.  Peristiwanya terjadi di sebuah
desa di Jawa Tengah.  Adalah seorang ibu setengah baya
yang sehari-harinya  berjualan tempe buatan sendiri
di desanya.  Pada suatu hari, seperti
biasanya, pada saat ia akan
 pergi ke pasar
untuk menjual  tempenya, ternyata pagi itu,
tempe yang terbuat dari  kacang kedele masih belum jadi
tempe alias masih  setengah jadi. Ibu ini sangat
sedih hatinya, sebab  jika tempe tersebut tidak jadi
berarti ia tidak akan  mendapatkan uang karena tempe
yang belum jadi  tentunya tidak laku dijual.
Padahal mata pencaharian  si ibu hanyalah dari menjual
tempe saja agar ia  dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Dalam
 suasana hatinya
yang sedih, si ibu yang memang aktif  beribadah
di gerejanya teringat akan firman Tuhan  yang
menyatakan bahwa Tuhan dapat melakukan  perkara-perkara ajaib, bahwa bagi Tuhan tiada
yang  mustahil. Lalu ia pun menumpangkan tangannya
di atas  tumpukan beberapa batangan
kedele yang masih  dibungkus dengan daun pisang
tersebut.
"Bapak di
Surga, aku mohon kepadaMu agar kedele ini menjadi tempe. "Dalam nama
Yesus, Amin". Demikian
 doa singkat si Ibu
yang dipanjatkannya dengan
sepenuh hati.  Ia
yakin dan percaya pasti Tuhan  menjawab
doanya. Lalu, dengan tenang ia  menekan-nekan bungkusan bakal tempe tersebut
dengan  ujung jarinya.
Dengan hati yang
deg-deg-an ia mulai membuka sedikit  bungkusannya untuk melihat mukjijat kedele
jadi tempe terjadi. Namun apa yang terjadi?  Dengan kaget dia mendapati bahwa kedele
tersebut  masih tetap kedele! Si Ibu tidak
kecewa. Ia berpikir  bahwa mungkin doanya kurang
jelas didengar  Tuhan. Lalu kembali ia
menumpangkan tangan di atas
 batangan kedele
tersebut. "Bapa di surga, aku tahu  bahwa
bagiMu tiada yang mustahil. Tolonglah aku  supaya hari
ini aku bisa berdagang tempe karena itulah mata pencaharianku. Aku  mohon dalam nama Yesus jadilah ini menjadi
tempe.  Dalam nama Yesus, Amin."
Dengan iman iapun kembali  membuka sedikit bungkusan
tersebut. Lalu apa yang terjadi? Dengan kaget ia melihat bahwa kacang  kedele  tersebut
???.................masih tetap begitu !
Sementara hari
semakin siang dimana pasar tentunya  akan
semakin ramai. Si ibu dengan tidak merasa  kecewa atas
doanya yang belum terkabul, merasa bahwa bagaimanapun sebagai langkah iman ia akan tetap  pergi ke pasar membawa  keranjang berisi barang dagangannya itu. Ia
berpikir  mungkin mujijat Tuhan akan
terjadi di tengah  perjalanan ia pergi ke pasar.
Lalu iapun  bersiap-siap untuk berangkat ke
pasar. Semua  keperluannya untuk berjualan
tempe seperti biasanya  sudah disiapkannya. Sebelum
beranjak dari rumahnya,  ia sempatkan untuk menumpangkan  tangan sekali lagi. "Bapa di surga, aku
percaya Engkau akan mengabulkan  doaku.
Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau  akan mengadakan mukjijat buatku. Dalam nama
Yesus,  Amin." Lalu ia pun
berangkat. Di sepanjang  perjalanan ia tidak lupa
menyanyikan beberapa lagu  puji-pujian. Tidak lama kemudian
sam
pailah ia di  pasar. Dan seperti biasanya ia mengambil
tempat  untuk menggelar barang
dagangannya. Ia yakin bahwa
 tempenya sekarang
pasti sudah jadi. Lalu iapun
 membuka
keranjangnya dan pelan-pelan menekan-nekan  dengan jarinya bungkusan tiap bungkusan yang
ada.  Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya
dan  melihat isinya. Apa yang terjadi? Ternyata  saudara-saudara.................tempenya benar-benar ..................... belum jadi !
Si Ibu menelan
ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam.  Ia mulai
kecewa pada Tuhan  karena doanya tidak dikabulkan.
Ia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia hidup hanya
mengandalkan hasil menjual tempe saja. Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa menggelar  dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada
orang mau  membeli tempe yang masih
setengah jadi.  Sementara hari semakin siang dan
pasar sudah mulai  sepi dengan pembeli. Ia melihat
dagangan  teman-temannya sesama penjual
tempe yang tempenya  sudah hampir habis. Rata-rata
tinggal sedikit lagi  tersisa. Si ibu tertunduk lesuh.
Ia seperti tidak  sanggup menghadapi kenyataan
hidupnya hari itu. Ia  hanya bisa termenung dengan rasa
kecewa yang dalam.  Yang ia tahu bahwa hari itu ia
tidak akan  mengantongi uang sepeserpun.
Tiba-tiba ia
dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. "Bu?..! Maaf ya, saya mau tanya.
Apakah ibu  menjual tempe yang belum jadi?
Soalnya dari tadi  saya sudah keliling pasar
mencarinya." Seketika si  ibu tadi
terperangah. Ia kaget. Sebelum ia  menjawab
sapaan wanita di depannya itu, dalam hati  cepat-cepat
ia berdoa  "Tuhan?.saat ini aku tidak
butuh tempe lagi. Aku  tidak butuh lagi. Biarlah
daganganku ini tetap seperti semula. Dalam nama Yesus, dalam namaYesus, Amin."  Tapi kemudian, ia tidak berani menjawab  wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi
ia  duduk-duduk termenung tadi, tempenya sudah
jadi.  Jadi ia sendiri saat itu dalam
posisi ragu-ragu  untuk menjawab ya kepada wanita
itu. "Bagaimana  nih?" ia pikir. "Kalau
aku katakan iya,  jangan-jangan tempenya sudah
jadi. Siapa tahu tadi  sudah terjadi mukjijat
Tuhan?" Ia kembali berdoa  dalam
hatinya, "Ya Tuhan, biarlah tempeku ini tidak  usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang  kelihatannya mau beli. Tuhan, tolonglah aku
kali ini.
Tuhan dengarkanlah doaku ini.." ujarnya  berkali-kali. Lalu, sebelum ia menjawab  wanita itu, ia pun membuka sedikit daun
penutupnya.  Lalu ? apa yang dilihatnya
Saudara-Saudara ???  Ternyata ??  ternyata ? 
memang benar tempenya belum  jadi ! Ia
bersorak senang dalam hatinya. Puji  Tuhan..Puji
Tuhan, katanya. Singkat cerita wanita  tersebut
memborong semua dagangan si Ibu itu.  Sebelum
wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada  orang yang
mau beli tempe yang belum jadi. Ia  bertanya
kepada si wanita. Dan wanita itu mengatakan  bahwa anaknya di Yogya mau tempe yang berasal
dari  desa itu. Berhubung tempenya akan dikirim ke
Yogya jadi ia  harus membeli tempe yang belum
jadi, supaya agar  setibanya di sana tempenya sudah
jadi. Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana  nanti tempe tersebut sudah tidak bagus lagi
dan rasanya sudah tidak enak.
Apa yang bisa kita
simpulkan dari kesaksian sederhana?
Pertama : Kita
sering memaksakan kehendak kita  kepada
Tuhan pada waktu kita berdoa padahal sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita  perlukan.
Kedua : Tuhan
menolong kita dengan caraNya yang sama  sekali di
luar perkiraan kita sebelumnya.
Ketiga : Tiada yang
mustahil bagi Tuhan 
Keempat : Percayalah bahwa
Tuhan akan menjawab doa kita sesuai dengan rancanganNya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar