Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 06 April 2009

KARENA KASIH KARUNIA


Pengantar
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri (Efesus 2:8-9). Rasul Paulus menyampaikan kepada kita bahwa keselamatan datang dari hati Allah yang penuh kasih sebagai suatu pemberianNya kepada kita. Keselamatan itu diberikan kepada mereka yang merasa tidak layak untuk menerimanya. Sebaliknya, bagi mereka yang merasa dirinya layak untuk menerima keselamatan Tuhan, mereka hanya akan menerima murka Allah, penghakiman dan tersisihkan untuk selama-lamanya. Inilah yang dikatakan Alkitab tatkala mendiskusikan KASIH KARUNIA. Apakah defisini “kasih karunia?” Banyak orang mengaminkan definisi tentang “kasih karunia” sebagai sesuatu yang sangat kita perlukan namun kita tidak berhak menerimanya. Seorang hamba Tuhan yang bernama Dr. Lindsay yang melayani sebuah jemaat di kota Richmond, Virginia, AS mengisahkan makna “kasih karunia” dalam pengalaman pribadinya pada awal pelayanannya di Skotlandia.

Pelajaran dari Kelas Sekolah Minggu
Waktu itu Dr. Lindsay adalah seorang guru sekolah minggu (SM) kelas pra remaja. Pada awal musim semi di suatu hari Minggu, ia menyampaikan pelajaran SM dari Surat Efesus pasal 2. Ia berulang kali menegaskan tentang makna “kasih karunia” yakni sesuatu yang kita perlukan namun kita tidak berhak menerimanya. Hanya sedikit anak Pra-remaja yang menaruh perhatian pada isi pelajaran hari itu. Pada hari berikutnya, sementara ia berjalan kaki menuju sebuah desa untuk menghadiri pertemuan sosial,seorang anak remaja melihat dari kejauhan kedatangan Dr. Lindsay. Ketika itu bulan April, namun masih tersisa salju basah di seluruh permukaan tanah. Anak ini segera membuat bola-bola salju yang lumayan besar dan keras di tangannya sambil menantikan kedatangan sang guru SM itu. Sambil bersembunyi di balik sebuah pohon besar, ia sekali-kali mengarahkan pandangannya serta memusatkan arah lemparan bola salju itu ke arah gurunya. Dengan sangat tepat sebuah bola salju keras melayang dan mengenai telinga sang guru sehingga guru itu merasa sangat kesakitan. Si Bobby, sang remaja yang begitu yakin dengan ketepatan lemparannya itu segera berbalik dan lari dengan cepat tanpa menoleh sekejap pun.
Saya sungguh tergoda untuk segera mengejarnya dan menghajar anak itu,” demikian kata Dr. Lindsay. “Kemudian saya teringat pada pelajaran SM yang saya bawakan dalam kelas baru lalu tentang kasih karunia. Saya segera merasa perlu untuk mempraktekkan kasih karunia tersebut kepada anak itu.” Dr. Lindsay tahu bahwa Bobby membutuhkan sebuah alat pancing sebab Minggu siang lalu ia telah meminjam alat pancingnya itu. Maka ia segera pergi ke toko alat-alat pancing. Dicarinya sebuah alat pancing yang baik dengan warna yang menarik, lebih menarik dari kepunyaannya sendiri. Ia menuju ke rumah Bobby, namun anak itu tidak ditemukan. Dr. Lindsay menyerahkan alat pancing itu kepada ibu Bobby agar diberikan kepada Bobby.
Pada sore hari menjelang pk 6.00 terdengarlah ketukan pelan di pintu rumah Dr. Lindsay. Di ambang pintu tampaklah Bobby berdiri dengan alat pancing di tangannya. “Saya tidak boleh menerima pemberian Anda ini, Dr. Lindsay,” ujarnya. “Mengapa tidak, Bobby?”. “Sebab andai saja Bapak tahu bahwa sayalah orang yang melemparkan bola salju ke arah Bapak sehingga menyakiti Bapak, maka Bapak tidak mungkin memberikan alat pancing ini pada saya.” Bobby menundukkan kepala dengan perasaan takut dan kacau.
“Ingatkah kamu tentang pelajaran kasih karunia pada hari Minggu yang lalu?” Dr. Lindsay bertanya. “Itu tentang kasih karunia. Kita berkata bahwa kasih karunia adalah sesuatu yang kita perlukan meski seharusnya kita tidak berhak untuk menerimanya. Kini Bobby, apakah makna kasih karunia itu bagi dirimu sendiri?” Bobby kemudian mulai memahami makna kasih karunia itu. Kasih karunia itu adalah “sebuah alat pancing ini.” “Benar Bobby. Kasih karunia itu ibarat alat pancing ini tatkala alat ini merupakan sesuatu yang kauperlukan meski seharusnya kamu tidak berhak menerimanya.
Sesungguhnya hal yang layak diterima oleh Bobby adalah hukuman dari gurunya; mungkin sebuah tamparan atau hajaran keras atas perilakunya. Namun sebaliknya, yang diterimanya adalah : kasih , pengampunan – dan sebuah alat pancing.

Dipungut OPH dari Buku
Kristus Mengubah Hina Menjadi Mulia
Dr. Jenny Wongka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar