Yesus Gembala yang Baik.

Kamis, 09 April 2009

PEMBENTUK IMPIAN - GUY RICE DOUD


Pengantar
Guy Doud adalah murid pria di kelas enam SD. Ia sedang mengalami putus asa dengan sekolah dan kehidupannya. Ia bukan salah satu murid terpandai di kelas, bahkan sangat bodoh dalam matematika. Karya seninya bahkan dicopot dari majalah dinding. Ia bernyanyi terlalu keras. Ia tidak pernah diminta teman-temannya untuk bergabung dalam tim kickball. Ia tidak pernah menjadi ketua kelas dan merasa yakin tak akan pernah menjadi salah satu anak terkenal. Bebeapa rekan sekelasnya mengejek ukuran tubuhnya. Ia percaya bahwa dirinya bodoh.

Guru Baru
Card adalah seorang guru baru di kelas enam. Ia satu-satunya guru pria bagi Doud. Doud mengamati bahwa Card terlalu muda menjadi seorang guru. Awalnya Goud khawatir saat Card menjadi gurunya karena ia beranggapan guru wanita lebih baik dari guru pria, padahal Goud membutuhkan simpati yang biasanya diperoleh dari guru wanita. Card sendiri baru lulus dari perguruan tinggi.
Namun sikapnya segera berubah. Saat Doud mencoba mengenalnya, Card menghampirinya dan mengeluarkan tangan sambil memperkenalkan namanya. Tak pernah ada guru yang melakukan hal ini sebelumnya. Card memang guru yang berbeda. Saat istirahat ia ikut bermain bersama murid-muridnya. Ia berlari berkeliling dan berteriak seperti murid-muridnya.

Football
Suatu kali Card memperkenalkan permainan sepakbola. Ia bermain bergantian di antara tim yang dibentuk. Saat ia bermain dalam tim Doud ia berkata,”Guy, aku ingin kau menerima lemparan bolaku. Larilah di sisi kiri. Menyeberanglah. Saat kau sampai di tengah, aku akan melempar bola kepadamu.” Doud menjadi percaya diri. Kalau sebelum perannya hanya sebagai penghadang, sekarang dia dipercaya sebagai penangkap bola. Doud pun dengan penuh semangat memainkan peranannya di tengah keterkejutan teman-temannya atas keputusan yang diambil Card. Doud tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Card dan iapun berhasil menangkap bola! Doud sangat bangga.
Selanjutnya Card juga mendatangi meja Doud dan memeriksa pekerjaannya. Lalu, ia meletakkan tangannya di bahu Doud. Walau terasa berat, Doud sepertinya menangkap pesan – aku menyukaimu, Guy. Kau pandai. Doud pun belajar keras untuknya, dan Card pun memuji usaha Doud untuk belajar. Sejak itu Doud sadar bahwa melakukan sesuatu sebaik-baiknya dan berusaha keras lebih penting daripada menjadi pintar dan karya seni yang terpajang di majalah dinding.

Penghargaan
Minggu terakhir di kelasnya, Card membagikan penghargaan. Upacaranya sangat meriah. Sepertinya setiap anak mendapat penghargaan. Bahkan Card memberikan penghargaan kepada anak yang naik bus paling jauh setiap hari! Akhirnya tertinggal dua penghargaan terakhir yang paling penting, karena diperuntukkan bagi murid laki-laki dan perempuan yang belajar paling giat.
Doud sudah menduga bahwa untuk perempuan kalau tidak Mary ya Linda yang akan menerimanya, sedangkan untuk yang pria , kalau tidak Sam ya Danny.. Kemudian Card pun mengumumkan penilaiannya. ”Penghargaan untuk murid laki-laki yang belajar paling giat di kelas enam diberikan kepada Guy Doud.”
Doud sekan tidak percaya. Akhirnya Card mendoronngnya, ”Guy, majulah dan ambil penghargaanmu” Doud pun maju dan selanjutnya ia mendapat hadiah. Ia satu-satunya murid di kelas yang memiliki meja dari baja. Di samping itu ia mendapat sertifikat yang berbunyi,”Murid laki-laki paling rajin di kelas enam asuhan Pak Card”. Walau tulisan itu tertulis di atas selembar kertas stensil sederhana, namun bagi Doud sertifikat itu jauh lebih berharga dari patung emas. Bahkan ibunya menempelkannya di pintu lemari es sampai Doud melepasnya sekitar tiga minggu sebelum ia masuk SMP.

Disusun ulang OPH dari Buku
Mengejar Pelangi
Alice Gray

Tidak ada komentar:

Posting Komentar