Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 06 April 2009

KETUA MURID - Ben Jackson


Penderita Disleksia
Disleksia merupakan gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan membaca. Penderitanya terkadang harus mengerjakan tes sendirian untuk menjauhi segala gangguan.. Ben, berada di tahun pertama SMA yang memiliki 2.000 murid. Setelah bel berbunyi di pagi hari, ia biasanya menunggu sampai seluruh siswa lain memasuki kelas mereka dan ia pun dengan menunduk menghampiri tempat duduknya di kelas Pendidikan Khusus. Ben sangat membenci ruangan itu karena begitu memasukinya ia merasa dicap sebagai orang yang berbeda, orang yang tidak sepintar yang lain, orang yang patut dipandang rendah! Karena ia penderita gangguan disleksia.
Gangguan ini menyebabkan ia awalnya tidak ingin berusaha menjadi seorang pemimpin di sekolahnya. Namun di tahun pertama SMAnya ini – ia menjadi seorang Kristiani dan perasaannya pun berubah. Ia berusaha melakukan hal-hal lain seperti menjadi anggota klub dan bernyanyi dalam paduan suara. Ia sekarang memiliki keyakinan dan keberanian baru. Ia merasa Allah ingin memakainya untuk melakukan sesuatu yang berbeda di sekolahnya. Setelah bercakap-cakap dengan teman-temannya, ia pun mencalonkan diri sebagai ketua murid kelas tahun terakhir!
Teman-temannya pun mengerumuninya dan berbicara dengan semangat mengenai kesempatan Ben jadi ketua murid. Ben sendiri merasa campur aduk antara semangat, gugup, takut mempermalukan dirinya sendiri. Namun dengan bantuan teman-temannya ia memenuhi sekolahnya dengan selebaran dan psoter. Ia berbicara dengan setiap orang yang ditemui. Beruntungnya, sebagian besar siswa tidak mengetahui bahwa ia menderita disleksia karena pada umumnya mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Yang diketahui mereka, Ben adalah calon ketua murid, bukannya seorang anak “Pendidikan Khusus”

Menjadi Ketua Murid dan Dihina
Saat hari pemilihan tiba, ia diminta untuk menyampaikan pidatonya. Ia sangat gugup. Saat melihat semua yang hadir. Rasanya kepingin ia melompat dan kabur dari aula. Namun berangsur-angsur jantungnya tidak lagi berdebar cepat, dan napasnya menjadi normal kembali. Mulailah Ben berpidato. “Halo. Kalian semua tahu siapa saya. Dan kalian tahu mengapa saya berada di sini. Kalau tidak, berarti saya belum berkampanye dengan baik sampai saat ini, dan pasti kalian tidak akan memilih saya.” Para pemilih pun tertawa karena terkejut dengan pembukaan yang berbeda dibanding calon lainnya. “Saya ada di sini untuk menawarkan perubahan...” pidatonya terus berlanjut dan selesai kurang dari satu menit! Suasana sepi ketika Ben menjauhi mimbar dan kemudian meledak oleh sorakan ketika Ben diumumkan jadi Ketua Murid baru! Setelah memasuki semester baru, ia mulai menjabat sebagai ketua murid. Semua berjalan lancar dalam dua minggu pertama. Kemudian apa yang ditakutkannya menjadi kenyataan! Saat ia mengikuti tes biologi, seperti biasa ia menuju ruang terpisah untuk mengerjakannya. Sewaktu ia mengembalikan kertas tes di meja guru, ada tiga orang yang mengomentari penyakitnya. “Kau dari kelas Pendidikan Khusus kan? Wah, apa yang kita dapatkan? Orang bodoh menjadi ketua murid?” seseorang berkata kepadanya. Lalu ditimpali dua orang lainnya,”Ya! Apa yang membuatnya istimewa adalah karena ia mendapatkan perhatian istimewa. Kurasa itulah yang membuatnya menjadi ‘khusus’!” dan “Tepat seperti yang dibutuhkan sekolah ini – seorang ketua murid disleksia bodoh!” Mereka bertiga mentertawai Ben. Guru biologi yang juga mendengar ejekan mereka datang menghampiri dan merangkul pundak Ben, namun Ben mengibaskannya dan berjalan ke luar ruangan.
Keesokan harinya sewaktu Ben memarkir mobil Honda Civicnya di tempat parkir untuk ketua murid, di trotoarnya tertulis dengan huruf merah besar : KETUA MURID DISLEKSIA BODOH! Susah payah ia menelan ejekan itu dan duduk terpaku di sana. Ia pun meletakkan kepalanya pada setir mobil dan membiarkan perasaan kalah memenuhi benaknya. Namun setelah beberapa saat dalam kondisi begitu, ia teringat akan Allah. Ia pun mencurahkan rasa sakit dan kebingungannya kepadaNya, barulah ia dapat tenang dan berpikir jernih kembali. Dia dipilih oleh banyak orang, banyak orang percaya kepadanya dan ia tahu ia mampu menjabat ketua murid dan menjadi pemimpin yang baik. Ia punya banyak ide cemerlang. Ia pun yakin walau tidak semua orang menganggapnya pantas jadi ketua murid, ia adalah Sang Ketua Murid! Ia harus membuktikan melalui hasil kerja. Ia pun meminta Allah untuk membantunya memaafkan ketiga anak yang menghinanya. Jangan sampai kebencian mereka menyulut kebencian di dalam hatinya. Itu hanya membuat hatinya terluka. Menjelang siang, ia minta kepala sekolah untuk menghapus tulisan itu dan tulisan itu pun segera lenyap.

Istimewa di Mata Tuhan
Sepanjang tahun, Ben bekerja keras melakukan yang terbaik untuk memenuhi janjinya saat kampanye sehingga banyak yang berkata bahwa ia salah satu ketua murid yang terbaik. Namun pendapat yang paling berarti datang di minggu terakhir sekolah. Setelah tulisan di lahan parkirnya dihapus terrnyata itu bukan yang terakhir. Masih ada beberapa tulisan lagi, namun Ben mengabaikannya. Di hari itu, saat Ben baru saja menyelesaikan ujian biologinya dan akan meninggalkan kelas, ketiga murid yang menulis ejekan itu menunggunya. Ben, segera menjadi tegang tidak tahu apa yang ingin mereka lakukan kepadanya. “Hei Bung, aku hanya ingin minta maaf tentang apa yang terjadi di awal tahun. Hasil kerjamu hebat!” “Yah. Kurasa kamilah yang sesungguhnya bodoh. Aku benar-benar menyesal.” “Kau menunjukkan kepada kami bahwa masih banyak yang dapat kaulakukan selain menderita disleksia. Aku sungguh menyesal telah bertindak tolol.”
Sekali lagi Ben hanya bisa diam terpaku menatap ketiga orang tersebut. Akhirnya iapun mengulurkan tangan menjabat tangan mereka. Ia pun senang mendengar perkataan mereka, namun yang lebih penting adalah bagaimana perasaan Allah terhadapnya.
Apa pun yang dipikirkan orang lain, ia tahu Allah menciptakannya untuk menjadi orang yang istimewa. Ia bukan sekedar penderita disleksia. Ia pun bertekad sepenuhnya menjadi apa pun yang dikehendaki Allah.

Disusun ulang OPH dari Buku
It’s your time to Shine!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar