Yesus Gembala yang Baik.

Selasa, 30 Oktober 2012

Hadiah Natal bagi seorang tua

Ini cerita seorang ibu ketika ia dan keluarganya makan malam di sebuah restoran kecil tak jauh dari rumahnya pada Hari Natal.Nancy, ibu itu, menuturkan: Kami hanya satu-satunya keluarga yangmembawa anak kecil di restoran itu. Saya dudukkan Erik di bangku tinggi dan ia makan. Tiba-tiba Erik melihat ke suatu arah dan dengan riang berkata, "Halo".Saya melihat ke arah Erik memandang. Ada seorang laki-laki tua dengan pakaian kotor, berdebu dan usang di situ. Rambutnya tampak kotor dan tidak disisir. Kami agak jauh dari dia hingga tidak mencium bau apapun tetapi saya yakin ia berbau. Orang itu melambaikan tangannya pada Erik dan sambil tersenyum berkata, "Halo anak manis, senang melihatmu."Suami saya dan saya bertukar pandang, "Apa yang akan kita lakukan?" Erik tetap tertawa dan menjawab,"Halo, halo!" Setiap orang di restoran itu melihat pada kami dan orang itu. Orang itu telah menciptakan
suasana tidak enak pada kami. Erik tampak senang dan tertawa-tawa ketika orang itu bermain "ciluk, ba!" dengannya.Tak ada orang berpikir bahwa ia orang baik. Ia jelas mabuk. Suami saya dan saya malu. Kami makan dengan tidak berkata apa-apa. Hanya Erikyang tetap ceria. Akhirnya kami selesai makan dan berjalan menuju pintu. Suami saya menuju kasir untuk membayar dan meminta saya menunggu di tempat parkir. Orang tua itu berdiri di antara saya dan pintu. "Tuhan, biarkan kami keluar sebelum dia berbicara pada kami," saya berdoa. Ketika melewati orang itu saya memutar badan membelakangi dia agar tidak mencium bau tak sedap yang mungkin ada padanya. Tetapi ketika saya melakukan itu Erik, yang sedang saya gendong, justeru merentangkan kedua tangannya ke arah dia. Sebelum saya dapat mencegahnya, ia sudah berada di pelukan orang itu. Saat itu seorang tua yang kotor dan bau dan seorang anak kecil berada dalam relasi saling mengasihi.Erik menaruh kepalanya di bahu orang itu. Mata orang tua itu tertutup,dan saya melihat airmata mengalir membasahi pipinya. Tangannya yang kasar menepuk-nepuk bagian belakang Erik. Saya berdiri bengong. Orang tua itu membuai-buai Erik sebentar dalam pelukannya, kemudian ia memandang saya. Dia berkata pada saya dengan nada tegas, "Peliharalah anak ini dengan
baik." Saya yang mulai dapat menguasai diri menjawab, "Akan saya lakukan." Dia mengembalikan Erik sambil berkata, "Tuhan memberkati Anda, Nyonya. Anda telah memberikan hadiah Natal yang indah bagi saya."
Saya hanya mengucapkan "Terima kasih." Dengan menggendong Erik saya lari ke mobil. Suami saya heran mengapa saya menangis dan memeluk Erik erat-erat dan mengapa saya berkata berulang-ulang, "Tuhanku, Tuhanku,
ampunilah aku." Saya baru saja menyaksikan kasih Kristus melalui seorang anak kecil yang tidak mengenal dosa, yang tidak memiliki prasangka buruk, seorang anak yang melihat sebuah jiwa, dan seorang ibu yang hanya melihat pada pakaian. Saya adalah seorang Kristen yang buta, menggendong seorang anak yang melihat, saya merasa seperti Tuhan bertanya – "Bolehkan saya meminjam anakmu sebentar?", sementara Ia memberikan AnakNya untuk  keselamatan kekal bagi kita semua. Orang tua yang kasar itu mengingatkan saya pada firmanNya, "Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (Lukas 18:17)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar