Yesus Gembala yang Baik.

Kamis, 09 April 2009

SENTUHAN PENUH ARTI - John Trent


Pendahuluan
Seorang prajurit muda (PM) sedang cuti mengikuti camp musim panas Kaum Muda. PM sebenarnya enggan mengikuti camp tersebut. Hanya janji orang tuanya untuk membelikan PM sebuah mobil bekas, membuatnya terpaksa ikut. PM masih berusia 18 tahun dan pandangannya penuh ketakutan. Dari jendela matanya, ia tampak seperti seorang pria tua yang letih, tidak seperti kawanan anak-anak yang gembira di sekitarnya. Ia adalah seorang veteran perang Vietnam. Dua minggu sebelumnya ia berjuang mempertahankan hidupnya, melihat rekan-rekannya bergelimpangan di sekitarnya. Kemudian semuanya selesai. Ia diangkut keluar dari medan baku tembak yang mengerikan di Saigon, menumpang sebuah penerbangan komersial dan pulang. Perang memang seringkali membuat pelaku yang terlibat gila dan menderita trauma.
Camp itu sendiri diadakan di Colorado Rockies, lembah Rocky Mountain tahun 1969. Lokasi camp berada di tengah lembah yang luas dan berumput, dikelilingi pohon-pohon cemara raksasa yang menjulang bagaikan pagar megah. Kondisi camp sendiri sangat kontras dengan area perang di hutan-hutan Vietnam yang sedang berlangsung. Kebanyakan peserta camp tidak menyadari bahwa pada saat mereka menikmati camp, sejumlah ayah, sahabat, teman sekolah, saudara mereka sedang berperang di hutan-hutan itu.

Kenangan Traumatis
Matahari meluncur ke balik puncak-puncak gunung yang mengitari area camp. Sementara PM bersama para remaja lainnya sedang mengantri ayam panggang dengan pandangan penuh ketakutan. Sedangkan peserta camp lainnya sedang tertawa-tawa gaduh menunggu makan malam. Mereka seakan tidak perduli dengan apa yang terjadi di Vietnam. Wajah PM terlihat pucat dan tubuhnya gemetar. Tubuhnya kian lama kian gemetar. Saat ia akan menerima jatahnya, tiba-tiba ia menjatuhkan piringnya, menumpahkan kacang polong dan selada ke tanah sehingga mengenai orang yang berdiri di depannya. Diiringi tangisan tersedak, ia berlari kencang ke arah hutan.
Tiba-tiba semua orang berhenti berbicara dan hanya memandang. Doug, Ketua Kaum Muda , mengejarnya. Setelah keduanya menghilang dalam hutan, antrean makan malam pun dilanjutkan. Dough menemukan PM bersembunyi di balik pepohonan, gemetar seperti daun bergoyang. Dough adalah mantan pemain football yang kekar lebih tinggi hampir 30 cm dan lebih berat 50 kg dari PM. Doug tanpa mengucapkan sepatah kata pun dengan lembut merengkuh dan memeluk erat peserta camp yang sedang gemetar itu. PM membenamkan wajahnya di dada Dough dan menangis tak terkendali. Mereka berdua berdiri bersama di malam itu selama hampir dua puluh menit. PM terisak, Dough memeluknya, tanpa mengatakan apa pun. Ketika kendali dirinya pulih, PM bercerita, “Di Vietnam, jika Anda berada di tempat terbuka seperti tadi dengan begitu banyak orang berkeliaran, berondongan mortir pasti akan segera dimulai.” PM sendiri baru menyaksikan sersannya tewas, tepat di depannya sebelum kembali ke AS. Sang sersan tewas tepat di depannya, terkena serangan granat! Ia sudah berusaha melupakannya, namun pemandangan dan suara saat itu terngiang kembali. Sesaat sebelum mengambil jatah makan malamnya, ia seakan-akan mendengar bunyi tembakan senapan dan teriakan bergema,”Serangan! Serangan!” Ia pun tak tahan lagi dan lari mencari perlindungan...

Memenangkan Peperangan
Hari itu menjadi hari yang penting bagi PM. Sebelum minggu camp berakhir, ia menyerahkan hidupnya kepada komandan yang baru, Yesus Kristus. Pada malam terakhir, ia berdiri memberikan kesaksian bahwa ia telah mengenal Kristus dalam minggu itu. Kisah pertobatannya sangat berbeda dengan yang lainnya. Diawali keinginan untuk mendapatkan mobil bekas dari orang tuanya akhirnya ia ikut camp ini. Meskipun semua peserta telah bersikap sangat baik kepadanya, bukan persahatan ini yang membuatnya mengambil keputusan menerima Yesus. Juga bukan karena khotbah pembicara camp yang baik dan jelas menyampaikan Injil sehingga membuatnya memberi tanggapan kepada Kristus. Hal yang benar-benar menyentuhnya adalah “pria besar itu”.D ough, yang bersedia berdiri di hutan bersamanya dan memeluknya hingga sepotong mimpi buruk mengendurkan cengkeramannya. Singkatnya, Allah memakai sebuah pelukan – bukan khotbah, bukan perjalanan panjang di tengah hutan, bukan kesaksian – untuk memenangkan pertarungan rohani yang lebih besar yang sedang dihadapinya!

Disusun ulang OPH dari Buku
It’s your time to Shine!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar