Yesus Gembala yang Baik.

Selasa, 07 April 2009

Perlunya Berdoa


Seorang wanita yang sudah bertahun-tahun meninggalkan Tuhan dan hidup dalam gelimang dosa, suatu hari naik kapal yang berlayar dari New York ke Liverpool (Inggris). Di kapal itu ia bertanya kepada seorang kelasi, berapa lama jangka waktu pelayanan yang dijalaninya ini. Kelasi kapal itu berkata : “Apabila tidak ada aral melintang, sesuai dengan kehendak Tuhan, kapal ini akan merapat di pelabuhan Liverpool dalam waktu 14 hari.”
Wanita itu merasa kurang senang karena mendengar “kehendak Tuhan”. Ia berkata,”Hai kelasi, mengapa engkau menyebut tentang kehendak Tuhan? Di dalam dunia ini apa yang disebut kehendak Tuhan itu tidak ada, sebab semua yang terjadi hanya kebetulan saja.” Kelasi itu hanya diam dan tak mau melanjutkan pembicaraan tidak menyenangkan itu.
Empat hari setelah pembicaraan itu, kapal yang sedang berlayar ke Inggris itu dihadang badai yang sangat dahsyat. Kapal itu diombang-ambingkan kian kemari dan semua penumpangnya diliputi rasa takut yang luar biasa, termasuk si wanita yang berkata bahwa semua yang terjadi di dunia hanya kebetulan saja.
Dalam keadaan darurat seperti itu, kelasi Kristen yang sedang menenangkan penumpang, menjumpai wanita itu sedang berpegangan erat-erat pada sebuah tiang di dekat kabin kamarnya untuk menahan diri supaya tidak jatuh dihempas badai. Wanita itu bertanya : “Hai kelasi, menurut pendapatmu sampai berapa lama lagi badai ini akan terus berlanjut?” Kelasi itu menjawab: “Menurut pengalamanku badai macam begini bisa berlangsung berhari-hari lamanya.”
Wanita itu menjadi pucat pasi dan takut luar biasa, lalu berkata : “Maukah engkau berdoa supaya kita semua bisa selamat dari mara bahaya ini?” Kelasi itu balik bertanya : “Berdoa kepada apa bu? Bukankah ibu berkata bahwa segala sesuatu yang terjadi hanya kebetulan saja dan tidak ada apa yang disebut kehendak Tuhan, apakah saya harus berdoa kepada apa yang ibu sebut “kebetulan” itu?”
Dalam keadaan tidak berdaya seperti itu, ia ingat bagaimana dahulu ia pernah aktif di gereja dan melayani Tuhan tetapi sekarang ia sudah demikian jauh hidup bergelimang dalam dosa. Maka ia menangis dan berseru di tengah-tengah badai : “Hai kelasi yang baik, aku tahu sekarang bahwa aku salah, sekarang berdoalah kepada Tuhan supaya Ia menyelamatkan kita semua!”
Kelasi itu tersenyum dan ia menaikkan doanya dengan sepenuh hati. Keesokan harinya badai itu berlalu dan pelayaran dapat kembali dilanjutkan dan mereka sampai di Liverpool dengan selamat.

Dipungut OPH dari buku
Embun Surgawi
Pdt. Ishak Sugianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar